Raline merasakan tubuh Arie menegang. Laki-laki itu dengan kasar melepaskan pelukan Raline. Terlihat bingung ketika melihat Raline menangis di pelukannya. "Kenapa kau menangis?" tanya Arie. Raline menghapus air matanya dan turun dari ranjang Arie. "Tidak apa-apa." Arie segera berbalik ketika menyadari Raline sedang memperhatikan punggungnya. "Kau tidak pernah melihat bekas luka di punggung orang sebelumnya?" "Itu - " Raline menatap Arie dalam. Merasakan suasana laki-laki itu sedang tidak baik. Arie tidak suka seseorang membicarakan bekas lukanya. "Itu bukan bekas luka biasa, Arie. Siapa yang melakukannya padamu? Kau bisa bicara padaku." Arie berdiri, masih dengan selembar handuk yang menggantung di pinggangnya. "Kenapa aku harus membicarakan ini padaku? Kau tak ingat? Kita hanya orang