Chapter 13

1148 Words
Malam cepat berganti terang, ketika aku membuka mata hari sudah cerah saja lagi. Melirik weker di atas nakas, pukul delapan pagi. Minggu pagi yang indah. Dan hari ini akan berjalan sedikit lebih merepotkan dari hari-hariku yang lain. Oke, let's start for today. Hal pertama yang kulakukan setelah membuka mata di akhir pekan, tentu membereskan kamar. Seperti rutinitas biasanya. Mandi, makan, dan menyusun keseluruhan buku-bukuku di perguruan tinggi. Pun dengan materi yang biasa kupelajari di kantor ketika sedang bekerja. Tidak sampai di situ, aku juga mempelajari beberapa PDF tambahan hasil penelusuran di media informasi google. Juga buku-buku baru berdasarkan referensi dari teman-teman kampusku yang lain. Ting nong! Oopsie, hampir saja kelereng mataku berputar 360 derajat menatap pintu utama yang bersuara tersebut. "Tumben ada yang menekan bell, bukannya bell pintu lagi rusak ya?" Benakku bertanya-tanya. Ting nong! "Ck, iya sebentar! Siapa dah." Dengan malas aku beranjak dari tempat duduk. Memutar knop pintu kamar dan meninggalkan kegiatanku yang masih sibuk mempelajari tumpukkan buku di atas meja belajarku. Kreekk ... "Lama sekali kau membukanya Alan sialann!" semprot Andrew ketika wajah jeleknya terlihat di hadapanku. "Oh, Kadal tumben-tumbenan kau memencet bel?! Seperti orang asing saja." Lelaki berwajah badut itu malah terkekeh abai. Lantas ngeluyur masuk tanpa kupersilahkan. Cih, dasar kadal air! "Al, aku haus. Ambilkan soda dan keripik kentang ya?" What the hell is going on! Benar-benar seperti upik abu peranku sekarang. "Heh kadal! Cari sendiri apa yang kau butuhkan. Keluar kalau tak menemukan!" kataku jahat. Lantas kembali melangkahkan kakiku menuju kamar dengan membiarkan daun pintu yang terbuka. "Hilih, bebek geprek! Kiliir kiliu tik minimikin." Dan aku masih dapat mendengar gerutuannya dari arah sofa. "Kau sengaja datang pagi tanpa berniat mengisi perutmu dulu di luar karena ingin merampok isi lemari esku kan?" "Hehe ... biasa Bro. Uangku menipis." Huh, ngakunya buaya yang suka gonta-ganti perempuan tapi, isi kantong saja minimalis. Tak bermodal! "Hukum wajib playboy. Satu, tidak boleh kere!" Sengaja kuhentikan pijakanku di depan pintu kamar dan menatap Andrew yang masih selonjoran di sofa sembari menatapku. "Dua, diusahakan tidak nebeng sana-sini." Mulai terlihat raut kecut dari wajah si kadal. Yeah, bagus sekali. "Tiga, tak usah banyak bicara selain pada wanita-wanitamu. Aku bukan mereka yang selera batangan murahan!" Brak! Oke sip. Mari mulai menghitung mundur dimulai dari, "Tiga." "Dua ..." "Satu!" "ALAN SIALANN!!! MULUTMU BAU NERAKA!" Hahaha ... ya, sudah menjadi rahasia negara per-playboyan kan kalau mau gonta-ganti wanita, minimal kantong juga harus tebal. Karena tampang saja tidak cukup, kalau royalitas tidak mendukung. Istilahnya bagai seblak tanpa cabai. Tak sedap! Tiga jam kemudian~ "Oh my gosh! Sampai kapan kita begini terus? Mataku hampir keluar menatap layar komputer terus-terusan." Gerutuan Andrew terdengar di tengah keheningan yang sejak tadi melanda. Ya, terhitung sudah hampir memasuki waktu jam makan siang. Tapi kami masih betah di posisi masing-masing sejak beberapa jam lalu. "Kau lapar?" "Sangat! Tapi rasa penasaranku lebih besar dari rasa lapar ini." Begitu katanya. Sebelah alisku menukik, "Maksudmu?" "Nanggung, Al. Setidaknya sampai alat charge-nya selesai. Kau lupa hutangmu itu bernilai jutaan dollar?" Oh no! Diingatkan lagi. Ya ya, mana mungkin aku lupa. Hutang apa? Proyek robot-robotan itu tentu saja. Bisa kalian pikirkan kan jika dalam membuat robot sesempurna khayalanku yang sayangnya telah kuutarakan pada Mr. Jazz itu tidak mungkin semurah harga nasi padang di warteg. Pimpinan utama Doujav Corp, yakni perusahaan IT terbesar di Indonesia telah mempercayaiku sebesar itu. Lagi, dalam hal ini bahkan ikut menyeret nama Profesor Nellam disana. Profesor genius dengan IQ tertinggi di Doujav Corp. Mr. Jazz pun kalah dibuatnya. "Oh ya ampun ..." Di sebelahku, si kadal itu tertawa lebar. Suara tawanya pun terdengar seperti ejekkan bagiku. "Baru sekarang menyesalnya?" tanyanya. "Tidak! Aku tak menyesal sama sekali. Terkadang, potensi diri memang bisa terlihat disaat-saat genting yang mendesak. Anggap saja kau sedang mengasah kemampuanmu, And. Mudah kan?" "Gundulmu!" *** Mari berteori hukum pascal. Sesuai yang dikemukakan oleh salah satu ilmuwan yang berasal dari Perancis yaitu Blaise Pascal di tahun 1623 sampai dengan 1662. Pengertian hukum pascal: "Jika tekanan yang diberikan dalam salah satu bagian zat khususnya zat cair di dalam sebuah ruangan tertutup, maka nantinya akan diteruskan oleh zat cair ke segala arah yang sama besarnya." Nantinya, hukum inilah yang diterapkan dalam fluida khususnya fluida cair. Adapun keterangan yang lebih kompleks mengenai hukum ini adalah, hukum ini dapat dilakukan untuk penerapan pada suhu yang berada pada zat cair. Banyak contoh yang bisa kita ambil dari penerapan hukum pascal ini. Dari kehidupan sehari-hari. Dari kegiatan yang biasa kita lakukan di daily activity. Dan dominannya terjadi dalam bidang otomotif sampai pada kedokteran. Hukum pascal juga memiliki rumus yang akan membantu untuk menghitung tekanan. Yakni, P = F/A. P, untuk tekanan. F, gaya, dan A, luas. Adapun rumus matematisnya, yaitu P1=P2. Namun, pembahasan kali ini akan lebih merunjuk pada tekanan. Bagaimana tekanan tersebut dapat menghasilkan gaya sehingga dapat melakukan pekerjaan yang mumpuni. Seperti yang sedang kedua lelaki di salah satu sudut rumah kontrakan di sana lakukan. Memahami cara kerja hukum pascal disaat timing seharusnya memperjelas ilmu teknologi dan komunikasi. Ataupun geografi untuk menentukan asal muasal kehadiran gadis aneh yang mereka beri nama Future. Sekarang, memasuki jam empat sore, baik Andrew maupun Alan tidak ada yang bergerak secenti pun dari kursi mereka. Alan, si jakung berkulit putih yang memakai kacamata silvernya. Berkutat dengan kabel, las, lem, dan lain sebagainya. Di sebelahnya, lelaki tinggi putih lainnya yakni Andrew terlihat melakukan hal yang tidak jauh dari yang Alan kerjakan. Keduanya sepakat memahami bentuk dan rangkaian Future sembari mengerjakan alat charge untuk mengaktifkan kembali gerangan yang sudah hamlir seminggu tidur layaknya putri tidur. Well, tidak tanggung-tanggung. Andrew sampai merogoh kocek yang lumayan demi mendapatkan peralatan yang memadai untuk rancangannya. Ya, sebenarnya Andrew tidak semiskin yang Alan bilang, hanya saja lelaki ini agak pelit. Kemudian Alan, waktu akhir pekannya yang seharusnya ia habiskan untuk menemui dosen pembimbing skripsinya, untuk hari ini ia cancle. Proyek baru yang mencakup hutang malu dan jati diri, serta potensi lebih menjanjikan. Alan terpantau anteng dengan kegiatannya yang merancang media untuk mencas Future. Sejauh ini, benda persegi panjang tersebut mulai kelihatan hasil akhirnya. Nyaris, sekitar 80% lagi mereka akan menyelesaikan benda tersebut. "Al, arusnya masih kurang." "Tambahkan kekuatan baterai yang memadai." "Terlalu lemah, mAh-nya hanya segitu?" Pun Alan pada Andrew. "Sudah terlacak?" "Setidaknya titik-titik signal yang memberitahukan informasi pada Future?" "Ada yang aneh?" Empat jam kemudian~ Pukul 20.00 WIB. Ctak! Klik! "Oh!" "Sensornya nyala, And!" teriak Alan kencang. Andrew yang saat itu masih berada di kamar mandi langsung nyeruntul mendatangi Alan. Sikat gigi yang berlumuran pasta pun dibiarkannya singgah dalam mulut penuh busa tanpa niat membasuhnya terlebih dahulu. "Mana-mana?!" hebohnya. Seolah butaa, Alan pun mengabaikan betapa berantakkannya mulut Andrew saat itu. "Lihat! Oh oh!!" Muncul sinar kemerahan yang berjalan berputar di sekeliling diameter leher Future. Dan disaksikan langsung oleh dua sekawann tersebut. Seketika suasana riuh. Andrew yang mendelik tak ingat berkedip. Juga Alan yang menampilkan senyum lebar sepuluh inchinya. Tiiiit ... "GY-3 DVF, the future from 3038. Please using me for your healty life." Wah ... ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD