Chapter 9

1002 Words
Tiga jam berlalu, waktu sudah menunjukkan hampir jam lima sore. Dan selama itu pula tidak ada kemajuan sama sekali dari hasil pencarian lubang charge-nya. Dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya, semua sudah kuperiksa namun nihil. Tubuhnya terlalu mulus untuk dikatakan sebagai robot ataupun makhluk luar angkasa. Ya, semua. Yang melekat pada tubuhnya sudah terlihat jelas di mataku. Dan fakta ini cukup mengejutkan. Oh ralat, tapi sangat mengejtkan. Apa yang kulihat? Banyak, dan ini adalah sesuatu yang baru namun juga hebat. Gadis aneh ini, maksudku manusia setengah robot setengah alien ini. Tubuhnya memiliki rangkaian yang tersusun dari kabel-kabel super rapi dengan size mini. Tiga jam sebelumnya~ “Ya Tuhan, di mana aku harus mengisi ulang daya gadis aneh ini?” Berpikir Alan, berpikir! Satu sisi, kedua netraku jatuh pada pakaian yang dikenakannya. “Tidak ada pilihan lain, oke!” Dan dengan sangat terpaksa, dari pada gadis aneh ini terus-terusan berada di rumahku dan mengacaukan pikiranku. Jadi, lebih cepat lebih baik. Dimulai dari melepas perlahan kancing-kacing bajunya. “Oh ya Tuhanku, Ayah, Ibu ... anakmu ini tidak seperti itu. Aku sama sekali tidak berniat melakukan hal buruk padanya.” Bukan tindakan cabull yang tidak berprikemanusiaan seperti itu, bukan! Hanya ingin memastikan. “Ha?!” Serangkaian pakaian yang telah tergeletak tak bertuan di lantai. Juga sebuah tubuh polos tanpa sehelai benang pun. Oh my God! “Jadi ... benar?” gumamku terperangah. Sebuah bolongan kecil di perut yang biasa kita sebut sebagai pusar, di tubuh gadis ini tidak bisa dikatakan demikian. Sebab, bukan hanya bolongan biasa yang menjadi tali pusar dahulunya tapi, tombol datar dengan screen hitam dan sesekali berkedip-kedip. Cahaya yang dikeluarkannnya berwarna merah. Saat jariku bergerak secara naluriah menyentuh permukaan benda tersebut, seperti layaknya pintu pintar dengan mesin otomatis, perlahan terbuka. Satu centi dari bawah pusar jadi-jadian itu sampai ke batas dadanya. Oh! Dan dua buah benjolan di sisi depan tubuhnya pun tak kalah mengejutkan. Kubuka perlahan. Susunan tubuhnya benar-benar sangat tidak manusiawi sekali. Dan hal ini sungguhan nyata kulihat secara langsung menggunakan kedua bola mataku sendiri. Aku mencoba perlahan. “Apa ini?” Mustahil tapi, yang kulihat ini terlalu nyata untuk dibilang khayalan. “Please refill first, and use after!” Sebuah mesin kecil bersuara demikian. Yang membuatku membekap mulut detik itu juga. “Robot?!” ucapku cepat bahkan histeris sekali. Gadis ini benar-benar robot? Satu menit setelah suara itu menghilang muncul gambar telapak kaki di tempat yang sama. Otomatis perhatianku teralihkan pada kedua kaki yang masih berbalut sepatu tersebut. Dan segera kubuka sesuatu yang membungkus kakinya itu. Bravo! Pada bagian telapak kakinya terdapat screen yang sama seperti pada bagian tengah perutnya. Layar yang lebih besar serupa layar ponsel pintar, dan dibagian tengahnya terdapat sinar redup berwarna merah. Lagi-lagi tanganku tak biasa untuk tidak menyentuh layar tersebut. Drrtt ... Keluar sebuah garis berdiameter bundar dengan casing yang menyembang seperti sebuah penopang. Lalu, di bagian ujung jari-jari buatan itu terdapat sensor yang bergerak secara horizontal dengan ikon berbentuk baterai dan gambar petir di bagian tengahnya. Kalimat “Close up” yang muncul di sana memperjelas semuanya. “Jadi, di sini tempat mencasnya?” Gadis aneh, bukan-bukan! Benda aneh ini dapat diisi daya dengan cara didirikan dan kedua posisi kaki yang menempel pada medan penghantar arusnya. Sepertinya aku tahu seperti apa alat itu, ember kecil yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk mengisi dayanya. Tentunya setelah dirangkai seapik mungkin. Big Hero 6, robot balon kesehatan yang diciptakan oleh Tadashi. Wadah merah yang ia buat menjadi tempat mengisi ulang daya robotnya setelah habis. Ya, kartun favoritku sepanjang masa. Apa konsep mengisi ulang gadis ini juga sama seperti itu? Jika memang benar, lantas di mana aku bisa menemukan alat yang seperti itu? Seribu dari Seribu satu tempat pencipta robot sekalipun tidak akan bisa ditemukan. Kecuali menempahnya secara khusus atau ... “Membuat sendiri alat itu.” Astaga! Haruskah dengan begitu dia dapat kembali diaktifkan? Pilihan menempah benda sebagai charhe tersebut bukanlah yang tepat. Berapa banyak rupiah yang harus kurogoh dari kocekku? Hell, mahasiswa beasiswa sepertiku ini memang mempunyai uang sebanyak apa sih? Dapat bekerja di Doujav Corp memanglah jalan keluar dari kesulitan ekonomiku selama merantau di Ibu Kota tapi, kalau persoalannya seperti ini. Sudah beda level. Sebagai seorang pegawai yang bekerja di perusahaan IT dan menciptakan robot atau benda-benda pintar sejenisnya, sudah membuatku khatam harga yang harus dikeluarkan untuk barang sejenis itu. Jalan satu-satunya memanglah dengan membuat sendiri benda itu. Ya, membuat dengan tanganku sendiri. “Tapi, kapan bisa selesainya? Memang mudah membuat seperti itu di tengah-tengah jadwal kerja dan kuliahku yang padat begini?!” Frustasi! Kalau disamakan dengan komputer, mungkin saat ini aku sudah error. Kelebihan kapasitas namun tetap dipaksa menyimpan dan mengerjakan file yang baru tidaklah baik. “Oh astaga, lalu bagaimana ini?!” Aku mengerang frustasi. Dan menghabiskan waktu memikirkannya sampai tak ingat apa-apa lagi. Flasback off~ Ketika kesadaranku kembali, melirik jam dinding dekat patung kayu, pukul 17.17 WIB. “Berapa lama aku berpikir ya Tuhan!!!” Berakhirlah diriku dengan mencak-mencak tak tentu arah. Lesehan di lantai dengan perut yang ntah sejak kapan sudah berisik saja lagi minta diisi. Pun tampang lusuh, lepek karena sepulangnya dari kantor aku langsung menghampiri gadis aneh ini eh, robot aneh ini atau robot dari luar angkasa? Makhluk luar angkasa yang seerti robot? “Akhh!!! Terserahlah, terserah!” Kubuka kedua sepatu yang dari tadi masih kukenakan dan kulempar asal ke arah pintu depan. Tak ambil pusing dengan posisinya yang berantakkan. Isi otakku bahkan sudah sangat berantakkan. Nyaris kacau, mungkin sebentar lagi aku sudah hilang kewarasan karena makhluk aneh ini. Lebih baik, sekarang aku ke dapur. Mencari makanan apa saja yang bisa kumakan dan mengisi ulang energiku yang hampir habis, kemudian mandi dengan begitu pikiranku bisa fresh kembali kemungkinan bisa memikirkan jalan keluar yang lebih baik. Setelahnya aku bisa fokus pada satu-persatu urusanku yang lainnya. Oke, jadi mari mulai jalani kembali kegiatan teraturku yang sudah teragenda seperti biasanya. Namun, sayang. Isi lemari es di sana pun tak menunjukkan tanda-tanda adanya sesuatu yang bisa masuk ke lambung dengan menimbulkan efek kenyang, kecuali air mineral. Ya ampun – ya ampun. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD