Masalah sekretaris CEO

1098 Words
Abyan terlihat sangat tenang ketika tunangannya mengajukan komplain kepada papanya mengenai sekretaris yang akan bekerja dengan dirinya. Pria itu membalas tatapan dingin Arumi dengan tatapan biasa-biasanya saja, seperti tidak pernah saling mengenal. “Jadi bagaimana Pah? Bisakah sekretaris bekas Papa diganti saja dengan pria?” tanya Rizka yang masih memindai sosok Arumi yang saat ini duduk dihadapannya. Alis mata yang mulai memutih itu saling bertautan setelah memahami permintaan calon menantunya. “Rizka, sekretaris CEO itu salah satu orang kepercayaan yang tahu apa saja tentang bisnis dan semua pekerjaan yang dilakukan atasannya, dan berkat sekretaris bisa menyelesaikan semua pekerjaan atasannya dan terkadang berperan besar saat melobi relasi kerja dengan kepiawaiannya mempresentasikan pekerjaannya. Sekarang kamu mengkhawatir Abyan akan tergoda dengan sekretaris, sedangkan Papa sudah mengenali Arumi setahun lebih ini dan kami berdua tetap bisa menjalankan pekerjaan tersebut, dan tidak ada konteks negatif di dalamnya,” tutur Pak Raffa. Pria tua itu menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan perkataannya. “Abyan baru bergabung di perusahaan ini, dan akan memegang tongkat estafet dari papa. Untuk semuanya itu butuh bantu dari orang yang lebih tahu pekerjaan CEO sebelumnya dan itu kuncinya ada di sekretaris CEO yaitu Arumi. Jika kamu berpikir sekretaris suka menggoda atasannya, berarti kamu tidak mempercayai calon suami kamu. Pria tidak akan tergoda jika dia punya jiwa setia dan sangat mencintai wanitanya!” tegur Papa Raffa, lalu dia menatap Arumi dengan perasaan yang tidak nyaman. Sedangkan Rizka sudah terlihat gemas dengan tutur kata calon papa mertuanya. “Pak Raffa mohon maaf jika saya ikut campur, mengenai permintaan Mbak Rizka yang menginginkan sekretaris pria menurut saya tidak pa-pa Pak. Sebenarnya saya juga ingin mengajukan perpindahan divisi, dan masalah pekerjaan saya sebelumnya akan saya sinergikan dengan pengganti saya,” ucap Arumi dengan tenangnya. Kembali lagi Pak Raffa menghembuskan napasnya dengan kasar. “Arumi, tolong jangan tersinggung dengan ucapan Rizka hingga kamu saat ini langsung minta pindah bagian, dia tidak bermaksud menuduhmu. Jadi Bapak minta kamu tetap menjadi sekretaris CEO untuk membantu Abyan,” kata Pak Raffa, meyakinkan Arumi untuk tidak kembali goyah. Wanita itu mengulas senyum tipisnya pada Pak Raffa. “Saya tidak tersinggung kok Pak Raffa, wajar jika Mbak Rizka mengkhawatir calon suaminya akan tergoda dengan sekretaris yang berjenis kelamin wanita. Lagi pula saya di sini hanya ingin bekerja tenang dan nyaman, tanpa dicurigai maka dari itu mungkin sebaiknya saran Mbak Rizka bisa dipikirkan kembali Pak,” jawab Arumi dengan tenangnya. Abyan melepaskan lengan Rizka yang sedari tadi bergelayut manja. “Rizka tolong jangan ikut campur tentang sekretaris, ini masalah pekerjaan bukan masalah cinta, jika kamu curiga terus bawaannya, sama saja tidak percaya dengan cintaku,” gerutu Abyan mulai buka suara. Mendengar kata cinta, hati Arumi tergelak ingin tertawa. Apa itu cinta? Cinta yang pernah diucapkan Abyan untuknya ternyata sebuah kebohongan. “Sayang, bukan maksud tidak percaya denganmu, tapi aku hanya mengantisipasi saja. Okelah saat dia bekerja dengan Papa tidak terjadi apa-apa, tapi bagaimana denganmu ... pria yang masih muda, tampan ... wanita mana yang tidak akan tergoda,” balas Rizka dengan tatapan sinis menatap Arumi. Sesaat Arumi mendesah pelan, mulutnya rasanya gatal dengan tudingan Rizka yang belum terjadi apa-apa, namun dia harus menahan dirinya karena rasa hormatnya dengan Pak Raffa. Arumi memalingkan tatapannya dari tatapan Abyan, tatapan yang kini dia tidak sukai, jika dulu dia sangat suka jika dirinya ditatap oleh Abyan. “Rizka sebaiknya kamu bisa pulang sekarang, Papa rasa semakin kamu lama-lama di sini keadaan menjadi runyam, sedangkan pekerjaan Abyan sudah mulai ada. Jika kalian terus berdebat tentang sekretaris wanita, maka akan banyak tender milyaran yang ke buang gara-gara permintaan kamu!” Kali ini Pak Raffa menegur calon menantunya dengan tegas sekaligus mengusirnya secara halus. Belum jadi istri Abyan sudah mulai mengatur perusahaan miliknya, sudah tentu Pak Raffa tidak menyukainya. Dibalik wajah cantik Rizka ada rasa kesal dengan perkataan calon mertuanya. “Baiklah, Sayang antar aku ke mobil,” pinta Rizka sembari beranjak dari duduknya dan meraih tangan Abyan. “Aku ke bawah dulu Pah,” pamit Abyan sembari menatap Arumi, namun sayangnya wanita itu memalingkan tatapannya. Setelah Rizka dan Abyan keluar dari ruangan CEO, tinggallah Pak Raffa dan Arumi berdua. “Arumi, tolong jangan ambil hati dengan perkataan Rizka, mohon dimaklumi saja. Bapak yakin kamu tidak seperti yang dituduhkan oleh Rizka. Bapak minta kamu tetap fokus dengan pekerjaan saja,” pinta Pak Raffa. Arumi menatap teduh pria tua itu yang selalu berpikiran positif dan juga selalu memberikan semangat layaknya seorang ayah. “Pak, bagaimana jika saya selama satu bulan akan mendampingi Pak Abyan, setelahnya izinkan saya untuk pindah ke divisi yang lain. Jujur saya tidak suka bekerja dengan rasa yang akan selalu dicurigai,” pinta Arumi dengan lembutnya, dia tetap mengutarakan keinginannya. “Baiklah jika memang itu yang kamu inginkan, Bapak harap kamu bisa memanfaatkan satu bulan itu untuk bersinergi membantu mengenal bisnis ini pada Abyan,” pinta Pak Raffa dengan nada kepasrahannya. “Terima kasih Pak, kalau begitu saya kembali ke meja.” “Silakan.” Baru saja Arumi ingin ke meja kerjanya, rupanya dia berpapasan dengan Abyan, dalam persekian detik pria itu menghentikan langkah kakinya begitu pula dengan langkah kaki Arumi, dan mereka berdua pun saling bersitatap dalam kebisuan. “Permisi,” ucap Arumi tiba-tiba, dia melewati tubuh Abyan dan kembali melangkahkan kakinya menuju kubikelnya, Abyan menolehkan wajahnya dan menatap wanita itu. Ternyata Abyan tidak mampu memalingkan tatapannya dari awal bertemu dengan Arumi hingga saat ini. Setelahnya, Abyan kembali masuk ke ruang CEO dan duduk bersama papanya. “Papa harap kamu tidak mencampur adukkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi. Arumi hanya sebulan menjadi sekretarismu, selebihnya kamu silahkan cari sekretaris pria yang diinginkan oleh calon istrimu,” ucap Pak Raffa. Sontak saja Abyan langsung terkejut. “Sebulan! Kenapa bisa mengambil keputusan sebulan tanpa sepengetahuanku, Pah?” tanya Abyan, ada rasa tidak setuju. “Ingat Abyan, Papa masih berhak mengambil keputusan, lagi pula bukankah itu yang terbaik biar calon istrimu tidak mencurigai kamu, sedangkan Arumi sekretaris Papa tidak seperti itu tipenya!” tegur Pak Raffa. Pencemburu berat, itulah sifat Rizka yang sangat cemburu dan posesif dengan Abyan sejak dulu mereka pacaran sampai akhirnya setahun ini mereka bertunangan. Sementara itu Arumi yang sudah kembali ke mejanya, dia bergegas menyiapkan berkas yang harus dia berikan pada Abyan, bukankan lebih cepat lebih baik dan memanfaatkan waktu sebulan untuk mendampingi Abyan sebagai sekretaris bukan istri. “Arumi, Bapak pulang dulu, tolong ingat pesan Bapak tadi,” ucap Pak Raffa yang tiba-tiba saja menghampiri mejanya. Sontak saja Arumi berdiri dari duduknya. “Baik, Pak Raffa,” jawab Arumi dengan rasa hormatnya. Usai Pak Raffa berpamitan, kini tatapan Arumi teralihkan ke pintu ruangan CEO, cerita baru akan mulai tertulis, dirinya dengan sang calon mantan suaminya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD