Hari ini adalah hari terakhir Kalina bekerja di Bali, jika bosnya menyetujui mereka akan kembali ke Jakarta besok pagi, tapi Kalina sama sekali belum membeli apapun untuk ia bawa kembali pulang sebagai oleh- oleh, ia terus berpikir bagaimana ia mencari oleh oleh harus kah ia pergi malam ini sendiri saja, sepertinya itu keputusan yang benar, Kalina akan pergi keluar malam ini untuk berkeliling di Bali mencari apapun untuk ia jadikan oleh oleh. Sore hari Kalina dan Akhtar sudah tiba di hotel mereka, Kalina langsung bersiap siap untuk pergi, ia bergegas mandi, karena hari masih sore ia memanfaatkan waktu untuk jalan jalan, pukul lima tiga puluh menit Kalina keluar dari kamar nya, ia berniat pergi dengan menggunakan taxi saja, Kalina berjalan keluar dari lift ia menggunakan setelan santai celana jins, kemeja dan sepatu ia membawa tas kecil untuk menyimpan perlengkapannya, rambut nya ia biar kan tergerai sempurna Kalina berjalan keluar hotel mencari taxi online pesanannya, saat melihat sebuah taxi mendekati nya ia bergegas mendekati taxi tersebut, saat hendak masuk Kalina dikejutkan sapaan dari seseorang yang berada dibelakangnya.
"Mbak Kalina mau kemana?" sapa pria paruh baya yang Kalina kenali adalah sopir yang mengantar mereka pergi untuk tiga hari ini di Bali.
"Eh, Bapak, saya mau cari angin bentar Pak." ucap Kalina dengan wajah cemas. Ia baru saja ingin keluar tapi harus bertemu dengan pria yang menjadi supir Akhtar ini.
"Kok naik taksi Mbak?" tanya pria paruh baya itu dengan dahi berkerut.
"Gak apa apa Pak, saya takut merepotkan." ucap Kalina dengan wajah bingung. Ia merasa sial baru ingin keluar sudah ketahuan begini.
"Mbak Kalina ini gimana sih, kan Saya dibayar untuk itu, gak ngerepotin kok Mbak." jawab pria itu dengan wajah tersenyum ramah, Kalina semangkin serba salah melihat pria paruh baya itu.
"Gak apa apa Pak, Saya naik taksi aja,"
"Sama Saya aja Mbak, nanti Bos marah kalau Saya tidak menemani Mbak Kalina nya." Kalina terdiam seperti berpikir tentang tawaran supir Akhtar ini hingga suara mengagetkan Kalina yang masih terdiam.
"Kamu mau kemana?" tanya Akhtar kepada Kalina. Gadis itu terlonjak kaget mendengar pertanyaan dari suara yang ia hindari sejak tadi. Akhtar sidah berdiri di luar pintu lobi dengan setelan santainya.
"Ehh, Pak Akhtar, Saya mau cari angin Pak, kebetulan belum pulang jadi sambil nikmati sisa waktu di Bali lumayan kalau jalan jalan sebentar." ucap Kalina sambil menunduk merasa malu.
"Tidak baik wanita keluar sendiri malam begini, apa lagi ini bukan Kota kelahiran mu." Kalina menghela nafas ia merasa letih sekali, sudah semangat untuk melihat pesona malam Kota Bali tapi gagal total.
"Baiklah Pak, Saya kembali ke kamar dulu." Kalina berlalu berjalan lesu masuk ke arah hotel.
"Siapa suruh kamu masuk?" ucap Akhtar membuat Kalina berhenti melangkah.
"Tadi Bapak suruh Saya tidak keluar malam sendirian." jawab Kalina memutar tubuhnya menghadap Akhtar didepannya.
"Saya berkata seperti itu karena Saya mau suruh kamu pergi dengan mobil ini biar di supirin." tunjuk Akhtar pada mobil yang biasa mereka gunakan.
"Ohh, gitu, Saya kira Bapak nyuruhnya gak usah pergi." jawab Kalina malu malu.
"Ayo." Akhtar masuk kedalam mobil lebih dulu, Kalina merasa heran mengapa bos nya juga ikut masuk. Kalina menggeleng tak mengerti ia ikut masuk dan duduk dibelakang bersama Akhtar.
"Kamu mau kemana?" tanya Akhtar saat mobil sudah melaju.
"Saya?" Kalina rasanya jadi sungkan mau pergi kesana kesini jika Akhtar juga ikut dengannya.
"Saya mau lihat lihat aja Pak, bosen di hotel mulu." ucap Kalina berbohong.
"Tujuannya mau kemana?" tanya Akhtar lagi.
"Gak tau Pak, hehe!!" Kalina menggaruk kepalanya sambil terkekeh menatap Akhtar.
"Kamu ini, gak tau mau kemana tapi kok keluar sendiri, Pak bawa kami ketempat yang biasa nya sering dikunjungi wisatawan saat berada di Bali." supir itu mengangguk patuh lalu melajukan mobil di tengah padatnya lalu lintas. Mereka tiba disalah satu tempat yang cukup ramai pengunjung sebuah restoran mewah yang langsung menghadap pantai Bali di daerah seminyak, cukup ramai pengunjung disana Kalina berjalan lebih dulu merasa takjub dengan keindahan kota Bali dimalam hari ia memejamkan mata menghirup udara bebas. Kalina berjalan dan duduk disalah satu dudukan yang sudah tertata apik yang biasa digunakan saat berada di area pantai ia melihat langit mulai gelap banyak pasangan muda disana seperti sedang dalam rangka honeymoon, sementara Kalina ia bersama pria yang tak lain adalah bos nya yang sudah memiliki istri, ia menoleh melihat Akhtar mengikutinya dan duduk di sofa yang berbentuk bantal tersebut sedang asik melihat pemandangan didepannya menggunakan kacamata hitamnya, merasa diperhatikan Akhtar menoleh menghadap Kalina yang langsung salah tingkah saat ketahuan tengah menikmati ketampanan suami orang.
"Kita akan kembali lusa." ucap Akhtar kembali menikmati senja.
"Kenapa lusa pak?"
"Kita istirahat dulu satu hari di Bali, mungkin kamu mau jalan jalan atau sekedar mencari oleh oleh untuk teman dan keluarga." jawab Akhtar seperti mengetahui keinginan Kalina yang langsung tersenyum gembira.
"Bapak beneran??"
"Iya, masak saya bohong."
"Ahhh, aku seneng banget Pak, makasih banyak Pak."
"Kamu ini, jangan kuat kuat panggil Pak nya, emang saya setua itu!" Akhtar tampak cemberut mengucapkan nya.
"Ehh, maaf maaf Pak, jadi saya harus panggil apa Pak, kan memang seharusnya begitu." Akhtar mengangguk membenarkan ucapan Kalina.
"Benar juga, terserah kamu saja yang penting jangan terlalu kuat menyebut saya Pak, ini tempat umum jatuhnya saya itu tua sekali."
"Kan emang sudah tua." Kalina mengucapkan itu spontan dan langsung menutup mulutnya, ia memandang Akhtar yang juga tengah menatapnya, kali ini kaca mata yang Akhtar gunakan sudah ia lepas menunjukkan mata coklatnya.
"Saya gak begitu tua Kalina." ucap Akhtar tak terimah.
"Tapi tetap masih ada kata tua dari ucapan itu Pak." Akhtar menggeleng sambil tersenyum, senyum yang menular kepada Kalina dan senyum yang sungguh menggoda dimata Kalina, kenapa perasaannya bahagia dan terasa nyaman bersama pria dihadapannya ini, Kalina ingat dia adalah suami orang bagaimana bisa kau menyukai suami orang sedangkan banyak pria lajang di luaran sana masih menunggumu batinnya.
"Terserah kau saja." ucap Akhtar akhirnya, mereka memesan makan malam dan cemilan untuk mereka santap menemani mereka menikmati suasana pantai.
"Berapa umur mu?" Kalina menghentikan aktivitasnya ia melihat ke arah Akhtar yang tengah menunggu jawabannya.
"Dua puluh empat Pak."
"Kau masih seperti seorang remaja."
"Benarkah?" Kalina tampak melihat tubuhnya sendiri mendengar ucapan Akhtar.
"Bukan bentuk badan mu, tapi kamu terlihat sangat polos Kalina, apa kau memiliki pacar?" Kalina terdiam kenapa Akhtar malah bertanya soal pacar, ia bahkan belum pernah berpacaran.
"Saya tidak memiliki pacar Pak." ucap Kalina jujur.
"Benarkah,"
"Iya Pak."
"Kenapa?"
"Ya karena tidak punya." jawab Kalina ketus. Akhtar tertawa lepas merasa terhibur berbicara dengan Kalina.
"Kenapa bisa tidak punya." tanya Akhtar lagi. Membuat Kalina merasa jengah kenapa semua orang selalu membully nya jika membahas soal pacar, terutama sahabatnya Kayra.
"Karena memang saya belum pernah pacaran Pak." ucap Kalina akhirnya membuat Akhtar terdiam dan Kalina spontan menutup mulutnya yang malah keceplosan.
"Kamu belum pernah pacaran?" tanya Akhtar tak percaya.
"Ehh, maksud saya gak gitu Pak, gini loh, ehmmm." Kalina tampak berpikir keras apa yang harus ia jawab kenyataannya memang seperti itu.
"Kenapa?"
"Hah, Kenapa apa Pak?"
"Ya kenapa bisa di umur kamu yang segini belum pernah pacaran?"
"Apa ya, karena belum minat aja Pak." jawab Kalina akhirnya, ia pun bingung harus bicara apa karena sudah terlanjur berbicara toh cuma bos nya yang mengetahui.
"Belum ketemu yang cocok maksudnya?" ucap Akhtar sambil menyudahi makanannya. mengelap mulutnya dengan kain yang sudah ada di meja mereka.
"Ya begitu lah Pak."
"Jangan terlalu terburu buru mengambil keputusan, terkadang cinta juga bisa salah." ucap Akhtar seperti sebuah curhatan yang langsung membuat Kalina menatapnya sendu.
"Maksud Bapak cinta yang salah itu seperti apa?"
"Seperti mencintai seseorang yang salah, dan mencintai seseorang yang tidak menghargai kita,"
"Tapi jika seperti itu kasusnya bukan cintanya yang salah Pak."
"Jadi?"
"Itu salah orangnya, kenapa dia masih mau mencintai orang yang jelas jelas dia tahu tidak menghargainya." Akhtar terdiam memikirkan ucapan Kalina apa memang ia yang salah disini karena masih mempertahankan Giana yang bahkan sering sesuka hatinya ia menghela nafas memandang ke arah pantai lepas, langit sudah berubah menjadi gelap namun Akhtar dan Kalina masih menikmati angin yang berhembus membelai wajah mereka. Kalina semangkin mengerti bahwa bosnya ini sudah pasti memiliki masalah dalam pernikahannya ia melihat wajah tampan itu jarang sekali tersenyum hidung mancung, mata cokelat, dan bibir merah muda yang menandakan bahwa ia pasti sudah jelas tidak merokok.
"Jika kamu yang berada pada posisi itu, apa yang kamu lakukan?" tanya Akhtar memandang ke arah Kalina begitu juga dengan Kalina, mereka saling memandang satu sama lain rambut Kalina yang tergerai lepas bergerak gerak terkena tiupan angin terkadang menutup wajahnya terkadang juga membuat wajah Kalina bebas tanpa rambut yang menutupinya. Ada getaran yang Kalina rasakan, mengapa tatapan Akhtar padanya berubah menjadi sendu, ia tidak bisa terus terusan seperti ini, Kalina takut akan jatuh pada pesona Akhtar yang mungkin sudah ia rasakan. Kalina memutuskan tatapan itu ia menghela nafas berpikir apa yang harus ia lakukan dengan pertanyaan Akhtar kepadanya.
"Mungkin aku akan mencoba bertahan dan memahaminya, karena dalam hubungan kita tidak bisa mengambil keputusan begitu saja, kita juga harus memikirkan konsekwensinya akan kah berakhirnya hubungan ini memberikan dampak yang buruk atau sebaliknya, semua tergantung dari diri kita sendiri." Akhtar mengangguk membenarkan ucapan Kalina ia juga sedang mencoba memahami istrinya.
"Lalu jika kamu sudah memahaminya, mengerti dirinya dan tetap saja dia tidak menghargai mu apa yang akan kamu lakukan?"
"Mungkin berpisah jalan yang terbaik." jawab Kalina bijak. Akhtar tersenyum memandang Kalina, ia tak menyangka gadis muda dihadapannya ini sedikit membuat perasaannya ringan ia bisa tertawa tanpa rasa beban memikirkan jalan pernikahannya.
"Tapi apa itu masalah Bapak?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu??" jawab Akhtar sambil menautkan alisnya tak mengerti.
"Maaf, bukan maksud Saya ikut campur, tapi Bapak jangan ikuti apa kata Saya ya."
"Kata kata yang mana?"
"Yang berpisah adalah jalan terbaik," ucap Kalina takut takut. Seketika membuat tawa Akhtar pecah.
"Kalina Kalina, kamu ada ada saja, meskipun saya tidak mengakhirinya, jika hubungan itu akan berakhir tetap saja berakhir." ucap Akhtar lebih terdengar seperti putus asa.
"Kenapa Bapak bicara seperti itu?" Akhtar hanya memandang Kalina dengan lekat seolah ia akan menerkamnya. Kalina salah tingkah dengan tatapan Akhtar, ia mencoba mengalihkan pandangannya pada yang lain lalu menatap Akhtar kembali, terlihat Akhtar masih menatapnya.
"Apa ada yang aneh pada wajah saya Pak?" tanya Kalina memberanikan diri.
"Tidak ada,,"
"Lalu, kenapa?" bagaiman Kalina mengucapkannya apa ia harus berkata mengapa bapak memandangi wajah saya seperti itu, memikirkan itu wajah Kalina memerah seketika membuat Kalina memalingkan wajahnya agar tak terlihat oleh Akhtar.
"Kenapa?" tanya Akhtar yang masih menunggu jawaban Kalina.
"Apa?" tanya Kalina bingung, mengapa ia merasa suasana jadi canggung seperti ini batin Kalina.
"Sudah lah, ayo kita kembali ke hotel, ini sudah malam Kalina, besok kita sambung lagi," Akhtar bangkit yang di ikuti oleh Kalina. Mereka berjalan keluar menuju area parkiran terlihat pria yang menjadi sopir mereka berjalan mendekat lalu membuka kan pintu untuk Akhtar dan Kalina lalu melaju membawa mereka kembali ke hotel.
"Oh ya, apa kau ingin ikut dengan Saya kerumah Mbak Arisa?"
"Mbak Arisa?" Kalina tampak berpikir seperti mengenal nama tersebut.
"Mbak Arisa Kakak Saya yang waktu itu kamu temui dirumah saya, ingat?"
"Oh,, astaga saya lupa Pak, loh emangnya Mbak Arisa di Bali?" Akhtar mengangguk.
"Mereka menetap di Bali semenjak menikah."
"Boleh, tapi Bapak tidak keberatan kan jika saya meminta Bapak mampir disalah satu kedai oleh oleh?"
"Tidak masalah, katakan saja kamu mau kemana." Kalina mengangguk tersenyum lalu mengalihkan pandangannya kearah jendela mobil, fiks Kalina mulai jatuh pada pesona pria disampingnya ini boleh kah ia mengagumi suami orang, entahlah.
. . . . . . . . . . . . . . . *** . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Maaf untuk typo dan lain lain..
Jangan lupa Komen
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alamat sss Author..
*Lyerma wati. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Salam sayang dari Author. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .