Jakarta tahun dua ribu enam puluh lima.
Di malam yang penuh dengan suara bising kendaraan dan hidup manusia seperti biasa, sebuah benda langit yang memiliki kecepatan tinggi melesat hendak menabrak planet ini. Sekilas di mata manusia biasa yang melihatnya dengan kemampuan mata terbatas mereka mungkin itu hanya tampak seperti bintang jatuh yang menawan penglihatan. Namun, kecantikan itu tak lagi nampak ketika ia berhasil menghantam planet ini. Yang tersisa dari tubrukan itu adalah segudang misteri. Sisa dari tubrukan itu tak berbentuk layaknya batu dari angkasa yang menghantam atmosfer lalu pecah menjadi banyak serpihan kasar berukuran lebih kecil. Tidak begitu. Karena yang tersisa adalah batu dengan bentuk pipih yang cekung di tengah. Seperti rupa plasma darah.
Tak ada yang bisa jelaskan hal apa yang telah terjadi. Meteor yang terjatuh di suatu pemukiman di daerah Jakarta Utara tersebut pecah menjadi kecil begitu saja dan menghantam atap rumah warga. Tanpa menimbulkan kerusakan apa pun. Tak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Mazeltov merasakan hal aneh dari semua kejadian itu dan mengirim sekelompok ilmuwan untuk meneliti hal tersebut. Tak lama kemudian, mereka menemukan bahwa itu bukan batu meteor biasa. Permukaannya seperti memancarkan radiasi kosmis yang sangat aneh. Hanya bisa bereaksipada gen segelintir manusia yang tak menentu.
Ł
Noru berjalan gontai menuju pintu kamarnya sendiri. Perasaannya begitu tak keruan. Terjadi hal yang sangat tidak biasa pada dirinya.
Kejadian ini terjadi saat di sekolah. Waktu itu jam pelajaran olah raga. Ia bermain bola basket seperti biasa dengan beberapa temannya. Namun, di tengan ronde kedua, ia merasa salah satu kakinya, tepatnya kaki kanan sangat mati rasa. Tak terasa apa pun seolah kakinya tak ada. Ia tetap coba untuk berlari seolah tak ada yang terjadi. Tapi itu tak bertahan lama. Karena tak lama setelahnya, ia merasa kakinya seperti sedang hancur sedikit demi sedikit, perlahan-lahan.
Pengalaman yang snagat mengerikan dan tak terduga itu terjadi selama sekitar tiga puluh menit. Setengah jam yang terasa setengah tahun merasakan siksa alam kubur atau siksa neraka sekalian. Setelah bisa kembali berjalan ia segera meminta segera dipulangkan.
*
Di rumah tak ada yang menyambut kedatangan dirinya. Tak ada ibu yang dengan tangan hangat menyambut kepulangannya dari sekolah. Tak pernah ia rasakan sentuhan ibunya sendiri sejak lahir. Semua terasa begitu hampa dan mati.
Ayah yang ia harapkan pun selalu ingkar dari semua janji yang pernah ia ucapkan. Beberapa waktu terakhir ini ia seperti semakin gila dengan pekerjaannya. Tak satu kali pun dalam satu bulan ini rumah ia tengok atau pedulikan. Tak sekali pun kasih dan cinta ia curahkan untuk putra satu-satunya yang ia punya.
*
Sesampai di dalam kamar segera ia baringkan tubuh di atas tempat tidur. Ia telisik beberapa kali kakinya yang sempat bermasalah dan terasa sangat tidak benar. Sekarang keadaannya baik-baik saja. Seolah tak ada yang pernah terjadi padanya. Namun, rasa curiga masih menyelusupi dan menggelayuti inti hati sanubari. Akhirnya Noru pun memutuskan untuk pergi ke dokter setelah bangun dari tidur siang.
*
Pasien yang menunggu tak terlalu banyak ketika ia datang. Alhasil ia bisa cepat masuk dan mengutarakan masalahnya. Ia tak ingin jadi seperti ibunya yang terlambat menyadari jika memiliki penyakit parah.
“Saya percaya kkamu akan baik-baik saja kok. Tidak akan ada hal buruk terjadi padamu. Mungkin kamu hanya terlalu merasa capai saja. Setelah pulang segera istirahat dan makan makanan yang sehat,” pesan dokter usai ia keluarkan semua keluhan.
Namun, sayang, tapi Noru tak bisa menerima semua jawaban yang dokter lontarkan. Jawaban itu terasa begitu ambigu dan tidak jelas. Namun di sisi lain hati ia berharap bahwa apa yang diucapkan oleh dokter itu benar. Semoga itu hanya rasa lelah biasa atau kram karena kurang pemanasan. Ia berdoa jauh di dalam lubuk hatinya.
*
Matahari makin tinggi dan tanpa terasa siang berganti jadi malam. Noru coba terlelap di atas pembaringan. Namun, tak dinyana-nyana tiba-tiba rasa sakit itu kembali menggila di kakinya. Rasanya seperti… sulit dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin seperti kaki yang terlindas truk tapi tidak hancur dan hanya sisakan rasa sakit luar biasa di otaknya.
Jika hancur saja sakit, bagaimana jika sampai tidak? Memang kaki manusia itu polisi tidur apa.
Noru mencoba tenang dan mengatur nafas. Ia yakin rasa sakit itu sebentar lagi akan sirna. Tak apalah jikapun ia harus menunggu setengah jam. Ia ikhlas asal setelahnya rasa sakit itu sirna.
Namun rasa sakit itu makin lama hanya terasa makin menggila. Bodo amat sudah setengah jam atau belum, Noru tak bisa menahan lebih lama.
Di rumah besar ini, ia sebatang kara tanpa seorang pun tempat berkeluh kesah atau membagi beban.
Dengan sisa kekuatan terakhir yang ia punya, ia berusaha terseok menuju bangunan gudang. Ia tak memutuskan untuk pergi ke rumah salah satu tetangga karena yakin mereka juga tak akan bisa menyudahi rasa sakit ini. Menunggu dibawa ke rumah sakit lalu ditangani oleh para tenaga kesehatan? Kalau itumah terlalu lama. Ia memilih cara singkat meski itu bisa merusak masa depannya.
Noru memutuskan untuk lakukan hal yang sangat ekstrim yaitu dengan menggergaji kaki kanannya sendiri menggunakan gergaji manual yang disimpan oleh papanya di gudang kediaman keluarga mereka.
Rasa sakit yang sudah seperti siksa alam kubur atau bahkan siksa neraka itu pun sirna. Dan tak pernah kembali lagi sepanjang hidupnya.
Kaki kanannya merupakan kompensasi dari efek penerimaan gennya pada sesuatu yang bernama plasmaeutic. Virus penyebab kelainan bernama sindrom plasma yang tak lama lagi akan menghancurkan dunia.
Ini adalah awal dari kebangkitan suatu organisme baru di alam semesta yang miliki nama linerer.
*
Apocalypse High School merupakan satu-satunya sekolah dengan basis penanganan dampak bencana yang terletak di kepulauan buatan atau reklamasi Number Thirty Nine. Sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap dan sumber daya pribadi. Di sini, siswa tak hanya dididik sebagai pelajar. Namun juga volunteer.
Sekolah ini memiliki perkebunan sayuran dan buah mereka sendiri. Bukan hanya itu tapi juga peternakan yang membudidayakan mulai dari ayam, sapi, kerbau, kambing, dan hewan-hewan mamalia lain yang lazim dikonsumsi oleh manusia. Di tiap bagian dibentuk komite yang akan mengawasi serta mengurusnya. Seperti komite perkebunan sayuran yang miliki tugas membawahi hasil perkebunan sayuran milik sekolah. Tugasnya sama seperti komite perkebunan buah. Selain itu masih ada komite sumber daya, komite kebersihan, komite perpustakaan, komite olah raga, komite seni, komite hiburan, dll. Tanggung jawab pengoprasian setiap komite diserahkan sepenuhnya di tangan siswa.
Sistemnya yang unik dan mendidik kemandirian siswa menarik banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di tempat ini. Tak heran walau baru sepuluh tahun berdiri, Apocalypse High School telah mencetak ratusan ribu lulusan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap tahun ajaran baru, sekolah ini tak pernah sepi dari para anak yang ingin bagaimana rasanya kemewahan sekaligus kesengsaraan hidup Apocalypse High School yang selalu menebar pesona.
Number Thirty Nine terkenal sebagai sebuah pulau edukasi. Kebanyakan siswa di sana harus rela ngekos atau kalau punya kocek lebih, menyewa apartemen selama menuntut ilmu di tempat ini. Kecuali keluarganya memang tinggal di Number Thirty Nine, semua siswa harus mampu hidup mandiri dengan kaki mereka sendiri. Berdikari.
Apocalypse High School merupakan institusi pendidikan paling besar sekaligus paling favorit di Reklamasi Island. Sekolah ini sebenarnya menyediakan asrama. Namun asrama hanya diperuntukan bagi para petinggi komite maupun anggota elit dewan siswa.
Karena miliki basis penanganan dampak bencana, sejak awal tahun siswa-siswa di sekolah ini sudah mengalami beberapa simulasi bencana dan bagaimana cara penanganannya. Seperti saat terjadi musibah gempa, apa yang harus dilakukan oleh semua orang. Berbeda lagi dengan penanganan bencana tsunami maupun bukan bencana alam (BBA) seperti kebakaran atau banjir.
Anggota komite biasa diganti setiap tahun ajaran baru. Alasannya untuk menghindari perasaan jenuh para siswa. Dan beri variasi bagi tiap warga di sana.
Kharisma sendiri satu waktu pernah bergabung dengan komite olah raga bagian sepak bola. Namun, memasuki tahun kedua, ia memutuskan melepas seluruh keanggotaan komite. Jadi anggota komite menurutnya sangat berat dan menguras terlalu banyak tenaga. Inilah wujud kesengsaraan hidup saat jadi siswa Apocalypse High School. Makadari itu ia memutuskan untuk keluar dari asrama sekolah dan pindah ke sebuah apartemen.
Namun, apa hal lebih baik akan terjadi setelah ia pindah ke apartemen? Atau malah sesuatu yang lebih menyengsarakan? Yang mana menurut kalian?