Selesai mandi Alex meletakkan handuk yang baru saja dipakainya dengan sembarang, tapi Naura hanya diam seraya mengambil handuk itu. tak seperti biasanya Naura mengoceh sepanjang hari seperti kreta api.
" aku tidak sarapan di rumah," ucap Alex tapi Naura hanya mengangguk tanpa sepatah kata. Alex termangu biasanya satu kata itu berhasil membuat drama panjang dengan tangisan Naura , tapi kali ini Naura hanya diam dan melenggang keluar kamar sendirian untuk menikmati nasi goreng buatannya sendiri. Alex memperhatikan dari jauh, tapi tak berani bertanya apapun.
Sudah seminggu ini Alex tak mendengar keluh manjanya. rumah ini seketika hening, ia begitu berbeda seperti dua orang asing.
" kamu kenapa?" tanya Alex
" aku baik!"
" bukan itu, sikapmu kenapa? kenapa aneh?"
" tidak ada yang aneh" ucap Naura sambil menyantap nasi gorengnya.
Alex menghela napas panjang dan berkata " aku ngak pulang malam ini"
Naura mengangguk tak perduli, Alex berdecit, bukan seperti biasanya Naura akan merengek tak ingin ditinggalkan, membuat dirinya kesal, marah dengan sikap kekanak-kanakan istrinya itu, sikap diamnya Naura seharusnya membuat Alex senang tapi entah kenapa Alex semakin kesal.
" ini uang untuk mu, kamu bisa menghabiskan waktu untuk mengusir bosan", ucap Alex sambil meletakkan amplop cokelat di atas meja.
Naura hanya meliriknya aja dan berkata " simpan saja, uang yang seminggu lalu masih ada"
Alex menatap tak percaya, sama sekali heran dengan perubahan drastis istri manjanya itu, istri yang luar biasa borosnya, istri yang selalu memandang sesuatu dengan uang, istri yang bisa menghabiskan uang puluhan juta untuk perawatan tubuh, istri yang tak mau tersaingi oleh orang lain.
" ambil saja uang nya", ucap Naura seraya beranjak dan membawa piring kotor ketempat cucian, kemudian setelah itu membersihkannya. Membuat Alex kembali terperangah, sebelumnya Naura tak pernah memegang semua urusan rumah, Alex menyediakan asisten rumah tangga lebih dari satu dirumahnya.
Merasa geram dengan sikap Naura, Alex mendekat dan menarik tangannya sampai piring yang Naura pegang jatuh kelantai. Tapi wajah naura datar tanpa melihat kearah Alex.
kamu kenapa? kamu meledekku?" bentak Alex, Naura diam. ini bukan kamu tolong jangan kayak gini! ada apa?"
" aku tidak apa-apa mas" jawab Naura sambil memalingkan wajahnya, cengkraman tangan Alex membuat Naura meringis, biasanya Naura bergelayut manja dengan sikap dingin dan marah Alex tapi kali ini Naura hanya diam, membuat semakin marah, kesal, dan akhirnya pergi meninggalkan Naura begitu saja.
Piring yang berserakan pun di bersihkan oleh ART, sementara Naura naik keatas dan masuk ke kamar dia duduk menghadap jendela, menatap taman yang indah dari lantai dua, tak terasa air mata nya luruh, mengingat seminggu yang lalu Naura mendapati di hp Alex yang ditujukan untuk Alya sahabatnya sendiri.
[ " aku mencintaimu Alya, aku mencintaimu kelembutan mu, aku mencintai kesederhanaan mu caramu bersikap, sebuah perasaan yang tak ku dapat kan dari Naura, tetap lah di hati ku Alya sayang"]
pesan ituNaura membacanya dengan hati sesak, tapi dia tak bisa marah pada sahabatnya Alya, Naura juga membaca balasan dari Alya,
[ " mas ini tidak benar, seharusnya yang mas cintai itu Naura istri mas sendiri]
Sementara di kantor Alex tidak fokus bekerja karena balasan pesan dari Alya itu. Memang Alya dia kagumi sejak lama jauh sebelum ia menikah dengan Naura, gadis sederhana yang membuatnya terpukau, kepintarannya dibalut dengan kelembutan yang sempurna, sosok yang begitu sempurna bagi seseorang Alex.
Hingga... satu langkah menggapai cinta Alya kandas, ketika Naura mendatangi Alya dengan binar penuh cinta, dan menceritakan cintanya Naura, satu kenyataan yang membuat Alya mundur perlahan.
Alya dan istrinya adalah dua sahabat yang begitu dekat, mereka saling menyayangi seperti kakak beradik, sosok Alya yang merupakan anak dari seorang tak punya, kemudian dibawa oleh orang tua Naura yang kaya raya, ia diberi tugas menemani Naura yang merupakan anak semata wayang, Alya diberi semua yang terbaik, termasuk pendidikan.
Seketika lamunan Alex buyar, ketika satu hal ia sadari, ponselnya sepi, biasanya dari mulai ia bangkit ke kantor, HP miliknya terus berbunyi, entah itu telepon atau deretan chat dari Naura.
[Aku pulang larut malam ini]
Alex merasa aneh dan memancingnya dengan satu pesan.
[ Iya, mas]
pria itu mengernyit kan dahinya, benar-benar bukan Naura yang selama ini ia kenal. Biasanya Naura akan merajuk dan datang ke kantor membatalkan pertemuan dan membawa dirinya pulang bersama. perusahaan ini memang milik ayahnya Naura, sehingga dirinya memiliki wewenang dan terkadang seenaknya.
.
.
.
******
"Hey, kenapa pesan dan teleponku gak di balas!" ucap Alya menemui Naura, sahabatnya itu sedang terbaring hanya mengenakan daster dengan rambut yang acak-acakan dan membaca sebuah n****+.
" kamu sakit?" Alya mendekat dan dengan cemas memegang kening Naura .
" tidak! aku tidak sakit, beberapa waktu ini aku memang sedikit malas aja, aku ingin sendirian."
" kenapa? ada masalah dengan Alex?"
Naura menggeleng pelan dan memaksa untuk tersenyum." aku tidak sakit, kamu tak perlu kwartir"
Alya menatap sahabatnya itu, ada yang lain.