"Sco! Sco! Austin Scorpio!" teriak heboh seorang gadis berseragam putih abu-abu sembari menaiki tangga menuju salah satu ruangan di lantai dua.
Pemuda yang bernama Scorpio terlonjak terkejut dan spontan membanting stik Playstation di tangannya lalu bergegas menuju pintu kamar guna memastikan kenapa namanya diteriakan dengan sangat heboh.
Wajah bingung dan juga penuh rasa penasaran tercetak jelas pada pemuda bertubuh 186 sentimeter itu saat berdiri di ambang pintu. Pada anak tangga terakhir, muncul seorang gadis berambut panjang bergelombang muncul dengan ekspresi yang kurang bersahabat.
"Ada apa sih? Kenapa teriak-teriak kayak tarzan?" tanya Scorpio pada gadis yang sedang berkacak pinggang menatap lurus ke arahnya tanpa ekspresi.
Scorpio menyentil bibir gadis di depannya agar membuka mulut, menjawab pertanyaannya.
"Virgonia Melody, punya mulut 'kan? Gak bisu?" Scorpio mulai kesal melihat Virgo tidak menjawab pertanyaannya.
"Aku mau masuk!" Virgo mengkode Scorpio untuk menyingkir dari ambang pintu dan memberinya jalan untuk masuk ke dalam kamar pemuda tampan itu. Scorpio menghela napas dan menyingkir guna gadis itu bisa melangkah ke dalam kamarnya.
Virgo melepas cardigan sage green dan tas ke sembarang arah lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang Scorpio tanpa ragu. Tidak banyak bicara, Scorpio memungut cardigan serta tas Virgo untuk diletakkan digantungan yang ada di balik pintu.
Scoepio kembali duduk di atas karpet, mengambil stik playstation dan memainkan permainannya yang sempat terjeda sejenak. Pemuda itu memilih untuk tidak mengulang bertanya pada Virgo.
"Kaos kakinya lepas dulu," kata Scorpio seolah memberi peringatan pada Virgo yang berbaring di atas kasur tanpa suara. Gadis itu patuh, duduk dan segera melepas kaos kaki lalu melemparkannya begitu saja ke lantai.
Scorpio melirik dan menghela napas, menaruh stik ke atas meja. Pemuda itu beranjak dari tempat duduknya, memungut kaos kaki dan merapikannya. Setelah semuanya pemuda itu bereskan, Scorpio kembali duduk dan bermain playstationnya dalam diam.
Tidak terasa sudah dua jam berlalu begitu saja. Scorpio larut dalam permainannya, sedangkan Virgo berlayar dalam pulau mimpi. Pemuda dengan boxer hitam dan kaos oblong berwarna putih itu memilih turun ke lantai satu untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan.
Suasana hening dan tidak ada seorang pun yang menyapanya saat Scorpio memperhatikan dengan saksama isi kulkas. Saat ini, Scorpio masih tinggal bersama kedua orang tuanya dan juga adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas lima. Scorpio sendiri kini sudah menjadi siswa Sekolah Menengah Atas kelas XII. Cukup jauh selisih usia Austin dan adiknya.
Terdengar langkah kaki menuruni anak tangga dan sudah bisa dipastikan jika itu Virgo, gadis yang tinggal tepat di sebelah kanan rumahnya. Virgo saat ini juga duduk di kelas XII SMA, satu kelas, satu bangku dengan Scorpio. Virgo lebih sering pulang ke rumah Scorpio dibanding rumahnya sendiri karena di rumahnya hanya ada Asisten Rumah Tangga dan satpam. Orang tuanya lebih banyak di luar negeri berbisnis dan juga Virgo sudah dititipkan kepada kedua orang tua Scorpio. Kedua orang tua mereka bersahabat baik.
"Minum," pinta Virgo dengan suara parau, khas bangun tidur.
Scorpio berbalik dan menghela napas melihat penampilan Virgo. Rambut acak-acakan, mata yang masih enggan terbuka sempurna, tetapi pakaian gadis itu sudah berganti dengan T-shirt besar milik Scorpio.
"Aku gerah, mangkanya pake baju kamu," ucap Virgo tanpa rasa bersalah dengan merebahkan kepalanya di atas meja sambil menatap lurus Scorpio yang terlihat menahan kesal.
"Emang pinter banget kalo milih pake baju orang. Itu baju belum pernah aku pake," sindir Scorpio sambil menyodorkan satu gelas air dingin pada Virgo.
Gadis itu tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putih bersihnya. "Abis bajunya bagus. Buat aku aja yah." Virgo memberikan puppy eyes pada Scorpio dan pemuda itu mendengkus.
"Enggak! Baju ini belom aku pake." Scorpio menolak mentah-mentah permintaan Virgo.
"Tapi baju ini udah aku pake. Masa kamu pake bekas aku." Virgo mencari berbagai alasan.
Scorpio melangkah mendekati Virgo dan menjentikkan jarinya pada dahi gadis itu. "Menurut kamu? Baju aku yang mana, yang gak pernah kamu tester duluan? Bukannya sejak SD aku selalu pake baju bekas kamu, terutama T-shirt dan hoodie!" Virgo meringis dan mengacungkan jari telunjuk dan tengah bersamaan.
Ucapan Scorpio adalah fakta. Virgo selalu suka memakai T-shirt pemuda itu, meskipun ukurannya sangat besar. Virgo yang hanya memiliki tinggi 162 sentimeter memakai T-shirt milik Scorpio seolah sedang memakai daster.
"Aku laper, gak ada yang bisa bikin kenyang," keluh Scorpio membuat Virgo mendengkus mendengarnya.
"Bilang aja minta masakin." Gadis itu beranjak dari tempat duduknya dan mendorong tubuh besar Scorpio agar tidak menghalanginya membuka pintu kulkas. Dengan tangan cekatan, Virgo mengambil beberapa macam sayuran dan bahan-bahan yang ia perlukan untuk memasak. Virgo pandai memasak. Scorpio duduk diam di kursi sambil memainkan ponselnya menunggu Virgo bereksperimen di dapur.
Virgo menjawil lengan Scorpio dan mengkode agar pemuda itu mengikat rambutnya dan Scorpio dengan cepat melakukan perintah Virgo. Jika orang awam yang melihat tingkah keduanya, maka akan selalu beranggapan kalau keduanya adalah sepasang kekasih, tetapi pada kenyataannya mereka hanyalah sepasang sahabat. Scorpio punya pacar dan Virgo sedang masa pendekatan dengan seorang pemuda.
"Gimana dengan Leo?" Scorpio membuka obrolan.
Virgo menghentakkan kaki membuat Scorpio terkejut. "Jangan bahas dia sekarang. Nanti aku bakal ceritain sama kamu. Lebih baik sekarang diem, tutup mulut, duduk yang rapi, kwitiaunya bentar lagi siap." Scorpio memilih mengangguk patuh, mengunci mulutnya rapat.
Setelah lima menit, keduanya makan bersama.
"Kayaknya nanti kamu cocok jadi chef. Ini tuh enak banget," puji Scorpio sembari mengunyah masakan buatan Virgo.
Bukan satu atau dua kali dan bukan hanya Scorpio sendiri yang berkata demikian, tetapi sudah cukup banyak orang yang mengatakan hal serupa setelah mencicipi masakan Virgo. Gadis itu sangat suka memasak dan ia juga bercita-cita ingin memiliki restoran sendiri.
"Kalo aku jadi chef, kamu harus bayar mahal kalo makan masakan aku," kata Virgo santai.
"No problem, kalo setiap hari dimasakin." Virgo hanya memutar bola mata mendengar jawaban Scorpio.
***
Keduanya kembali ke kamar setelah makan dan membersihkan dapur. Virgo kembali duduk di atas kasur dan Scorpio berbaring di karpet sambil memilih channel tontonan. Film kartun adalah pilihan keduanya.
Keduanya fokus pada layar televisi dan tiba-tiba Virgo berbicara dengan nada pelan.
"Aku mau ciuman." Scorpio spontan menegakkan tubuh dan menatap Virgo dengan kedua bola mata membesar.
"Hah?! Maksudnya?" tanya Scorpio memastikan.
Virgo menggigit bibirnya sambil memilin jemari. "Aku mau ngajak Leo ciuman." Scorpio tertawa mendengar ucapan Virgo.
"Emang kamu bisa ciuman?" Virgo refleks menggeleng. "Kan belom pernah ciuman."
Virgo cukup polos, meskipun sudah beberapa kali berpacaran, tetapi gadis itu belum pernah merasakan ciuman pertama.
"Kata Pika, biar paham, aku disuruh perbanyak nonton film yang banyak adegan ciumannya." Perkataan polos Virgo kembali membuat Scorpio tertawa terpingkal.
Scorpio menatap Virgo setelah tawanya redah. "Terus sudah nonton filmnya?" Virgo menggeleng.
"Gak tau apa judulnya. Kamu pasti banyak koleksi film ciuman. Puterin satu buat jadi contoh, biar aku bisa belajar." Scorpio meneguk salivanya mendengar ucapan Virgo.
Gadis itu berpindah tempat duduk di sebelah Scorpio dan mendorong pemuda itu untuk segera memutarkan film untuknya. "Cepet puter, malah bengong!"
"Kamu gila yah? Mana punya aku koleksi film begituan," elak Scorpio.
Virgo menatap penuh selidik Scorpio. "Jadi, kamu koleksi film apa?"
"Film bokep lah. Apaan film ciuman, gak mantap!" Sebuah tempelengan diberikan oleh Virgo pada kepala Scorpio.
"Aku bakal aduin ke mama papa kamu. Anaknya liar, nonton film porno!" teriak Virgo dan sesegera mungkin Scorpio membekap kuat mulut gadis itu dengan telapak tangan besarnya.
"Toa banget sih. Gak aku kasih nih, film ciumannya," ancam Scorpio dan Virgo mendengkus.
"Buruan puter!" Virgo kembali mendorong tubuh besar Scorpio. Pemuda itu bak kerbau dicucuk hidung, bergerak mengambil remote yang tak jauh darinya dan mengetikkan sebuah judul di layar televisi.
Virgo tersenyum sambil mencubit gemas pipi Scorpio yang duduk di sampingnya. Gadis itu duduk diam sambil memeluk bantal, menonton dengan saksama sebuah film barat yang diputar Scorpio.
Setelah sepuluh menit berlalu, sebuah adegan ciuman muncul di layar, Scorpio menatap lekat Virgo yang sedang fokus mengamati setiap pergerakan pemeran.
"Mejem, miringin kepala ke kanan atau kiri, terus agak majuin bibirnya," gumam Virgo sambil mencoba memperagakan apa yang sedang ia tonton.
Gadis itu shock luar biasa saat bibirnya merasakan bersentuhan dengan sesuatu saat matanya terpejam. Dengan cepat Virgo membuka mata dan terbelalak saat tahu jika Scorpio sedang mencium bibirnya. Virgo mendorong tubuh Scorpio dan melotot garang sambil menunjuk wajah Scorpio yang tampak tidak ada rasa bersalah.