DUA PULUH DELAPAN

1629 Words

"Nginep di sini aja atau aku anterin kamu pulang?" Aku menghela napas. Tidak... aku tidak mungkin membiarkan Ervan mengantarkanku pulang di saat ada Ray di rumahku, bisa-bisa mereka ribut di rumahku. Mengingat Ray yang selalu saja terpancing emosi ketika bertemu Ervan. Dan Ervan yang sepertinya sedang cemburu buta. Bukan waktu yang tepat untuk mempertemukan mereka berdua malam ini, apa lagi ada keluarga Ray juga di sana. Lagi pula, Ervan baru saja sembuh. Aku ingin dia istirahat saja sampai besok agar hari Senin bisa beraktivitas kembali dengan lancar. Karena aku tak kunjung bersuara, Ervan menarik tanganku hingga aku duduk di sebelahnya. Terdengar helaan napas darinya, sebelum kembali berbicara. "Baru aja kita baikan. Masa harus ribut lagi, sih?" Ervan menyentuh bahuku, lalu memutar b

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD