"Syukurlah, kamu udah sadar," ucap mama saat aku baru saja membuka mata. Seingatku, tadi aku berada di cafe dan terkena pukulan salah sasaran oleh Ervan karena Ray yang berhasil menghindarinya. Aku tak tahu siapa yang telah mengantarkanku pulang. Aku melirik jam di dinding, sudah menunjukkan pukul 21:00. Berarti, sudah hampir 4 jam-an aku tak sadarkan diri. "Ervan mana, Ma?" tanyaku sambil duduk bersandar di kepala ranjang. Mama mendengkus. "Ngapain kamu cari cowok itu lagi? Bisa-bisanya dia bersikap kasar, bahkan sampai mukul kamu? Untung aja ada Ray di sana juga. Mama udah usir dia dan bilang untuk nggak menginjakkan kaki di sini lagi." Aku geleng-geleng kepala. Pasti Ray telah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada mamaku itu. "Mama tega... " ucapku lirih. "Mama selalu aja a