"Maafin atas sikap mamaku ya, Van," ucapku saat mengantar Ervan menuju mobilnya. Ervan telah berbicara dengan papaku dan papa merespon baik niatnya Ervan. Hingga sampai tiba waktunya makan malam, baru lah mama keluar setelah dipanggil papa berkali-kali. Tidak seperti tadi yang hanya diam saja menunjukkan muka datarnya, saat di meja makan mama mulai bersuara. Tapi yang keluar dari mulut mama tak lain adalah tentang Ray. Ray yang begini, Ray yang begitu. Ervan tersenyum. "Nggak apa-apa. Aku maklumin, kok. Kalau berada di posisi mama kamu, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama. Mama kamu ada benarnya juga. Ray lah yang selama ini berada di sisi kamu, bukan aku." "Van... " Aku menyentuh bahunya pelan. "No need to worry(tidak perlu khawatir), Sayang. Aku akan berusaha lebih giat lagi