Setelah cerai, hidup bukan lagi penyesalan, melainkan pilihan. Mau tetap menjadi Upik Abu atau menjadi seorang Ratu
****
"Gimana kamu itu? Masak mantanmu masih ingin ingin tinggal di rumah kita?"
"Dia masih dalam masa Iddah, Letia." Arka berusaha menjelaskan. Entah mengapa dirinya merasa sedikit jengkel dengan sikap istri barunya.
Sungguh selama ini, Arka tidak menduga kalau watak Letia begitu keras. Dulu, saat dia hadir kembali dalam hidupnya, Letia begitu lembut, anggun dan mempesona.
Perempuan yang tak sengaja bertemu kembali di acara reuni sekolah itu tampak begitu luar biasa. Senyumnya, tatapannya, cara dia bersikap dan berbicara adalah cara yang sama saat mereka menghabiskan waktu bersama di masa SMA. Waktu tak membuat keanggunannya lekang. Bahkan lebih indah dari sebelumnya. Wajah bulat telur dengan hidung mancung itu berhasil membiusnya dan menjadikannya jatuh cinta untuk yang kedua kali. Untuk kedua kalinya Arka mensyukuri kehadiran Letia, gadis terpopuler di sekolah.
Bahkan senyum indah yang dimiliki Letia membuat Arka lupa, bahwa bertahun silam, dirinya pernah menangis kecewa karena ditinggal perempuan itu untuk menikah dengan pria selain dirinya yang tentu lebih kaya dan mapan.Arka lupa, kaku bertahun silam Letia pernah mencampakkannya.
Senyum indah yang dimiliki Letia membuat Arka juga lupa, kalau di balik pesona dan kelembutan sikap letia, tersimpan hati yang ambisius dan materialistis. Letia mampu menghalalkan segala cara untuk menjadi yang terdepan di antara siapapun. Arka lupa di balik segala pesona Letia tersimpan racun dan bisa yang membuat hidupnya menjadi berantakan. Termasuk rumah tangganya dengan Rumaisha.
Dengan gigih dan licik Letia masuk kembali ke dalam hidup Arka, tanpa mampu ditolak oleh pria itu. Dengan alasan masa lalu, perempuan yang baru saja bercerai dengan suaminya itu, dengan gampang membuat Arka tergila-gila dan melupakan akal warasnya. Tanpa perasaan dan belas kasihan Arka mulai menciptakan racun dalam rumah tangganya. Tanpa hati dan iba, dia menjadikan Rumaisha hanyalah sosok tak bermakna dalam hidupnya.
"Mas, aku tidak Sudi perempuan itu ada di rumah kita." Di layar ponsel, Letia masih menggerutu. Perempuan itu tampak mengucak rambutnya dengan gusar.
"Usir, dia, Mas." Letia memberi perintah.
"Usir mantan istrimu dan bocah sumbing itu." Suara Letia menggema, membuat paras Rumaisha seketika memerah. Entah kekuatan dari mana, dia merebut ponsel dari tangan Arka. Wajahnya mengeras menatap perempuan yang telah menciptakan empedu dalam rumah tangganya bersama suaminya selama ini. Cukup, sudah hinaan buat Gaza. Cukup.
"Jangan pernah menghina anakku." Rumaisha menatap murka.
"Kalau kamu mau datang ke rumahku, datanglah dengan adab. Jangan datang laksana manusia tidak tahu diri."
"Apa maksudmu dengan kata rumahku, hah?" Letia melotot.
"Kamu datang sebagai perempuan ke dua, jangan pernah bermimpi jadi yang ke satu di rumah ini, faham?" Tanya Rumaisha tandas.
"Kalau kamu datang, datanglah dengan sopan santun. Karena pintu rumah ini tertutup buat calon benalu yang sombong."
"Benalu?"
Rumaisha hanya tertawa dalam hati. Kata benalu, rasanya akan pantas dialamatkan buat wanita banyak tingkah seperti Letia. Kalau dia bukan benalu, tidak mungkin selama ini menghamburkan uang Arka dengan segala kegemarannya akan barang mewah. Kalau selama ini dia diam dan tak berdaya, tapi tidak untuk saat ini dan seterusnya. Rumaisha akan menyelamatkan apapun yang menjadi haknya dan Gaza. Rumaisha punya rencana, tepat Gaza lima tahun, dia harus melakukan rangkaian operasi lagi untuk putranya, dan itu butuh biaya.
"Satu hal lagi, jangan bertingkah macam- macam di hadapanku, pelakor."
Wow.
Rumaisha melihat wajah Letia berubah sebentar merah, sebentar putih dan sebentar lagi hijau.
Mulut wanita itu tak henti mengeluarkan kata - kata mutiara yang sangat berkelas.
"Apa katamu, aku Pelakor?"
"Apa? Ngapain kamu ngatur aku?" Letia melotot.
"Dasar Perempuan jelek, perempuan tak berharga, perempuan yang hanya bisa melahirkan anak cac...."
Tut. Rumaisha mematikan ponsel Arka. Selalu, merasa lemah dan sensitif, jika putranya yang jadi bahan olok- olok dan hinaan.
Layar ponsel berubah hitam. Rumaisha menutup panggilan nya. Jelas dia terakhir melihat, bibir Letia yang masih mengoceh dengan raut wajah kesal dan marah. Heran, bagaimana mungkin, Arka bisa jatuh cinta pada monster itu? Rumaisha geleng kepala.
Rumaisha melirik tajam ke arah mantan suaminya. Tak habis pikir.
"Perempuan itu yang kau sebut mutiara? Perempuan seperti itu yang kau perjuangkan mati-matian sampai kau tega mengkhianati rumah tangga kita?"
Arka terdiam, dengan jelas dia juga melihat semua tingkah menyebalkan Letia.
"Perempuan seperti itu yang akan menggantikan posisiku dalam hidupmu? Perempuan yang bahkan tidak mengerti cara menghargai diri sendiri?" Nada suara Rumaisha terdengar sinis.
"Aku pikir, perempuan yang kamu perjuangkan itu adalah bidadari, ternyata hanya sampah."
Rumaisha mendengus pelan. Melirik Arka yang mendadak lemah dan tak mampu menjawab.
"Kalau istrimu datang, bawa dia ke kamar belakang."
Arka hanya mengangguk. Kembali tak kuasa melawan Rumaisha, perempuan yang selama ini begitu lemah dan tak berdaya melawan semua pengkhianatan dan keangkuhan dirinya.
"Baiklah, Rumaisha."
"Kamar belakang itu bekas pembantu, katakan pada Letia, bereskan."
Lagi- lagi Arka hanya mengangguk.
"Satu hal lagi, katakan pada Letia, di sana tidak ada AC, tak ada fasilitas kamar mandi di dalamnya. Kalau dia mau mandi, dan sebagainya, dia bisa ke kamar mandi yang ada di dapur." Lanjut Rumaisha lagi.
"Terakhir, didik istrimu agar tak manja, Mas. Selama massa iddah, keuangan aku yang pegang. Faham?"
"Ba-baik, Rumaisha." Kembali Arka tak berdaya.
Wow.
Amazing
Rumaisha hanya tersenyum manis menatap senyum kekalahan di wajah Arka. Kekalahan pertama yang akan disusul dengan banyak kekalahan lainnya.
Setelah cerai, Si Upik Abu ini harus berubah, bukan?
****
Jeritan Letia yang datang larut malam tadi, penuh emosi dari kamar belakang. Suaranya terdengar nyaring sampai ke ruang tengah, di mana Rumaisha tengah menggendong Gaza yang sedang asyik melihat ikan warna- warni di akuarium besar.
"Kamar nya bocor, pengap dan sempit ...hadeuuuuh " suara Letia tak berhenti mengoceh, mengomentari kamar yang dia tempati dari semalam.
Sebetulnya Rumaisha dan Arka ada rencana merenovasi rumah secepatnya, tapi gaya hidup Arka yang beberapa bulan terakhir senang manjakan Letia, membuat pos untuk renovasi rumah banyak terganggu. Jika harga satu tas yang dibeli Letia bisa puluhan juta, bagaimana Arka gak bengek?
Rumaisha berjalan ke arah dapur. Ke kamar Letia.
Terdengar gedebag- gedebug dan suara Letia yang entah sedang apa. Apa dia berbenah?
Baguslah.
Kamar belakang ini sudah lama kosong semenjak Bi Cucu, mengundurkan diri karena suaminya sakit.
"Letia, ngapain kamu acak- acak? Bukannya diberesin. Ngapain semua bajumu kamu hamburkan seperti ini?" Terdengar suara Arka di tengah suara berisik benda- benda jatuh .
"Aku gak sudi beresin. Kamu saja, Mas."
"Kamu."
"Kamu...."
"Bareng- bareng."
"Ogaaahhhh....tak Sudi."
" Kamu kok, malas, Let?"
.
"Kamu yang memalukan, masa kalah sama mantan istrimu? Kamu pengecut."
"Cukup, jangan menghinaku. Bereskan ..."№
Mata Rumaisha langsung membulat indah. Tak menduga pasangan Romeo dan Juliet itu rupanya tengah berpesta pora membereskan kamar indah mereka. Oke, lanjutkan.