Sembilan belas

1306 Words

Ray baru saja turun dari kamarnya di lantai 2 di rumah orang tuanya. Memang saat weekend tiba, Ray lebih sering berada di sana. “Kakek mana, Ma?" tanya Ray sembari mencomot roti bakar di meja makan. Ray ingin sekali mengobrol dengan kakeknya itu. Semalam saat tiba di rumah, sang kakek sudah tidur. Yang biasanya Ray enggan berbicara dengan kakeknya karena malas mendengarkan saran atau nasehatnya, belum lagi sang kakek yang lebih sering sibuk dengan burung-burungnya. Kalau Ray diajak bicara perihal burung, dia tidak mengerti. Lebih tepatnya, si kakek lebih dominan mengajak burung-burungnya berbicara dari pada dengan Ray. “Itu di halaman belakang, biasa lah… sibuk sama burung-burungnya.” “Ya udah, aku ke sana.” Gendis, mamanya Ray heran. “Tumbenan? Biasanya ogah banget nemenin kakek ya

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD