"Siapa dia, Mas?" Novi memandang seorang wanita dengan heran. Bagaimana tidak, saat ini, Soni–suaminya pulang kerja bersama seorang wanita yang jika dilihat dari wajahnya terbilang masih sangat muda.
"Oh iya, kenalkan ini Zaskia. Dia akan jadi baby sitter untuk Helena." Soni memperkenalkan Zaskia pada sang istri.
"Baby sitter …?” Novi yang terlihat terkejut pun bertanya karena suaminya memang tidak pernah mengatakan hal itu.
"Iya, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu ingin buka butik sendiri. Jadi, pasti kamu butuh baby sitter kan untuk jaga Helena?" ucap Soni sambil memeluk pinggang sang istri. Meskipun terkejut. Namun, perlakuan pria itu di depan Zaskia sukses menepikan rasa heran dalam pikiran Novi.
"Oh iya, Zaskia, kenalkan ini Novi. Dia adalah istri kesayanganku.” Soni tiba-tiba mencium pipi Novi di depan Zaskia hingga membuat wanita itu merasa malu.
Sambil mengulurkan tangannya. "Aku, Zaskia, Bu."
"Novi," jawabnya sambil tersenyum ramah. "Mari silahkan masuk!"
Novi anggraeni adalah putri seorang pemilik warung makan sederhana di sebuah pasar tradisional. Sementara Soni Dirgantara adalah putra tunggal seorang pengusaha Furniture terbesar di Jakarta. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan yang dilakukan oleh Bowo dan Heru yang merupakan sahabat baik sejak mereka masih kecil. Namun, perjodohan itu tak lantas membuat keduanya saling membenci. Soni yang saat ini menjadi CEO di perusahaan orang tuanya adalah sosok suami yang setia dan sangat menyayangi Novi–istrinya.
Pernikahan mereka jauh dari berita miring ataupun pertengkaran. Hingga kebahagiaan keduanya bertambah saat Novi melahirkan seorang bayi perempuan cantik. Bayi bermata biru dan berkulit putih itu mereka beri nama Helena Dirgantara.
Sejak kelahiran Helena, Novi yang awalnya adalah seorang desainer di sebuah butik terkenal, memutuskan untuk berhenti dan beralih profesi menjadi ibu rumah tangga. Walaupun ini pengalaman pertama baginya, tetapi wanita berwajah manis itu terlihat sangat telaten, meski ia kerjakan seorang diri.
"Silahkan duduk!" Novi mempersilakan Zaskia untuk duduk di sofa.
Setelah mereka bertiga duduk di sofa. Zaskia mengatakan jika awalnya ia adalah seorang gadis kampung biasa. Demi menghidupi keluarganya, Zaskia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota.
"Memang kamu di kampung tinggal sama siapa?" tanya Novi dengan ramah.
"Saya tinggal sama Ibu dan dua adik saya yang masih sekolah. Sementara Ayah saya sudah meninggal tiga tahun yang lalu." Zaskia menjawab sambil menunduk.
"Innalillahiwainnailaihirojiun." Novi menatap gadis itu dengan iba.
Sesaat Novi memandang Zaskia dengan begitu dalam. Gadis itu terlihat sangat cantik. Menurutnya.jika dinilai dari usianya, Zaskia terbilang masih terlalu muda untuk menjadi seorang baby sitter.
"Mas, apa kamu yakin dia bisa merawat Helena dengan baik?" tanya Novi sambil berbisik.
"Kamu tenang saja! Aku jamin dia pasti akan jadi baby sitter yang sabar, apalagi pemilik yayasan itu bilang kalau Zaskia ini adalah perempuan yang rajin." Soni menggenggam tangan sang istri yang kelihatan ragu.
"Apa mungkin gadis muda ini akan merawat putriku dengan baik?" batin Novi sambil terus memperhatikan Zaskia.
Satu minggu yang lalu Novi memang mengutarakan rencananya untuk membuka butik sendiri. Namun, butik itu rencananya akan dibuka di rumah. Jadi, dengan begitu ia tidak perlu meninggalkan Helena sendirian. Akan tetapi, apa yang menjadi rencana Novi ternyata tidak disetujui Soni. Sang suami melarang istrinya itu untuk membuka butik di rumah dengan alasan perumahan yang mereka tempati saat ini tidak strategis untuk membuka usaha.
Sampai akhirnya, Soni menyewakan sebuah ruko di pusat kota Jakarta, tetapi Novi tidak menyangka jika sang suami akan mencari baby sitter dalam waktu yang begitu cepat.
"Sayang, bagaimana kalau kamu antar Zaskia ke kamarnya, biarkan dia istirahat dulu sebelum bekerja." Soni memegang pundak Novi hingga membuat wanita itu terkejut.
"Zaskia, mari saya antar ke kamarmu!" ajak Novi sambil berdiri dari posisi duduknya.
***
"Zaskia! Tumben kamu jam segini udah bangun?" tanya Novi saat melihat sang baby sitter yang sudah satu Minggu bekerja di rumahnya ada di dapur.
"Eh, Bu Novi! Kebetulan tadi saya mau ke kamar kecil, terus karena haus jadi saya mau buat air minum dulu sebelum kembali ke kamar." Zaskia tampak terkejut saat melihat Novi sudah ada di belakangnya.
"Ya sudah, kamu istirahat saja dulu! Lagi pula ini masih jam lima pagi, Helena juga belum bangun.”
"I-iya. Bu," jawab Zaskia dengan gugup.
Novi memang selalu bangun lebih pagi daripada yang lain, bahkan jauh sebelum Zaskia bekerja di rumah itu. Ibu satu anak itu selalu bangun jam lima pagi untuk menyiapkan keperluan sang suami.
Hingga kini, walaupun ia sudah sibuk dengan profesinya sebagai seorang desainer. Wanita muda itu masih melakukan hal yang sama. Setelah Zaskia meninggalkan dapur, Novi langsung mengeluarkan beberapa bahan makanan yang ada di di dalam kulkas.
Dengan cekatan ia mulai memasak beberapa menu makanan untuk suami dan anaknya. Tidak hanya itu, ia juga terlihat sibuk mencuci beberapa piring kotor yang ada di wastafel. Bagi Novi, kehadiran Zaskia hanyalah sebagai seorang pengasuh untuk putrinya dan bukan pembantu rumah tangga. Jadi, ia memang tidak pernah meminta Zaskia melakukan pekerjaan apa pun selain mengurus sang putri.
Novi yang saat itu sedang sibuk di dapur, tiba-tiba terkejut saat mendengar teriakan seorang laki-laki dari halaman belakang.
"Suara siapa itu?" tanya Novi sejenak menghentikan aktivitasnya. Merasa begitu penasaran, wanita itu pun langsung berjalan ke arah sumber suara.
Dengan perlahan, ia mulai menyusuri area belakang dapur hingga kedua matanya cukup terkejut saat mendapati suaminya kini tengah duduk di tanah sambil memegangi kakinya.
"Mas Soni! Apa yang Mas lakukan di sini?" tanya Novi dengan kedua alis yang saling bertaut karena heran.
"A-ku tadi sedang olahraga, tapi enggak sengaja kakiku terkilir." Soni pun terlihat gugup sambil menahan sakit.
"Ya ampun, Mas. Lagian kamu kenapa olahraga di sini sih, tumben?" jawab Novi dengan sebuah pertanyaan sambil membantu Soni berjalan.
Dengan perlahan, Novi memapah sang suami masuk. Setelah membantunya duduk di tempat tidur, Novi segera berjalan ke pojok kamar untuk mengambil minyak gosok dari kotak P3K.
“Udaranya lebih segar karena banyak tanaman, makanya, aku olahraga di situ.”
"Ya, tapi lain kali kalau olahraga hati-hati, Mas. Kalau seperti ini kamu sendiri yang kesakitan." Novi memijat kaki sang suami.
"Iya. Sayang," jawab Soni sambil tersenyum.
Tiba-Tiba kedua mata Novi terhenti di satu titik. Tepatnya pada leher suaminya di mana ada tanda merah di sana.
"Mas, leher kamu kenapa, kok merah sih?”
"Ah masa! Sepertinya aku tadi terbentur tembok waktu jatuh," jawab Soni sambil memegangi area lahirnya di mana tanda merah itu berada.
"Terbentur tembok? Apa mungkin luka benturan seperti itu?” batin Novi sambil memperhatikan tanda merah itu dengan lebih teliti.