Bab 11

661 Words
Happy Reading! Arvind melangkah sembari merangkul pinggang Ayyara posesif. Keduanya terlihat sangat serasi karena memakai pakaian dengan warna yang senada. Sepanjang jalan, Ayyara hanya menunduk menatap sepatu yang ia pakai. Ia tidak berani menatap siapapun karena merasa takut. Apalagi tadi sekretaris tuan Arvind juga menatap dirinya lama. Mungkin karena menganggap dirinya sebagai pelakor. "Iya. Kami akan menginap selama satu minggu." Ayyara sedikit melirik tuan Arvind. Sepertinya pria itu sedang bicara di telpon. "Hm.. Pastikan suasananya nyaman karena istriku butuh ketenangan." Ayyara melebarkan matanya. Siapa yang dimaksud dengan istri oleh tuan Arvind? Bukankah nyonya Karin tidak ikut. "Ah" Ayyara mendesah kaget saat tangan tuan Arvind perlahan mengusap pinggangnya. Sepertinya pria itu sudah selesai bicara di telpon. "Apa yang kau katakan pada Karin hingga dia mengijinkanmu pergi?" tanya Arvind sembari mengeratkan rangkulannya pada pinggang Ayyara. "Em_ pulang kampung." sahut Ayyara pelan. Ia juga merasa risih pada tangan tuan Arvind yang bertengger di pinggangnya. Arvind hanya mengangguk lalu tersenyum sinis. Ternyata Ayyara sangat pandai berbohong. Pantas saja ia dipilih oleh Karin sebagai rekan untuk menipu. Setelah menempuh hampir tiga jam penerbangan, akhirnya Arvind dan Ayyara tiba di bandara. Arvind sendiri sudah tidak sabar untuk tiba di villa sedang Ayyara masih saja melamun mengagumi jet pribadi tuan Arvind yang tadi mereka naiki. 'Orang kaya memang beda.' batin Ayyara. Mereka bisa melakukan apa saja bahkan memaksa orang lain untuk mengikuti keinginan mereka. Di dalam mobil, Arvind masih menggenggam tangan Ayyara meski gadis itu sudah beberapa kali mencoba menariknya. "Tuan_" cicit Ayyara pelan. Ia tidak nyaman karena di depan ada sopir dan juga sekretaris tuan Arvind yang mungkin memperhatikan mereka. Arvind menoleh lalu memasang wajah tak suka. "Ada apa?" Ayyara menggeleng lalu menunduk. "Malu, tuan." Perkataan Ayyara yang meskipun pelan itu membuat amarah Arvind naik ke ubun-ubun. Beraninya gadis itu merasa malu. "Berhenti!" teriak Arvind membuat pak Raji spontan menginjak rem hingga mobil yang ia kemudikan berhenti. Sedang Ayyara sendiri sudah merasa cemas. Sepertinya apa yang ia katakan tadi membuat tuan Arvind marah. 'Bagaimana jika tuan Arvind memintaku keluar dari mobil.' batin Ayyara lalu melihat sekeliling. Mana tidak ada rumah atau kendaraan lain yang lewat. "Keluar!" Hah? "Tap__" "Baik tuan." Ayyara melongo. Ternyata yang keluar justru sopir dan asisten tuan Arvind. Setelah dua orang tadi pergi, Ayyara bisa merasakan hawa dingin yang menusuk ke arahnya. 'Apa yang harus aku lakukan?' batin Ayyara lalu menggeser duduknya lebih ke samping hingga mepet pintu. Mungkin nanti jika tuan Arvind berniat macam-macam ia bisa langsung membuka pintu dan kabur. Heh? Arvind menyeringai lalu dalam sekali tarikan ia berhasil membuat Ayyara masuk ke dalam pelukannya. "Hah_tuan? Lepass!" kaget Ayyara. Tidak menyangka bahwa tubuhnya bisa dengan mudah ditarik padahal ia sudah berpegangan pada pintu mobil. "Psst!" Arvind mengisyaratkan agar Ayyara diam lalu memaksa gadis itu menatap wajahnya. "Tu_tuan."Cicit Ayyara pelan. Tubuhnya sedikit gemetar karena posisi yang tidak menguntungkan dirinya. Arvind menyeringai lalu mendekat_ Cupp Ayyara melotot lalu berusaha mendorong tuan Arvind. Namun bukannya menjauh, tuan Arvind justru memperdalam ciumannya. "Emmpp_hhhh" Ayyara berusaha mengelak tapi tidak bisa. Bahkan kini lidah tuan Arvind sudah menerobos ke dalam mulutnya. Arvind tersenyum tipis disela ciumannya lalu dengan mudah menarik tubuh Ayyara agar duduk di pangkuannya. "Engh_mmm" Ayyara meremas kemeja yang dikenakan tuan Arvind saat jemari pria itu meremas payudaranya yang masih dilapisi kain. Cupp Arvind mengakhiri ciuman panas mereka dengan kecupan singkat lalu memundurkan wajahnya. "Hh_hahhhhh hahhhhh" Ayyara memegang dadanya dan berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Jika tuan Arvind menciumnya lebih lama lagi maka ia bisa saja pingsan. Arvind terkekeh melihat wajah Ayyara yang memerah lalu mengatur duduk wanita itu di pangkuannya. Arvind juga menaikkan sedikit dress yang Ayyara pakai hingga kewanitaan Ayyara yang masih tertutup celana dalam putih tepat menekan kejantanannya yang telah menegang dibalik celana. "Kau merasakannya?" tanya Arvind serak membuat Ayyara diam namun sedetik kemudian ia mengerti dan membuat wajahnya yang memang sudah merah menjadi makin merah. Arvind terkekeh lalu menggesekkan kejantanannya. "Kita lanjutkan saat tiba di villa." ucap Arvind membuat Ayyara melotot. Bukankah dokter bilang kalau mereka tidak boleh. Apa tuan Arvind akan memaksa?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD