28 - Permintaan

2145 Words
          Karena saat ini turnamen sudah berada di babak penyisihan akhir, pengunjung yang datang untuk sekedar menonton sebagian besar sudah berada dan memenuhi bangku penonton. Peserta yang gugur pada tahap sebelumnya pun ada yang memilih untuk ikut menonton di sana, ada pula yang sudah pergi meninggalkan GOR. Sehingga, bila dibandingkan dengan sebelumnya, saat ini GOR tetap ramai namun tidak banyak orang yang berlalu – lalang di sekitarnya.           GOR tempat turnamen itu diadakan memiliki banyak pintu yang dapat digunakan untuk keluar atau masuk para pengunjungnya. Namun saat ini sebagian besar pintunya sudah ditutup dan pintu yang dapat diakses hanyalah yang berada di dekat jalan utama.           Pintu enam belas, tempat di mana Kai menunggu Sayuri terbuka dengan lebar. Terlihat kalau Kai yang sudah berdiri di dekat pintu itu sedang berbicara dengan seseorang dengan sebelah tangannya yang memegang ponsel di telinganya.           Keadaan di dalam lorong untuk menuju pintu enam belas sedikit gelap, kemudian dari pintu yang terbuka itu masuk cahaya matahari yang menyinari sebagian lorong tersebut. Membuat Kai yang berdiri dengan santai di dekat pintu masuk itu seakan dialah yang memancarkan cahayanya. Soha tiba – tiba menjerit gemas sambil memegang sebelah tangan Sayuri.           “Oh! Ketika dilihat dari dekat ia lebih tampan dan memiliki tubuh seperti seorang model! Kenapa aku tidak pernah mendengar tentang seseorang yang bernama Ian sebelumnya? Apa ia berasal dari luar kota J?” tanya Soha. “Nona RL, apa kau tahu kalau peserta Ian sudah punya ehem, pasangan atau belum?”           Sayuri tersenyum miris ketika mendengar pertanyaan itu dari Soha. Untuk seseorang yang seumuran Soha, sepertinya di kepala mereka hanya dipenuhi oleh kisah asmara dan semacamnya. Di kehidupan sebelumnya, umur Sayuri sudah jauh melewati masa itu, dan saat ini ia belum menemukan kapan waktu yang tepat untuk merasakan hal itu akan terjadi.           “Sayangnya aku juga baru bertemu dengan Ian hari ini, Soha. Ingin aku menanyakan hal itu untukmu?” balas Sayuri.           “Mohon bantuannya!” balas Soha dengan cepat.           Sayuri terkekeh pelan sambil menepuk tangan Soha yang mencengkeramnya dengan keras. “Kalau begitu tunggu aku di suatu tempat, ya? Aku perlu berbicara dengannya terlebih dahulu.”           “Tentu, kalau begitu aku akan menunggu di ruangan peserta! Kau ingat tempatnya, kan? Ah, pastikan kau kembali sebelum pukul tiga sore! Karena babak semi – final akan dimulai sekitar jam segitu,” kata Soha mengingatkan.           Sayuri membalas peringatan Soha dengan melambaikan tangannya sekali padanya, sambil berjalan ke arah Kai yang masih sibuk berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.           Meski sudah berdiri di dekatnya, Sayuri memilih untuk tidak mengatakan apa pun sampai Kai menyelesaikan panggilannya. Kai yang sadar kalau Sayuri sudah sampai pun tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya satu kali untuk meminta maaf sambil menunjuk ke arah ponsel yang ada di telinganya.           “Ya, seperti yang kita duga sebelumnya. … Aku akan membicarakan hal ini dengannya. … Tenang, Fein masih belum kalah. Jika memang ia kalah, bukankah itu berarti latihan yang ia terima masih kurang? … Hm, baiklah. Red Lily sudah sampai, aku akan menghubungimu lagi setelah kami selesai bicara.”           Akhirnya, Kai memutuskan panggilan itu dan mengantongi ponselnya di salah satu saku celananya. “Red Lily, maaf membuatmu menunggu.”           Sayuri melipat tangannya di d**a sambil memerhatikan Kai lebih saksama. Ketika melihat Kai secara langsung dan tidak di dalam Lord’s Regime, ‘aura’ yang dipancarkan dari dirinya ini sedikit berbeda dari orang biasa pada umumnya. Gerak geriknya pun tidak seperti dugaan awal Sayuri yang merupakan seorang ahli bela diri atau pun seorang atlet profesional.           Karena Sayuri sudah bertahun – tahun bekerja di dunia gelap semacam Abyss, ia dapat dengan mudah membedakan mana orang yang tidak pernah sedikit pun melirikkan matanya ke dalam dunia itu, dan mana orang yang sudah mendapatkan perhatian dari abyss itu sendiri.           “… Bukan bermaksud untuk menguping. Bahkan, meski pun aku mendengar pembicaraanmu dengan orang lain, aku akan melupakannya dengan cepat,” kata Sayuri memulai pembicaraan. “Tapi setelah mendengar namaku di sebut, sepertinya aku tidak bisa memilih pilihan itu.”           Kai tertawa satu kali, kemudian berkata, “Red Lily, kau tidak pernah berhenti membuatku takjub. Bertemu secara langsung denganmu … sepertinya kau seumuran dengan kami … atau lebih muda? Mungkin enam belas atau tujuh belas tahun?”           “Lebih tepatnya tujuh belas,” balas Sayuri. “Jadi, apa maksud dari perkataanmu di dalam arena sebelumnya? Apa hal itu ada hubungannya denganmu yang menanyakan berapa umurku?”           “Hm, mungkin ada hubungannya sedikit?” balas Kai sambil tersenyum miris. Kemudian ia menarik napas dingin sambil mengusap dagunya. Setelah yakin tidak ada seorang pun di dekat mereka yang dapat mendengar pembicaraan mereka dengan jelas setelah ia menyebarkan pandangannya ke sekitar, Kai melanjutkan, “Red Lily, aku mau kau mengundurkan diri dari turnamen ini.”           Kedua alis Sayuri langsung terangkat. Tanpa alasan yang jelas, tiba – tiba Kai menyuruhnya untuk mengundurkan diri dari turnamen ini?           “Alasannya?” tanya Sayuri.           “Aku tidak tahu apa yang membuatmu mengikuti turnamen ini. Mungkin karena hadiah Kredit atau pun kesempatan untuk membuat namamu menjadi terkenal di dunia seni bela diri,” balas Kai. “Tapi mengingat kau yang menggunakan nama samaran bahkan sampai menyingkatnya, sepertinya alasan kedua bukanlah tujuanmu yang sesungguhnya. Apa kau membutuhkan uang, Red Lily?”           “… Ya. Saat ini aku membutuhkannya lebih dari apa pun.”           “Red Lily, kenapa kau membutuhkannya? Apa kau ingin membeli ‘Cocoon’ agar kau dapat memainkan Lord’s Regime lebih leluasa?” tanya Kai bermaksud bercanda.           Sayuri mendengus pelan dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat sambil menaikkan kedua bahunya. “Itu salah satu alasannya. Alasan yang lain adalah aku harus memberi makan puluhan mulut yang dimiliki oleh saudaraku yang lain di rumah, dan setidaknya memberikan mereka pakaian dan selimut yang hangat sebelum musim dingin tiba.”           Senyuman di wajah Kai langsung menghilang, ia melirikkan pandangannya ke samping dan terlihat merasa bersalah. “Ah, maaf. Aku tidak tahu … kondisimu seperti itu. Tapi, Red Lily … meski pun kau memenangkan turnamen ini, tidak akan ada hadiah Kredit yang kau dapatkan.”           Sayuri mengusap dagunya pelan dengan kepala yang sedikit dimiringkan. Sepertinya turnamen ini memiliki rencana lain di balik layar, kemudian seseorang seperti Kai yang memiliki pekerjaan yang mirip seperti dirinya di kehidupan sebelumnya mengetahui hal itu ...           “… Aku tahu kau bermaksud baik, Kai. Tapi ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.”           Kai balik bertanya pada Sayuri dengan menaikkan kedua alisnya.           “Dari perkataanmu sebelumnya, aku bisa menyimpulkan ada sebuah agenda tersembunyi di balik turnamen ini,” kata Sayuri. “Kau melakukan ini karena … khawatir padaku, ‘kan? Tapi yang tidak aku mengerti … kenapa kau repot – repot mengundurkan diri dan menjelaskan ini semua padaku? Kenapa tidak kau kalahkan saja diriku di atas arena itu agar aku tidak masuk ke tahap selanjutnya? Apa kau membutuhkan sesuatu dariku?”           Kai tersenyum puas sambil ikut melipat tangannya di d**a. “Kau benar, sebelumnya aku memang akan melakukan hal itu. Tapi setelah melihat kemampuanmu secara langsung, baik kau yang dapat dengan mudah menahan seranganku dan juga cara bertarungmu di pertandingan sebelumnya, sepertinya kau bisa membantuku, Red Lily.”           “… Jika kau yakin dengan penilaianmu sendiri bahwa aku bisa membantumu, aku akan melakukannya, Kai,” balas Sayuri yang membuat senyuman di wajah Kai semakin merekah. Namun sebelum ia mengatakan sesuatu, Sayuri menghentikannya dengan berkata, “Tapi apa untungnya bagiku?”           Mendengar pertanyaan itu membuat Kai langsung tertawa terbahak – bahak. Sambil menahan perutnya, ia membalas, “Red Lily. Ternyata sikapmu di dalam Lord’s Regime mau pun di dunia nyata tidak berbeda, ya? Tidak apa – apa, aku menyukai seseorang yang jujur dan mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya dari pada seseorang yang menggunakan kata – kata manis untuk menipu orang lain.”           Sayuri mendesah panjang sambil mengusap sebelah tangannya. “Aku anggap itu sebuah pujian. Jadi, apa yang bisa aku dapatkan darimu?”           “Hmm … kau bilang kau butuh Kredit, ‘kan? Aku dan teman – temanku yang lain bisa memberikannya untukmu. Tidak hanya itu, mungkin aku bisa memberikanmu hal lain yang kau inginkan,” balas Kai sambil mengusap dagunya.           “Teman – temanmu … mendengar perkataanmu sebelumnya, sepertinya Fein juga berada di sini. Apa Kyle dan Emil juga?”           “Itu benar, kami berempat ada di tempat ini,” balas Kai sambil menganggukkan kepalanya satu kali.           “… Karena kita sama – sama diuntungkan, aku akan membantumu,” balas Sayuri. “Tapi, aku tidak tahu apakah kau ini orang ‘baik’ atau ‘jahat’, Kai. Kau tidak akan memaksaku dengan menutup mulutku menggunakan suatu ancaman jika aku menolak untuk membantumu, ‘kan?”           Kai langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tenang saja, Red Lily. Aku dan teman – temanku yang lain melakukan hal ini untuk … menolong sesama penduduk negara ini,” balas Kai. “Lagi pula … jujur saja, Kyle dan Fein tidak setuju untuk menyeretmu ke dalam … misi kami. Namun dengan bantuanmu, aku dan Emil yakin misi kami akan selesai lebih cepat dan lebih mudah dari pada yang seharusnya.”           Misi …           Meski pun Sayuri ingin menanyakan apa sebenarnya pekerjaan mereka, Sayuri khawatir jika ia tahu lebih banyak dari pada ini, ia akan menyesali pilihannya.           Argh, lagi pula, apa pilihannya untuk membantu Kai untuk Kredit yang ia tidak tahu jumlahnya adalah pilihan yang tepat?           …           Tapi saat ini ia memang sangat butuh Kredit untuk membeli Helm VR … begitu pula untuk membantu nyonya Agnes dan saudara – saudaranya yang lain di panti asuhan …           “Lihat ini, Red Lily. Mungkin hal ini bisa menghilangkan kecurigaanmu kepada kami,” kata Kai tiba – tiba sambil memberikan Sayuri sesuatu yang berbentuk seperti buku kecil.           Sayuri menerima benda yang diberikan oleh Kai, kemudian membukanya untuk melihat isinya.           Hal pertama yang menarik perhatian Sayuri adalah foto formal Kai dengan seragam lengkap anggota unit khusus kepolisian. Bagaimana Sayuri bisa tahu? Karena di kehidupannya yang sebelumnya, ia selalu lari dari petugas yang berseragam lengkap seperti ini. Di atasnya tertulis nama lengkap Kai, Kai William, dan lencana pasukan reserse kriminal di sisi yang lainnya.           Sayuri langsung melemparkan buku itu kembali pada Kai dengan panik, kemudian berkata, “Kai! Kau gila! Memperlihatkan sesuatu yang seharusnya dirahasiakan seperti ini padaku?”           Kai hanya bisa tertawa miris sambil mengambil bukunya yang terjatuh ke atas tanah karena ia tidak berhasil menangkapnya, kemudian membalas, “Maaf, Red Lily. Bisa dikatakan saat ini aku dan teman – temanku yang lain sangat putus asa untuk menyelesaikan misi kami dengan cepat. Karena, setiap detik waktu yang berlalu, mungkin ada orang yang tidak bersalah di negara ini yang dijual ke tempat yang tidak ia ketahui.”           Sayuri mendecakkan lidahnya sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya. “Ugh, perdagangan manusia, ya? Hal ini tidak bisa lebih buruk lagi.”           Membayangkan anak – anak yang tidak bersalah itu harus ketakutan setelah diculik dan dijual ke tempat yang tidak mereka ketahui … dan entah apa yang harus mereka lalui setelahnya membuat Sayuri kesal.           Jujur saja, di kehidupan sebelumnya Sayuri paling membenci pekerjaannya yang seperti ini. Karena anak – anak yang berasal dari panti asuhan lah yang selalu menjadi korban, membuatnya selalu ingat bagaimana kabar saudara – saudaranya yang lain dan dari mana ia berasal.           “Baiklah. Aku harap lencana yang kau perlihatkan itu tidak palsu,” kata Sayuri setelah beberapa saat berlalu.           Kai kembali tertawa miris. “Lencana palsu … siapa yang berani melakukan hal seperti itu … ah, tunggu. Sepertinya kemungkinan itu tidak tipis …”           “Kai …” balas Sayuri sambil menyipitkan kedua matanya dengan curiga.           “Aku hanya becanda! Kau terlihat sangat tegang dan rasanya ingin lari sejauh mungkin,” kata Kai cepat. “Tapi, aku tidak akan menghentikanmu jika kau melakukannya. Lagi pula, kau yang tidak tahu apa – apa tentang … pekerjaan yang seperti ini pasti akan panik dan takut.”           Sayuri mendesah panjang sambil mengusap keningnya. “Bukankah sudah sangat terlambat untukmu mengatakan hal itu, Kai?”           Kai terkekeh pelan. “Kau benar. Tapi, selama pembicaraan ini berlangsung, kau tetap tenang dan mendengarkan dengan baik, Red Lily. Siapa kau sebenarnya?”           Sayuri mendengus pelan sambil mengangkat kedua tangannya, kemudian membalas, “Hanya seorang warga negara yang akan segera masuk Sekolah Menengah Atas?”           Kai kembali tertawa satu kali sambil menggelengkan kepalanya pelan. “Aku tidak akan memaksamu untuk mengatakan apa yang ingin kau rahasiakan. Tapi setidaknya, aku yakin semua hal yang ada pada dirimu ini tidak hanya sekedar dari bermain beberapa permainan saja, ‘kan?”           “… Kau bisa bilang kalau sikapku terbentuk karena harus berperan sebagai kakak yang baik dengan puluhan adik di panti asuhan,” balas Sayuri singkat.           Kai langsung menutup mulutnya dengan rapat, kemudian mengusap bagian belakang lehernya dengan canggung.           “… Entah kenapa rasanya kau sengaja mengatakan hal itu untuk membungkam mulutku, Red Lily.”           Oh, dia tahu?           “Tidak masalah. Kalau begitu, ayo kita kembali ke dalam untuk membicarakan hal ini lebih lanjut. Kyle dan Emil lebih mahir dalam menyusun rencana dibandingkan denganku, apalagi Fein,” tambah Kai. []                      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD