17 - Collapsed Sewage

2253 Words
          Mendengar suara gemerincing pelan membuat Sayuri tersadar. secara perlahan, ia menggerakkan kedua tangannya untuk melepas helm VR yang ada di kepalanya.           Sinar dari cahaya temaram lampu tidur yang ada di samping kasurnya membuatnya sedikit menyipitkan mata. Ia menyebarkan pandangannya ke sekitar, sepertinya hanya ada dirinya di ruangan ini. Pandangannya tertuju pada jam dinding yang ada di ujung ruangan yang menunjukkan pukul 06.05 pagi, tepat setelah server Lord’s Regime ditutup.            Setelah meletakkan helm VR pada meja kecil agar tidak rusak dan ia harus mengganti rugi dengan Kredit yang tidak ia miliki, Sayuri bangun dari kasurnya dan mulai melakukan peregangan.           Bukan berarti dirinya melakukan hal itu karena sistem Lord’s Regime yang mengingatkan untuk melakukan hal itu, tetapi ia memang selalu melakukannya setiap pagi. Lagi pula, kasur yang ia tiduri sebelumnya sedikit keras dan membuat punggungnya terasa kaku, untung saja bantalnya lebih empuk.           Setelah mengambil kartu ID yang ia sematkan pada helm VR yang berisi akun Lord’s Regimenya, ia keluar dari ruangan itu dan mengambil semua barang yang ia letakkan di dalam loker.           Penjaga internet café masih sama seperti yang Sayuri ingat sebelumnya, penjaga itu juga masih asik mengunyah biji bunga matahari sambil menonton film drama.           “Selamat pagi, aku ingin mengembalikan ini,” kata Sayuri sambil memberikan kunci loker pada penjaga tersebut. “Hari ini dan besok aku akan kembali mengunjungi tempat ini di waktu yang sama, dengan paket yang sama.”           Penjaga itu menerima kunci loker dari Sayuri setelah berhasil membuka kulit dari biji bunga matahari dengan susah payah dan memakan isinya. “Oh, tentu. Bagaimana jika kau langsung membeli paket 24 jam saja? Hanya 550 Kredit, lebih murah 50 Kredit, ‘kan?           “Hm, jika kau membayar 650 Kredit kau akan mendapatkan dua roti isi dan minuman yang bisa kau isi ulang sepuasnya, tentu saja hanya air mineral, tambah 20 Kredit lagi jika kau ingin minuman bersoda dan tambah 30 Kredit lagi jika kau ingin mengganti roti isi dengan kentang goreng dan dua potong paha ayam goreng. Tidak hanya itu, jika kau membayar 50 Kredit lagi kau bisa menggunakan ruang bilas yang disediakan untuk pengunjung,” tambah penjaga itu tanpa jeda sedikit pun.           “…”           “…”           Sayuri dan penjaga internet café itu sama – sama terdiam beberapa saat.           Akhirnya setelah saling tatap, Sayuri bertanya, “Um, bagaimana tempat ini tetap berjalan dengan harga semurah itu?”           Penjaga itu tertawa pelan. “Katakan saja kami mencoba untuk memberikan pelayanan terbaik agar kami tidak kehilangan pengunjung,” balasnya sambil mengupas biji bunga matahari yang lain. “Kau pasti bermain Lord’s Regime, ‘kan? Semenjak Lord’s Regime dirilis, banyak internet café yang baru buka dengan menyewakan helm VR. Karena helm VR cukup mahal untuk beberapa orang, mereka yang ingin memainkan Lord’s Regime tentu harus mengunjungi internet café.”           Mulut Sayuri membentuk huruf ‘o’ kecil. Pantas saja tempat ini gila – gilaan memberikan harga yang miring. Tidak hanya itu, paket yang ditawarkan oleh mereka bahkan lebih murah dari pada menyewa kamar hotel dan membeli makan di restoran.           … Apa ini juga yang menjadi alasan perusahaan yang menyediakan jasa membuka cabangnya di dalam Lord’s Regime?           “Paket yang kau bilang itu … 24 jam, ‘kan? Apa aku bisa menggunakannya 12 jam sore ini, dan 12 jam lagi untuk besok?” tanya Sayuri.           “Tentu saja, karena kami menamainya paket Lord’s Regime dua hari,” balas penjaga itu entah kenapa terlihat bangga.           “Um, kalau begitu aku akan membelinya … dengan tambahan ruang bilas serta kentang dan ayam goreng, tidak dengan minuman bersoda.”           “Terima kasih, totalnya jadi 730 Kredit,” balas penjaga itu dengan senang. “Ah, kalau begitu kau bisa bawa kunci loker yang sama seperti sebelumnya. Lalu, apa kau ingin makan sekarang?”           “Tidak, tapi apa aku boleh minta minumnya saja?”           “Tentu, tentu~ Kau lihat meja yang ada di sana dengan banyak gelas karton dan dispenser minuman? Ya, kau bisa mengambilnya di sana. Kenapa, berniat untuk membuat perutmu penuh dengan air untuk menghemat?”           Mendengar perkataannya yang tepat sasaran membuat Sayuri tersenyum miris. Ia berjanji untuk mengembalikan beberapa Kredit pada Nyonya Agnes.           Sayuri meminum beberapa gelas dan mengisi botol air minum yang kemarin ia dapatkan, setelahnya ia pergi menuju taman yang sama di mana ia memakan roti lapis dengan harga mahal kemarin, melihat iklan pengumuman turnamen bela diri sekali lagi yang akan diadakan besok untuk memastikan lokasinya sekali lagi, sekaligus berlari memutari taman sejauh 10 kilometer, push – up, sit up dan squat sebanyak 100 kali.           Awal ia melakukan rutinitas seperti itu memang membuat tubuhnya sangat lelah, tetapi mungkin karena mentalnya yang mengingat bagaimana latihan semacam itu di kehidupan sebelumnya membuat Sayuri lebih tahan untuk melakukannya setiap hari. Tidak hanya itu, jika ia melewati latihan itu sehari saja, tubuhnya malah terasa sakit dan tidak nyaman.           Dengan tubuh yang dibasahi oleh keringat, Sayuri kembali lagi ke internet café untuk membilas tubuhnya. Tidak hanya bagian luarnya saja, ruang bilas di tempat ini pun sangat bersih, lengkap dengan peralatan mandi bahkan sampai pengering rambut. Ia benar – benar kagum dengan pemilik tempat ini, orang itu tidak pelit sedikit pun.           Setelah mengisi ulang botol air minumnya, Sayuri pergi menuju perpustakaan untuk kembali belajar dan menghabiskan waktu di sana sampai jam tiga sore. Tidak ada kejadian apa pun yang menarik di perpustakaan, tapi tidak bagi orang – orang yang memerhatikan Sayuri dengan sebelah alis terangkat ketika melihatnya membaca buku yang ia pilih.           Sayuri menanyakan alamat di mana turnamen itu diadakan kepada petugas keamanan yang menjaga perpustakaan, lalu pergi untuk mengunjungi tempat tersebut agar ia dapat menemukannya lebih mudah besok.           Tempat diadakannya turnamen itu tidak terlalu jauh dari perpustakaan. Dengan berjalan kaki, Sayuri bisa sampai di tempat itu dalam waktu tiga puluh menit. Setelah memastikan tempatnya, ia kembali lagi ke internet café karena beberapa jam lagi server Lord’s Regime akan segera dibuka.           Saat Sayuri sampai, penjaga internet café yang sedang bekerja masih sama seperti sebelumnya. Entah orang itu bekerja selama 24 jam, atau memang kebetulan shiftnya berganti di waktu yang sama Sayuri tiba. Setidaknya, ia bisa lebih mudah meminta makanan yang sudah ia pesan sebelumnya.           Kentang dan ayam goreng dengan harga 130 Kredit terasa lebih nikmat dan mengenyangkan dibandingkan dengan dua roti lapis dan air mineral seharga 300 Kredit. Andai saja ia menemukan tempat ini lebih awal … mungkin ia tidak perlu menahan lapar untuk menghemat biaya pengeluarannya.           Setelah perut terisi penuh dan puas berbicara dengan penjaga yang ternyata lebih asik dari pada yang Sayuri duga, ia menyimpan semua barangnya ke dalam loker dan menuju kamar yang sama di mana ia login Lord’s Regime seperti sebelumnya.           .           .           Layaknya keluar dari sebuah gua yang sangat gelap menuju cahaya terang yang membutakan mata, pandangan Sayuri mulai berubah dari yang awalnya cukup rabun menjadi pemandangan sama yang ia lihat ketika terakhir kali ia logout dari Lord’s Regime.           Ruangan di mana ia duduk di atas sofa masih berantakan seperti terakhir kali ia ingat, bau menyengat dari tanaman herbal langsung tercium oleh hidung Sayuri ketika karakternya 100% berhasil ter sinkronisasi.           Saat server Lord’s Regime ditutup, waktu di dalam permainan itu pun berhenti. Jadi, saat ini waktu di dalamnya masih menunjukkan pukul enam pagi. Dokter Dean tentu saja masih tidur, alun – alun desa pun masih sepi setelah Wat berhasil membubarkan NPC lain yang terakhir kali memenuhi tempat itu.           Melihat nama Kyle di daftar pertemanannya masih berwarna abu – abu tua, sepertinya dia dan teman – temannya tidak bisa langsung login.           Mengingat Quest dari Wat yang meminta Sayuri untuk mencari tahu penyebab dari wabah yang menyebar Claydale sekali lagi, Sayuri dapat menyelesaikannya dengan mudah karena ia tahu betul di mana letak Dungeon tersebut.           Menunggu Kyle dan teman – temannya untuk login terasa sangat membuang – buang waktu. Karena itu ia memilih untuk pergi ke Dungeon itu sambil mencari akar pohon Quassia dan Honey Musk Bee. Saat ini, level Sayuri sudah level 6 dan 44,05 %. Mengharapkan naik lagi tidak akan bisa ia lakukan dengan mudah, meski pun ia membersihkan seluruh Wild Boar dan Musk Bee yang ada di hutan itu, poin EXP yang ia dapatkan pasti sedikit.           Maka dari itu, Sayuri memilih untuk berdiri dari duduknya dan bersiap – siap untuk pergi. Namun ia berhenti di pintu keluar setelah mendengar ada pintu lain yang terbuka di dalam rumah tersebut.           Dengan kantong mata yang lebih mengerikan dibandingkan dengan sebelumnya, dokter Dean keluar dari salah satu ruangan sambil mengusap sebelah matanya berusaha untuk membukanya.           Ketika pandangannya bertemu dengan Sayuri, ia berkata, “Red Lily, kau sudah kembali?”           “Ya, dokter. Tapi aku akan pergi lagi,” balas Sayuri.           “Pergi … ke mana? Apa kau punya waktu untuk beristirahat? Bukankah kau tidak sempat tidur?” tanya dokter Dean dengan sudut bibir yang tertekuk ke bawah, memperlihatkan ketidak senangannya pada Sayuri. “Seharusnya kau beristirahat terlebih dahulu selagi kau memiliki waktu. Jangan mengikutiku.”           Sayuri hanya bisa tertawa miris. “Dokter Dean, aku sudah tidur beberapa jam sebelumnya, dan aku akan pergi lagi untuk mencari sumber dari wabah yang menyebar di Claydale.”           Seakan baru sadar, dokter Dean menjentikkan tangannya satu kali. “Ah, benar juga. Meski pun aku sudah membuat obat untuk penyakit itu, bila penyebab dari penyakit itu tidak diselesaikan akan percuma. Apa kau memiliki petunjuk, Red Lily?”           “Aku akan mencarinya di sekitar aliran sungai yang ada di ujung barat desa Claydale. Kudengar dari Kepala Desa sebelum penyakit itu menyebar, hewan ternak yang ada di sekitar sana mati tiba – tiba,” balas Sayuri.           “Hm, baiklah. Kalau begitu, bawa benda ini. Aku sengaja menyisakannya untukmu, khawatir kau juga akan terkena penyakit itu selama kau diam di tempat ini,” kata dokter Dean sambil memberikan Sayuri beberapa botol dengan cairan berwarna merah.           [Sistem: Berhasil mendapatkan R – Potion x15]           Kedua alis Sayuri langsung terangkat ketika menerima Healing Potion yang kemungkinan bisa dijual dengan harga lima puluh Tembaga lebih secara gratis.           “Bawa benda ini. Tenang saja, semua penduduk Claydale sudah mendapatkannya,” tambah dokter Dean.           Tentu saja dengan senang hati Sayuri menerimanya. “Terima kasih. Kalau begitu, aku akan pergi sekarang.”           .           .           Mendapatkan R – Potion secara gratis membuat Sayuri lebih semangat untuk pergi ke Dungeon itu. Tentu saja, cepat atau lambat ia pasti akan menggunakannya mengingat monster yang ada di tempat itu bisa memberikan debuff racun.           Selama di perjalanan, ia berhasil mengumpulkan 4 akar Quassia dan 30 toples Honey Musk Bee yang lain. Saat ini di dalam tasnya ia memiliki akar Quassia dan Honey Musk Bee yang cukup untuk memproduksi R – Potion dalam jumlah yang banyak.           Namu untuk mendapatkan tingkat A, seorang pemain harus memiliki level yang cukup tinggi dalam Alkimia. Beda lagi jika ia memilih untuk menyewa NPC dengan level Alkimia yang cukup tinggi untuk membuat obat itu.           Tapi jika ia melakukan hal itu, pengeluaran untuk menyewa NPC akan sangat mahal, dan hasil dari dirinya yang menjual R – Potion tidak akan banyak.           Sayuri mendesah panjang sambil menggelengkan kepalanya. Menghitung berapa banyak ayam sebelum mereka menetas tidak akan membuatnya merasa puas, dan malah akan kecewa bila apa yang ia dapat tidak sebanding dengan perhitungannya. Karena itu, ia memilih untuk fokus dengan apa yang ada di sekelilingnya.           Saat ini, ia sedang menelusuri aliran sungai sebelah barat desa Claydale. Beberapa kilometer dari desa Claydale, ada sebuah batang kayu yang tumbang tepat di atas aliran sungai tersebut. Ketika Sayuri mendekatinya, ia melihat beberapa bangkai tikus tersangkut di sana.           Tentu saja, tikus yang satu ini tidak seperti tikus rumahan yang sering ia kejar bersama Rachel dan Anna di dapur panti asuhan. Karena tikus  yang ada di depannya lebih besar ukurannya dari tikus biasa.           Tidak jauh dari batang pohon itu, ada sebuah bangunan tua yang cukup besar namun sudah rubuh sebagiannya. Tanpa ragu sedikit pun, Sayuri langsung mendekatinya. Ketika ia menyentuh pintu yang masih terlihat dalam kondisi yang baik, sebuah notifikasi dalam jendela hologram muncul di depan wajahnya.           [Sistem: Anda menjadi pemain pertama yang menemukan ]           [Sistem: Mendapatkan 5 Perak | Mendapatkan poin reputasi +50 di kerajaan Atrea | Status poin LUK +5]           [Sistem: akan terbuka dalam waktu 4 Hari, 23:59:59 | Pemain pertama yang menemukan dapat masuk sebelum waktu yang ditentukan sebanyak satu (1) kali]           Sayuri menutup semua jendela hologram yang ada di depan wajahnya. Saat ini, semua pemain yang sudah login Lord’s Regime mendapatkan pesan yang sama mengenai Dungeon yang baru ditemukan dan hitungan mundur sampai dungeon itu terbuka untuk semua pemain. Untung nama Sayuri yang menemukannya pertama kali tidak tercantum dalam pemberitahuan tersebut.           Sebuah indikator berwarna biru dengan lambang telepon tiba – tiba muncul di sisi kiri atas pandangannya. Tentu saja, Kyle yang menghubunginya. Entah sejak kapan ia sudah login.           “Red Lily … apa pemberitahuan yang kulihat itu ulahmu?” tanya Kyle ketika Sayuri baru saja menerima panggilan tersebut.           “Menurutmu?” Sayuri balik bertanya sambil tertawa satu kali.           “… Maaf. Aku dan teman – temanku sedikit terlambat login karena harus mempersiapkan sesuatu. Ketika kami baru masuk ke dalam Lord’s Regime, tiba – tiba kami menerima notifikasi semacam ini.”           “Lalu? Apa teman – temanmu setuju untuk membantuku? Aku bisa mencari pemain lain jika kalian tidak bisa.”           “Tentu saja kami mau!” balas Kyle cepat. “Dungeon itu ada di dekat Claydale, ‘kan? Aku dan teman – temanku sedang menuju tempat itu.”           “Itu benar. Kau tidak perlu masuk ke dalam desa Claydale, langsung saja pergi ke koordinat [456.837.998]. Aku menunggu kalian,” balas Sayuri. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD