Seperti biasanya, sensasi baru keluar dari gua yang sangat gelap dirasakan oleh Sayuri ketika ia baru saja logout dari Lord’s Regime.
Dengan perlahan, ia membuka helm VR yang menutupi wajahnya dan membiasakan matanya dengan cahaya dari lampu tidur yang ada di samping kasurnya.
Sambil menarik napas panjang, Sayuri duduk dari posisi tidurnya sambil merentangkan kedua tangannya untuk meregangkan tubuh.
Mengingat permintaannya kemarin, seharusnya Kyle atau temannya yang lain mengantar Sayuri ke perpustakaan terdekat. Walau tidak bisa di antara mereka yang melakukannya, Sayuri yakin ia bisa meminta petugas hotel untuk mengantarnya.
Yang dikatakan Kyle kemarin masih diingat baik olehnya, Sayuri bisa meminta apa pun pada pihak hotel, karena semua biaya akan ditanggung oleh Seong Chung – Cha.
.
.
Sayuri menerima sebuah paket berisi baju bersih yang terlihat baru dibeli beberapa jam sebelumnya. Lagi – lagi entah itu Emil atau salah satu di antara mereka membelikan Sayuri sebuah pakaian ganti yang ukurannya benar – benar pas dengan tubuhnya.
Untung saja, mereka tidak menganggap Sayuri seperti gadis pada umumnya, yang senang menggunakan dress dengan warna norak … maksudnya warna yang menarik banyak perhatian dengan corak norak … maksudnya corak bunga atau mungkin unicorn.
Celana denim yang benar – benar pas dengan ukuran pinggang dengan panjang yang tepat, serta kaus hitam polos sesikut. Di kotak yang lain, ada sepatu kets putih yang terlihat cukup mahal dan nyaman untuk dipakai lari ratusan kilometer.
Entah Emil, Kyle, Kai atau pun Fein yang memilih pakaian ini untuknya, Sayuri berterima kasih dari lubuk hatinya yang terdalam.
Setelah dirasa cukup, Sayuri turun ke restoran yang ada di hotel untuk sarapan. Hal pertama yang ia cari adalah … pai daging!
Harus, makan, pai, daging!
Meski tidak seenak yang ada di Lord’s Regime, tidak masalah, karena saat ini ia benar – benar ingin makan pai daging.
Karena hari ini merupakan akhir pekan, dan hotel di mana Sayuri berada saat ini merupakan hotel termewah dan ternama yang ada di kota G, banyak pengunjung lain yang juga sudah memenuhi restoran.
Sambil memakan pai daging yang ternyata rasanya dapat memuaskan lidah Sayuri, ia melihat ke sekitarnya. Mungkin saja ada seseorang yang ia ketahui, namun sayangnya tidak ada.
Dengan cepat ia menghabiskan pai daging dan beberapa makanan pendamping yang lain sambil mengabaikan anggur merah yang seakan menggodanya di ujung restoran sebelum ia kembali ke kamarnya untuk bersiap – siap pergi ke perpustakaan.
“Ah, itu dia.”
Suara yang tidak asing terdengar oleh kedua telinga Sayuri ketika ia baru saja berbelok pada lorong menuju kamarnya. Kai dan Fein sudah berada di depan kamarnya dengan senyuman yang mengalahkan cahaya dari luar jendela.
“Selamat pagi,” sapa Sayuri singkat.
“Selamat pagiii Red— maksudnya Sayuri. Aku sudah mendengarnya dari Atasan Chung, kau memilih untuk—”
Untung saja tangan Kai berhasil menghentikan perkataan Fein dengan menyumbat mulutnya. Sayuri bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh Fein, dan ia berterima kasih pada Kai yang berhasil menghentikan omongan Fein karena … apa yang akan ia katakan merupakan informasi yang sangat, sangat, sangat rahasia, ‘kan?
“Banyak hal yang perlu aku katakan pada kalian, berdiri di lorong akan sangat mengganggu pengunjung hotel yang lain,” kata Sayuri sambil mengeluarkan kunci kamarnya. “Lebih santai bicara di dalam, ‘kan? Apa kalian sudah sarapan?”
Sayuri sempat memesan anggur dengan alasan salah tekan menu ketika ia memesan menu sarapan untuk Kai dan Fein.
Sayangnya Kai yang teliti langsung menyadarinya dan membatalkannya sebelum Sayuri menekan tombol pesan …
“Aku dengar dari Atasan Chung kalau kau akan bergabung dengan tim kami! Apa itu benar?” tanya Fein yang akhirnya bisa melonggarkan mulutnya lagi.
“Itu benar, apa yang membuatmu merubah pikiranmu itu?” tanya Kai yang ikut duduk di sebelah Fein.
“… Aku yakin Atasan Chung, Kyle atau Emil telah memberi tahu alasanku kenapa aku menerima ajakan Atasan Chung untuk menjadi anggota kehormatan,” balas Sayuri yang malas untuk menjelaskan kembali ‘alasan’nya kenapa ia menarik kembali kata – katanya.
Kai terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya. “Aku sudah dengar, tapi merasa aneh dan tidak percaya kenapa kau memilih untuk menerimanya dan ingin mendengar alasannya langsung dari mulutmu.”
Sayuri mendesah panjang sebelum menjawab, “Singkatnya … aku merasa bangga pada diriku sendiri yang memiliki kemampuan untuk menolong anak – anak yang tidak tahu apa - apa mengenai dunia? Sehingga aku memilih untuk menggunakan kemampuanku ini untuk membantu kalian agar tidak ada lagi anak – anak yang akan menjadi korban seperti Tia dan yang lainnya.”
Kedua alis Kai langsung terangkat ketika mendengar balasan dari Sayuri, kemudian ia tertawa satu kali. “Apa, maksudmu kau merasa senang karena kau berhasil menjadi seorang ‘pahlawan’ satu hari? Sayuri, meski kau memiliki keterampilan, tapi jangan sampai keberhasilan pertamamu ini membuatmu tinggi hati dan menganggap pekerjaan semacam ini sepele.”
“Kai, apa kau menganggapku sebagai seseorang yang menjunjung tinggi keadilan tanpa peduli dengan nyawaku sendiri?” balas Sayuri sambil berdiri dari duduknya setelah mendengar bel pintu kamarnya berbunyi.
“Aku menerima tawaran ini karena sadar ada … sebuah keuntungan untuk diriku sendiri ketika menerimanya,” lanjut Sayuri setelah pelayan yang mengantar makanan untuk Kai dan Fein selesai menata piring mereka. “Untuk ke depannya, tolong jangan pertanyakan hal ini lagi karena hal itu tidak akan mengubah pemikiranku. Mengerti?”
Kai hanya mendesah panjang sambil mengacak – acak rambutnya. Mungkin karena bingung?
“Awalnya aku ingin protes, tapi sepertinya kau tidak akan mendengar perkataanku,” kata Fein yang terkekeh pelan. “Kalau begitu, selamat datang di tim kami, Sayuri.”
“Terima kasih?”
“… Kudengar kau ingin ke perpustakaan setelah ini? Aku dan Fein akan mengantarmu,” kata Kai yang mungkin juga sudah menerima pilihan Sayuri.
.
.
Mungkin karena kota G lebih maju dari pada kota J, buku yang disediakan di perpustakaan terbesar di kota G lebih lengkap dengan pengetahuan yang lebih kompleks.
Awalnya, Kai dan Fein ingin ‘menemani’ Sayuri untuk belajar. Selain mendapatkan pelatihan untuk menjadi bagian dari unit khusus, pengetahuan yang mereka miliki juga tidak sembarangan.
Namun setelah melihat bagaimana cara Sayuri ‘belajar’, mereka hanya bisa tersenyum dan bergeser sedikit demi sedikit sampai menghilang dari pandangan Sayuri begitu saja.
Entah mereka menunggu di bagian lain perpustakaan, di luar atau sudah kembali ke hotel, yang jelas Sayuri harap mereka kembali menjemputnya sebelum jam empat sore.
Menyadari kalau ada seseorang yang dengan seenaknya duduk di kursi yang ada di depannya, Sayuri langsung mengangkat wajahnya karena sadar kalau ‘hawa keberadaan’ orang itu bukanlah seseorang yang ia kenal.
“Selamat sore! Kau mempelajari sesuatu yang menarik, ya?”
Seorang lelaki, yang mungkin seumuran dengan dirinya saat ini tersenyum cerah layaknya seorang penjual yang berusaha untuk menarik seseorang untuk membeli barang yang ia jual.
Rambut dan matanya yang berwarna biru tua bagai langit malam, serta hidung yang mancung dengan bentuk wajah yang begitu sempurna mungkin sering membuat seorang gadis patah hati.
“… Ada yang bisa saya bantu?” tanya Sayuri.
“Awalnya aku bertanya – tanya siapa yang membuat rak perpustakaan kosong dengan mengambil bukunya tanpa dikembalikan ke tempatnya semula, kemudian melihat meja yang penuh dengan tumpukan buku yang sedang aku cari,” balasnya setelah terkekeh pelan. “Aku kira hanya orang iseng yang ingin menghabiskan waktunya untuk menyulitkan pekerja perpustakaan dengan mengambil buku seenaknya tanpa dibaca. Namun setelah dilihat lebih baik … ternyata orang itu membaca semuanya.”
Sayuri melirikkan matanya ke arah tumpukan buku yang sudah membentuk bukit kecil yang ada di depannya. “Saya tidak menyangka kebiasaan ini menarik perhatian anda. Saya akan segera mengembalikannya setelah selesai membaca buku ini,” kata Sayuri singkat.
“Hmm … mungkin orang – orang lain menganggap kau hanya membuka buku itu dengan asal, menuliskan beberapa kata di dalam catatanmu itu dan menutupnya kembali,” balas orang yang ada di depannya. “Tapi dilihat dari catatan yang kau tulis … kau benar – benar memahami isinya, ya?”
Sayuri mendesah panjang, kemudian menutup buku yang dari tadi ia baca. “Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sekali lagi.
“… Aku hanya penasaran. Dilihat dari dekat … sepertinya kau seumuran denganku. Apa kau seorang pelajar yang akan mengikuti tes masuk sekolah tinggi?”
Dari ujung matanya, Sayuri melihat figur orang yang sudah tidak asing lagi. Karena Kai dan Fein telah kembali entah dari mana, Sayuri berdiri dari duduknya. “Jika tidak ada hal yang penting, saya akan pergi terlebih dahulu.”
“Ayolah, gaya bicaramu ini terdengar seperti seorang wanita tua umur tiga puluhan. Bukankah kita seumuran?”
Mendengar umur di kehidupan sebelumnya disebut ‘tua’, Sayuri merasa tersinggung dan pergi lebih cepat dari tempat itu.
“Seseorang yang kau kenal?” tanya Fein setelah Sayuri berdiri di dekat mereka.
“Tidak,” balas Sayuri singkat sambil mendesah panjang. “Apa malam ini kalian berempat bisa login Lord’s Regime?”
Kai mengedipkan matanya satu kali, kemudian membalas, “Sepertinya … bisa. Kenapa, kau akan melakukan sesuatu yang menarik lagi?”
Sayuri tersenyum tipis, kemudian membalas, “Ingin masuk ke dungeon dengan tingkat Spesialis lagi?” []