01 - Pilihan yang Salah

2175 Words
          “Ah … jadi ini yang namanya Sayuri?”           “Itu benar, Tuan Jerome,” jawab Nyonya Agnes dengan senyuman cerah yang terpasang di wajahnya, kemudian ia menoleh ke arah Sayuri yang berdiri tepat di sebelahnya. Sambil sedikit mendorong Sayuri ke depan, ia berkata, “Sayuri, sayang. Perkenalkan, ini Tuan Jerome Boyd.”           Sayuri mengangkat wajahnya untuk melihat seseorang yang baru saja diperkenalkan oleh Nyonya Agnes. Meski pun ini pertemuan pertamanya, ia bisa menilai kalau seseorang yang bernama ‘Jerome Boyd’ ini memiliki wibawa dan karisma sebagai seorang pemimpin. Rambutnya yang berwarna pirang bagaikan tenunan kain sutra yang dibuat dengan emas ketika cahaya matahari sore menyinari tubuhnya dari jendela yang ada di balik punggungnya.           Senyumannya yang ramah dan terasa hangat itu memperlihatkan lipatan keriput di bagian mata dan sisi bibirnya. Namun, Sayuri merasa kalau keriput itu terlihat elegan. Keriput yang mulai terbentuk karena seseorang yang selalu tersenyum dengan ramah, bukan karena dimakan oleh usia.           Sebelah tangannya ia selipkan pada kantong celana yang selaras dengan setelan jas yang terlihat sangat mahal. Tidak hanya itu, jam tangan dan juga sepatu yang ia kenakan terlihat tidak kalah pamor dengan pakaiannya.           Ketika Jerome sedikit memiringkan kepalanya ke samping, Sayuri langsung tersadar dan dengan cepat ia menundukkan kepalanya satu kali. “Selamat sore, Paman.”           Rasanya Sayuri ingin memukul mulutnya sendiri beberapa kali ketika perkataan itu tanpa sadar ia ucapkan. Kenapa ia memanggilnya ‘Paman’!? Seharusnya Sayuri memanggilnya sama seperti Nyonya Agnes, Tuan Jerome!           Untung saja perkataan Sayuri tidak Jerome ambil hati, karena tawa yang begitu menyegarkan terdengar oleh kedua telinga Sayuri sedetik setelahnya.           “Seperti yang aku dengar, Nyonya Agnes. Anak – anak yang tinggal bersamamu sungguh luar biasa!” katanya, sambil berjalan mendekat ke arah Sayuri dan berlutut di depannya. Membuat pandangannya sejajar dengan Sayuri. “Aku dengar kau baru saja masuk Sekolah Menengah Atas terbaik di kota H?”           Sayuri menganggukkan kepalanya satu kali. “Itu benar. Aku hanya beruntung,” balasnya dengan senyuman tipis di wajahnya.           “Apanya yang beruntung! Tuan Jerome, anak ini mendapatkan peringkat pertama dengan nilai sempurna di tes ujian masuk! Bahkan, aku dengar ini pertama kalinya seseorang mendapatkan nilai sempurna dari awal sekolah itu dibuka. Padahal, tahun ini sekolah itu memiliki materi tes yang sama dengan sekolah terbaik yang ada di kota D!” kata Nyonya Agnes sambil mengibaskan tangannya beberapa kali, yang malah membuat Sayuri sedikit malu karena pujian yang berlebihan seperti itu.           “Apa itu benar? Sayuri, seharusnya kau lebih percaya diri dengan kemampuanmu itu,” kata Jerome, tapi sedetik kemudian, senyumannya sedikit berubah. Dengan senyuman canggung, ia berkata, “Sayuri … apa kau tidak keberatan jika kau pindah ke sekolah yang ada di kota A?”           Sayuri mengedipkan matanya satu kali, kemudian melirik ke arah Nyonya Agnes. Tatapannya dibalas oleh Nyonya Agnes dengan senyuman cerah dan tangan yang disatukan, terlihat jelas kalau ia menunggu jawaban dari Sayuri.           “Ke— Kenapa aku harus pindah ke sekolah yang ada di kota A?”           Tentu saja, Sayuri sudah tahu jawabannya. Tapi, ia tidak ingin terlalu berharap pada harapan kosong yang selalu ia bayangkan selama ini. Harapan di mana akan tiba saatnya ia menjadi bagian dari sebuah ‘Keluarga’. Harapan di mana ia dapat merasakan kehangatan dari seseorang yang dapat Sayuri panggil sebagai ‘Ayah, Ibu, Kakak atau pun Adik’.           “Hmm … karena rumahku berada di Kota A, Sayuri.”            Kedua tangan Sayuri langsung terkepal keras ketika mendengar hal itu. Dengan cepat, ia kembali menolehkan wajahnya ke arah Nyonya Agnes, yang saat ini sedang menatapnya dengan mata yang mulai basah.           Ah … apa harapan yang selama ini selalu ia mohon sebelum tidur akhirnya terkabul? Atau saat ini ia sedang bermimpi?           Tangan Nyonya Agnes menyentuh bahu Sayuri, membuatnya sedikit terpekik. Dengan suara yang pelan, ia berkata,"Bagaimana, Sayuri?"           Sayuri menelan ludahnya dengan susah payah, merasa kalau wajahnya sedikit memerah dan mulai panas. Sedikit kaku, ia menganggukkan kepalanya.           Di sebelahnya, Nyonya Agnes menepuk kedua tangannya dengan gemas. Merasa senang karena Sayuri akhirnya mendapatkan seseorang yang bisa dianggapnya sebagai keluarga.           “Kalau begitu, ayo kita pulang,” kata Jerome masih dengan suara yang lembut. Membuat hati Sayuri, yang tidak pernah merasakan kasih sayang ‘orang tua’ terasa luluh seketika. “Ayo kita pulang, pulang ke rumahmu yang baru.”           “Baik, Paman!” balas Sayuri. Ia tidak bisa menghentikan otot wajahnya yang membuat bibirnya tersenyum dengan lebar. Perasaan senang di dadanya tidak bisa tertahankan, elusan pelan di kepalanya terasa hangat, ia tidak akan pernah bisa melupakannya.           Jerome kembali tertawa dengan suara yang terdengar menyenangkan. Ia mencubit pelan hidung Sayuri sambil berkata, “Apanya yang Paman? Panggil aku Ayah.”           Kedua mata Sayuri terasa panas seketika. Untuk sesaat, dadanya terasa sakit. Tapi, perasaan ini … perasaan ini tidak membuat Sayuri membencinya sama sekali. “Baik, Ayah!”           Untuk sesaat, Nyonya Agnes hanya bisa mengusap matanya beberapa kali. “Tuan Jerome, tolong jaga Sayuri dengan baik. Anak ini, meski dia selalu terlihat kuat, sebenarnya ia selalu menyembunyikan perasaan sedihnya.”           Jerome tersenyum dengan mata yang ikut terlihat sedih. Ia melihat ke arah Sayuri, kemudian kembali mengelus kepalanya dengan lembut. “Tentu saja, Nyonya Agnes. Mulai hari ini, Sayuri menjadi bagian dari keluarga Boyd. Aku akan menjaganya dengan baik, dan tidak akan pernah membiarkannya terluka.”           “Terima kasih, Tuan Jerome!” balas Nyonya Agnes sambil membungkukkan punggungnya berkali – kali, kemudian melihat ke arah Sayuri dengan mata yang mulai sembab.           “Bagaimana jika kau berterima kasih pada Nyonya Agnes sekali lagi, Sayuri? Ketika kita sampai rumah, kau akan cukup sibuk karena harus belajar beberapa hal dan mengerjakan tugas sebagai bagian dari keluarga Boyd,” kata Jerome. “Kemungkinan besar kita tidak akan bisa mengunjungi tempat ini lagi dalam waktu dekat.”           Sayuri menganggukkan kepalanya satu kali, kemudian membuka kedua tangannya dengan lebar untuk memeluk Nyonya Agnes. “Nyonya Agnes, mungkin aku akan sedikit sibuk dan tidak bisa mengunjungi panti asuhan selama beberapa bulan. Tapi aku berjanji, akan mengirim surat untukmu dan yang lainnya!”            Nyonya Agnes membalas pelukan dari Sayuri dengan gemas. Ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan air mata yang belum menghilang juga. “Tidak perlu khawatir, sayang! Belajarlah dengan giat dan cobalah untuk menjadi anak perempuan yang baik untuk keluarga Boyd, ya?”           Sayuri menganggukkan kepalanya dengan penuh percaya diri. Senyuman di wajahnya belum juga menghilang. “Tentu! Aku tidak akan pernah mengecewakan Ayah!”           .           .           Sayuri mengedipkan matanya beberapa kali, sebelah tangannya mengusap air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipinya. Tangannya yang lain memijat pelan keningnya, berusaha untuk menghilangkan pusing yang ada di sana.           Mimpi yang baru saja ia lihat meninggalkan rasa pahit di mulutnya. Andaikan ia bisa mengubah masa lalunya dari mimpi, mungkin saat itu ia sudah memukul wajah Jerome sekuat tenaga, dan tidak akan menerima permintaannya untuk menjadi orang tua angkat.           Sayangnya, ia tidak bisa melakukannya. Sayangnya, ia hanya bisa menerima dan melalui hari demi hari bagaikan neraka selama dua belas tahun ini setelah ia ikut bersama dengan Jerome.           Jam dinding yang ada di kamarnya menunjukan pukul lima pagi. Setengah jam lagi ia harus bertemu dengan Jerome, seseorang yang pernah ia anggap sebagai 'Ayah'. Namun ternyata seorang monster dengan rupa manusia.           Dua belas tahun lalu, hari di mana dirinya memilih untuk ikut bersama Jerome Boyd merupakan pilihan yang membuatnya hidup menjadi seperti ini.           Hadiah pertama yang ia dapatkan dari Jerome ketika ia menginjakkan kaki di 'rumah' barunya adalah tamparan di wajah. Tidak hanya itu, kursi mau pun ikat pinggang juga Jerome gunakan ketika tangannya mulai lelah.           Sekolah yang disebutkan Jerome sebelumnya pun bukan sekolah biasa. Melainkan tempat yang membentuk dirinya menjadi sebuah mesin pembunuh.           Latihan yang Sayuri anggap tidak pernah ada selalu ia jalani setiap hari. Membuat dirinya yang selama ini tidak pernah merasakan rasa sakit dari luka sayatan, tusukan, sampai patah tulang … harus ia rasakan setiap hari.           Tubuhnya yang terlihat seperti bunga lili semakin lama semakin rusak karena dipenuhi oleh bekas luka, baik yang sudah lama mengering atau pun yang baru saja ia terima ketika latihan mau pun saat menjalankan ‘tugas’ yang diberikan oleh Jerome. Setiap ia bercermin, matanya yang terlihat seperti batu rubi telah menjadi kusam dan kehilangan kilauannya.           Sayuri, yang bahkan lebih memilih untuk telat masuk ke kelasnya demi menolong seekor kucing yang tidak bisa turun dari atas pohon, harus membiasakan dirinya dengan melihat dan menghirup bau dari genangan darah milik seseorang.           Semua latihan dan kebiasaan itu membentuk Sayuri menjadi sebuah mesin pembunuh, alat yang tepat untuk memberikan posisi tinggi pada Keluarga Boyd di dunia perekonomian mau pun politik. Hal itu mereka dapatkan karena Sayuri dapat melenyapkan saingannya dengan mudah tanpa meninggalkan bukti adanya keterlibatan Keluarga Boyd dalam aksinya itu.           Bahkan, ‘tugas’ yang selalu ia selesaikan dengan cepat dan rapi itu menarik beberapa perhatian orang lain yang bekerja seperti dirinya. Pekerjaan yang dilakukan oleh Sayuri memperkenalkan dirinya pada sebuah ‘dunia gelap’. Tempat berkumpulnya orang – orang yang juga bekerja sebagai pembunuh bayaran atau pun penjual barang ilegal dan semacamnya. Tempat itu biasanya disebut sebagai  ‘Forsaken Lament’, ada pula orang – orang yang menyebutnya sebagai ‘Abyss’.           Awalnya Sayuri tidak pernah tahu, kalau namanya menjadi terkenal di tempat itu. Untung saja, nama dan masa lalu milik Sayuri sudah dihapus atas kerja keras Jerome Boyd. Bukan untuk melindungi Sayuri, tetapi untuk melindungi nama keluarga Boyd.           Tidak ada seorang pun yang mengetahui nama ‘Akane Sayuri’ pernah dimiliki oleh seseorang. Karena nama itu tidak pernah lagi ada yang menyebutnya ketika Sayuri melangkahkan kaki keluar dari panti asuhan.           Namun ironisnya, di dalam Abyss, organisasi pembunuh bayaran semacam itu memberinya sebuah nama kode. Nama itu diambil dari paras yang dimiliki olehnya, kulit seputih bunga lili, dan mata semerah batu rubi. ‘Red Lily’, yang juga memiliki arti yang sama seperti nama Sayuri.            Melihat pantulan dirinya di cermin membuat Sayuri tertawa dengan miris. Mengingat hari ini ia harus bertemu dengan Jerome, sepertinya Sayuri akan mendapatkan sebuah pekerjaan yang baru.           .           .           “Jangan mengecewakanku,” kata Jerome dengan wajah yang terlihat bosan. Ia menumpu wajahnya dengan sebelah tangan, tangannya yang bebas melempar sebuah amplop berwarna cokelat ke dekat Sayuri.           “Tentu, aku tidak akan pernah mengecewakanmu, Ayah …” balas Sayuri sambil mengambil amplop yang baru saja diberikan oleh ‘Ayah’nya.           Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia langsung membalikkan tubuhnya dan keluar dari ruangan itu sesegera mungkin. Tidak ingin menghirup udara yang sama seperti monster dengan rupa manusia yang ada di sana lebih lama lagi.           Setelah menutup pintu ruangan tepat di depan wajahnya, Sayuri melihat isi amplop berwarna cokelat itu. Nama dan foto milik seseorang yang belum pernah Sayuri lihat dan temui, alamat terakhir di mana orang itu berada, segala macam jenis informasi yang dibutuhkan dirinya untuk memulai ‘tugas’ yang tidak ada akhirnya.           Ia membawa dan menyimpan berkas itu dengan aman di balik jaket yang ia kenakan. Seperti biasa, Sayuri memeriksa ketajaman belati serta jumlah amunisi dan senjata api yang akan ia gunakan sebelum ia pergi untuk menjalankan tugas itu.           Mata Sayuri melirik ke arah pintu yang baru saja ia tutup. Di luar ruangan yang menjadi tempat kerja Jerome tidak ada yang seorang pun yang menjaganya. Tidak ada pula kamera CCTV atau alat penyadap.           Hal semacam itu tidak dibutuhkan oleh Jerome untuk melindungi dirinya sendiri, karena ia percaya tidak akan ada seorang pun yang bisa mendekatinya dari jarak dua ratus meter dengan niat untuk melukainya.           Tangan Sayuri yang memegang senjata api terangkat setinggi pandangannya. Ia ingat betul di mana posisi terakhir Jerome duduk. Ia hanya perlu membuka pintu yang ada di depannya, kemudian menarik jari telunjuknya yang berada di atas pelatuk untuk memicu tembakan.           Ia dapat melakukan hal itu dengan mudah. Ia bisa melakukan hal itu tanpa merasa bersalah sedikit pun. Tapi tentu saja, ia tidak akan pernah bisa melakukannya.           Bukan karena ia sayang pada Jerome, seseorang yang pernah ia anggap sebagai ‘Ayah’ dalam beberapa jam saja. Tetapi karena Sayuri khawatir, kalau orang – orang yang sangat berarti di hidupnya dua belas tahun yang lalu akan disakiti oleh keluarga Boyd.           Dengan kekuatan milik Keluarga Boyd saat ini, Jerome bisa melukai atau bahkan bisa melenyapkan Nyonya Agnes dan saudara – saudaranya yang tinggal di panti asuhan dengan mudah.           Tidak hanya itu, sampai saat ini Sayuri belum berhasil mencuri informasi yang didapatkan oleh Jerome mengenai keberadaan ibunya. Ibu kandungnya, seseorang yang memberikan kehidupan pada dirinya. Seseorang yang membuktikan kalau dirinya tidak sendirian sejak ia lahir. Seseorang yang memiliki hak untuk dipanggil sebagai ibu tanpa tanda petik yang mengapitnya.           Karena itu, ia harus bersabar. Setelah mendapatkan informasi mengenai ibu kandungnya, dan menjauhkan Nyonya Agnes serta saudaranya yang lain dari genggaman Keluarga Boyd … dengan tangannya sendiri, ia akan memusnahkan semua orang yang memiliki nama keluarga Boyd, ia akan memusnahkan semua orang yang memiliki darah dari keluarga Boyd yang mengalir pada tubuh mereka.           Sayuri harus bersabar. Ia harus bersabar.           Senjata api yang Sayuri bidik ke arah di mana Jerome berada kembali ia turunkan, kemudian menarik pengaman pada senjata apinya dan menyelipkan senjata itu pada saku jaketnya yang lain. Setelah dirasa cukup, Sayuri pergi menuju alamat yang tertera pada berkas yang baru saja ia baca. []  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD