30 - Hadiah Kredit

2485 Words
          “Dengar, Red Lily. Kau akan mendapatkan penghargaan yang sangat besar bila berhasil membantu kami. Setelah kejadian ini pun kami akan berusaha untuk membantumu tetap hidup sebagai warga negara biasa,” kata Kyle.           “Terima kasih. Tapi, bagaimana dengan kalian? Bukankah kalian mungkin akan mendapatkan penilaian yang buruk karena meminta tolong kepadaku, warga biasa dan seorang perempuan DAN masih berumur tujuh belas tahun?”           Fein tertawa beberapa kali sambil menggelengkan kepalanya. “Red Lily, jika kami harus kehilangan harga diri dan kehormatan yang dimiliki oleh anggota khusus seperti kami, kami tidak masalah. Bahkan, kami tidak peduli. Karena semua itu tidak sebanding dengan nyawa dari orang – orang yang berhasil kami selamatkan.”           Senyuman terbentuk di wajah Sayuri dengan sendirinya. Kemudian, ia membalas, “Baiklah. Karena tidak ada masalah lain lagi, katakan apa yang harus aku lakukan untuk membantu kalian.”           …           Meski pun Kai, Emil dan Fein tersenyum puas, Kyle tidak seperti itu. Keningnya yang berkerut dalam memperlihatkan kalau ia masih tidak setuju dengan Sayuri yang akan membantu mereka. Namun, ia tidak bisa melakukan apa – apa lagi karena orang yang harus mereka tangkap sangat waspada dan hati – hati.           Awalnya, ia kira hanya dengan Kai atau Fein yang memenangkan pertandingan ini, mereka dapat dengan mudah menemukan tempat di mana orang – orang yang sebelumnya diculik dan akan dijual secara ilegal disekap. Nyatanya, hal itu tidak semudah harapannya.           Dua tahun selama dia dan timnya bekerja sebagai unit khusus, kasus ini lah yang pertama kali membuat mereka kewalahan. Informasi yang mereka dapatkan terlalu sedikit karena orang yang melakukan perdagangan manusia ini memiliki alibi yang sangat kuat.           Nama yang ia miliki di kota B sangat besar, sepertinya ia juga mendapat banyak dukungan dari pihak lain dengan posisi yang sama tingginya. Mencari sebuah aktivitas ilegal dari ribuan pekerjaan lain yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki perusahaan besar dengan nama yang terkemuka di kota sebesar kota B cukup sulit. Orang ini menyembunyikan kejahatannya di balik lemarinya dengan sangat mahir.           Sekali lagi, Kyle memerhatikan seseorang yang menyebut dirinya sebagai ‘Red Lily’ dengan baik.           Seorang gadis berumur tujuh belas tahun, yang katanya tinggal di sebuah panti asuhan yang berada jauh dari pusat kota J … mengetahui keadaan mereka yang saat ini sedang susah payah mengejar seorang tersangka perdagangan manusia.           Kata – kata yang keluar dari mulutnya itu seakan tahu dan paham kalau dunia tidak seindah dan seaman yang dipikirkan oleh semua orang yang seharusnya masih seumuran dengannya. Seorang yang masih berumur tujuh belas tahun, seharusnya ketakutan dan panik setelah mendengar kasus seperti ini.           Tapi … ia tidak seperti itu. Red Lily terlihat sangat tenang. Baik keadaan fisik mau pun mentalnya tidak seperti orang – orang seumurannya. Rasanya … dia sudah bebrada di situasi seperti ini sebelumnya.           Kyle dan teman – temannya yang lain berasal dari keluarga yang bekerja dalam bidang yang seperti ini pula. Karena itu, meski pun Kyle dan teman – temannya masih berumur dua puluh dua sampai dua puluh tiga tahun, mereka yang memang sejak kecil sudah dilatih untuk berada di situasi yang seperti ini sudah terbiasa dan tahu apa yang harus mereka lakukan.           Tidak seperti Red Lily, yang mungkin tidak pernah mengetahui siapa orang tuanya, dan tinggal di sebuah panti asuhan yang sangat jauh dari pusat kota.           Ataukah dia memang pernah mengalaminya?           Apakah hal itu yang membuat … dirinya terlihat sangat kuat?           Apakah hal itu yang menjelaskan motivasinya untuk berlatih seni bela diri yang seharusnya jarang dilakukan oleh seseorang yang seumuran dengannya?           “Red Lily, akan kupastikan kau kembali pulang dengan aman,” kata Kyle pelan.           Sekali lagi, Kyle melihat Red Lily yang tersenyum cerah sambil mengibaskan tangannya dengan gemas, seakan perkataannya yang ia keluarkan dengan serius itu hanya sebatas gurauan saja.           “Terima kasih, Kyle. Ah, karena sudah terbiasa dipanggil ‘Red Lily’ oleh kalian di dalam Lord’s Regime, aku hampir lupa untuk memperkenalkan diriku,” katanya sambil meletakkan tangannya di d**a. “Rasanya aneh mendengar kalian tetap memanggilku Red Lily meski pun saat ini kita sedang berada di dunia nyata. Namaku Akane Sayuri, panggil saja Sayuri.”           .           .           Mendapatkan penjelasan dari Kyle dan Emil untuk membantu mereka tidak terlalu sulit, karena Sayuri hanya perlu memenangkan turnamen ini. Kemungkinan besar ia juga akan tetap mendapatkan perhatian dari penyelenggara turnamen ini—atau dengan kata lain orang yang selama ini dikejar – kejar oleh Kyle dna yang lainnya—meski pun ia sampai di babak semi – final.           Kyle yang menjadi seorang teknisi dapat dengan mudah memanipulasi peserta yang akan saling bertanding, karena itu Sayuri dan Fein tidak akan bertemu sampai di babak final.           Karena peran Kai yang seharusnya berperan sebagai salah satu finalis dialihkan pada Sayuri, ia memilih untuk membantu Kyle dan Emil sebagai petugas turnamen tersebut.           Untungnya, turnamen yang cukup besar itu memiliki petugas yang tidak terlalu banyak, sehingga bertambah satu atau dua petugas tanpa alasan yang jelas tidak akan menimbulkan pertanyaan sama sekali. Atau bahkan bisa dibilang, mereka tidak menyadari hal itu sama sekali.           Informasi yang diberikan oleh Soha sebelumnya selalu benar, karena semi – final benar – benar dimulai pukul tiga tepat, dan hanya ada dua belas peserta yang berhasil masuk ke dalam babak tersebut.           Sayuri sempat curiga kalau Soha mungkin saja ikut serta dalam rencana perdagangan manusia ini. Tapi setelah menjawab ratusan pertanyaan dari Sayuri yang menyinggung hal tersebut, ia dapat memastikan kalau Soha hanya kebetulan bekerja menjadi petugas turnamen seni bela diri ini sebanyak dua kali.           Sebelum Sayuri dan Fein kembali ke ruang tunggu peserta, Emil memberinya sebuah alat pelacak seukuran kancing baju yang biasa ia gunakan. Tentu saja, Sayuri menerimanya tanpa banyak tanya.           Hanya ada dua belas peserta yang memasuki babak semi – final, dan dari dua belas peserta, hanya akan ada enam peserta yang terpilih untuk dapat melanjutkan ke babak final. Tentu saja, Sayuri dan Fein menjadi salah satu dari keenam peserta yang masuk ke babak final.           Di babak final, semua peserta akan saling bertanding satu sama lain. Itu berarti, Sayuri harus melawan lima peserta di babak ini. Namun untuk menyingkat waktu, untuk peserta yang berhasil menang tiga kali berturut – turut akan langsung masuk ke babak final.           Meski di babak semi – final ini peserta yang harus Sayuri lawan memiliki kemampuan seni bela diri yang tidak perlu dipertanyakan lagi, pengalaman mereka semua dalam ‘bertarung mempertaruhkan nyawa’ secara langsung masih kurang. Sekali lagi, dengan mudah Sayuri berhasil menjadi salah satu peserta yang masuk ke babak final, tentu saja Fein juga.           Saling tatap dengan Fein yang meski belum lama namun cukup Sayuri kenali di atas arena dalam sebuah pertandingan rasanya cukup aneh. Ujung bibir Fein yang berkedut menahan tawa memperlihatkan kalau mungkin saja Fein juga merasakan hal yang sama.           Arena semi – final dan juga babak final lebih besar tiga kali lipat dibandingkan dengan babak penyisihan. Tentu saja, karena semua penonton hanya perlu terfokus pada arena yang lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya.           Layar monitor yang ada di dalam GOR itu entah sejak kapan bertambah menjadi tiga. Dua di antaranya mengambil gambar wajah Sayuri dan Fein dari dekat, sedangkan satu layar yang diapit oleh kedua layar tersebut memperlihatkan arena tempat mereka akan bertanding dari atas.           “EEEEENNNDDOOOO! Akhirnya … akhirnya setelah menunggu cukup lama tapi rasanya tidak terlalu lama karena ada beberapa bagian yang disingkat, kita sampai di babak final!” sahut Kobba dari pengeras suara yang ada di GOR.           “Itu benar, Kobba. Sejak awal, perhatian yang didapatkan oleh peserta RL semakin banyak. Entah lawannya yang memiliki tipe tubuh yang sama, atau pun lebih besar dari pada dirinya, peserta RL selalu memberikan kami kejutan dengan mengalahkan mereka dalam satu kali pukulan,” balas Endo.           “Benar sekali! Satu – satunya peserta perempuan yang berhasil masuk ke tahap ini, Endo! Sama seperti beberapa tahun yang lalu, apakah sejarah akan kembali terulang?” sahut Kobba dengan semangat yang tidak kunjung reda.           Kedua telinga Sayuri rasanya langsung terangkat ketika mendengar hal itu. Apa itu berarti ada peserta perempuan lain yang berhasil masuk ke babak final seperti dirinya? Apa yang terjadi padanya? Apakah yang dikatakan Emil sebelumnya benar – benar harus orang itu alami?           “Namun kali ini, lawan RL juga cukup mengesankan, Kobba. Sama seperti RL yang mengalahkan lawannya dengan satu kali pukulan, Fian pun berhasil mengalahkan lawannya dengan satu kali bantingan! Sepertinya peserta tahun ini memiliki cara mereka masing – masing untuk mengalahkan lawannya, ya?”           “Sepertinya pertandingan kali ini bisa memperlihatkan kemampuan mereka kepada kami dengan baik, Endo. Karena dua petarung yang berhasil mengalahkan lawannya hanya dalam satu kali serang saling berhadapan sekarang!!”           Sayuri tertawa satu kali, kemudian berkata, “Bagaimana, peserta Fian? Apa kau ingin dikalahkan dengan satu kali pukulan?”           “Peserta RL, apa kau yakin kau dapat dengan mudah mengalahkanku seperti lawanmu sebelumnya? Tentu saja tidak!” balas Fein. “… Tapi untuk mempersingkat waktu … mungkin kau jangan terlalu serius …”           “Peserta Fian, sebenarnya apa yang dikatakan oleh komentator Kobba menarik perhatianku. Jujur aku juga ingin tahu batas kemampuanku saat ini seperti apa,” balas Sayuri.           Fein mendesah pelan sambil melirik ke samping, di mana Kai, Emil dan Kyle berada. Tentu saja mereka sudah menyelesaikan ‘tugas’ mereka dan memilih untuk ikut ‘menonton’ pertandingan settingan ini.           Kai dan Emil sama – sama terkekeh pelan sambil menunjuk ke arah Sayuri, mungkin menyuruh Fein mengatakan apa yang Sayuri pinta? Sedangkan Kyle … bila pandangan bisa membunuh, mungkin saat ini Fein sudah terkapar dengan jantung yang berhenti berdetak di atas arena.           “Satu menit, satu menit dan aku akan pura – pura kalah …” kata Fein pelan.           Tentu saja, suaranya yang pelan tidak akan bisa terdengar oleh Sayuri karena mereka berada sedikit jauh. Tapi Sayuri yang bisa membaca gerakan mulut bisa tahu apa yang dikatakan olehnya.           “Peserta Fian, satu menit,” kata Sayuri singkat dengan jari telunjuknya yang terangkat. Kemudian ia menoleh ke arah Kai dan yang lainnya masih dengan jari telunjuk yang terangkat.            Melihat kode dari Sayuri, Kai dan Emil langsung ikut menoleh ke arah Kyle. Merasa semua perhatian temannya tertuju padanya, akhirnya Kyle menghela napas panjang sambil mengangkat kedua bahunya.           Sayuri anggap ia menyerahkan pilihannya kepada dirinya.           Melihat hitungan mundur untuk memulai pertandingan sudah berjalan Sayuri langsung menempatkan perhatiannya lagi pada Fein yang saat ini ikut membalas tatapannya sambil tersenyum.           “Coba dengan jurus … apa namanya itu? Tapak Tangan Angin?” kata Fein pelan.           Mendengar nama jurus itu lagi membuat Sayuri langsung tersenyum. Sungguh, siapa yang membuat nama seperti itu?           “Sesuai keinginanmu,” balas Sayuri singkat.           Ketika hitungan mundur berubah menjadi nol, dengan cepat Sayuri berlari mendekati Fein dengan telapak tangannya yang terbuka. Gerakan sama yang selalu ia gunakan untuk ‘mengalahkan’ lawannya dalam satu kali serangan.           Kali ini, lawannya yang sudah tahu kemampuan Sayuri tentu saja tidak akan lengah. Dengan mengejutkan—setidaknya untuk semua orang kecuali Sayuri—peserta Fian berhasil menghentikan serangan ‘RL’ yang selalu berhasil mengalahkan lawannya dalam satu kali gerakan.           Kedua telinga Sayuri kembali mendengar suara Kobba dari pengeras suara GOR, sayangnya ia tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan olehnya karena Fein yang berhasil menahan serangannya mulai menyerang balik.           Sayuri mundur beberapa langkah untuk menghindari serangan itu. Ia tidak tahu apakah Fein benar – benar serius atau tidak ketika melayangkan tinjunya itu, karena ia yakin telinganya sempat mendengar suara hembusan angin dari arah pukulannya.           “Hoo, jadi ini yang namanya Tapak Tangan Angin itu. Menarik,” kata Fein sambil mengusap telapak tangannya yang ia gunakan untuk menahan serangan Sayuri sebelumnya.           “Aku akan mengatakan hal yang sama, peserta Fian. Sepertinya pukulanmu itu sangat mengerikan sampai aku bisa mendengar hembusan angin dari tinjumu itu,” balas Sayuri.           “Oh, apa terlalu kencang?” tanya Fein pelan dengan wajah yang khawatir.           Ujung bibir Sayuri langsung berkedut. Entah kenapa merasa jengkel dengan Fein yang khawatir dengan pukulannya itu.           Untuk mengeluarkan amarahnya, Sayuri kembali menyerang Fein dengan cara yang sama. Lebih cepat, lebih kuat, lebih akurat.           “Woaaa woa woa woa Say—RL! Tahan! Tahan! Kenapa kau tiba – tiba—akk!” kata Fein panik sambil menahan dan menangkis beberapa serangan dari Sayuri.           “Entahlah, aku hanya merasa kesal karena kau … khawatir akan menyakitiku dengan seranganmu itu, peserta Fian?” desis Sayuri.           “Eh? Ah! Kenapa—apa kau marah karena perkataanku—tunggu! RL! Kumohon! Jika seperti ini bisa – bisa aku patah tulang dan tidak bisa ikut serta dalam misi ini!” pinta Fein. Meski begitu, ia tetap mahir menghindari atau pun menahan serangan dari Sayuri.           Sampai akhirnya, Fein mengangkat kedua tangannya tinggi ke udara sambil berkata, “Aku mengundurkan diri dari pertandingan ini!”           “E—E—En…”           “DAAAAAAAAAAAN PEMENANG TURNAMEN SENI BELA DIRI TAHUN INI ADALAH EEERRRRRR—EEEEEEELLLLL!!” sahut Endo dengan meriah dari pengeras suara.           Sedetik kemudian, seisi GOR dipenuhi oleh sorakan yang rasanya membuat arena di mana Sayuri berdiri sedikit bergetar.           Untung saja Fein cepat menyerah, karena jika beberapa detik lagi ia bertahan, pasti Sayuri jatuh dengan wajah terlebih dahulu karena terlalu banyak menggunakan kekuatannya. Bahkan saat ini, napasnya tidak stabil. Ia harus kembali membangun staminanya dengan cepat.           “Sayuri! Apa aku melakukan suatu hal yang membuatmu kesal? Setiap serangan yang kau berikan padaku itu rasanya tertulis kematian di setiap pukulannya!” rengek Fein.           Sayuri terkekeh pelan, kemudian membalas, “Apalah, kalau hanya dengan kemampuanku yang seperti ini kau bisa kalah, sepertinya kau harus berlatih lebih giat lagi. Bukan begitu?”           Terlihat jelas kalau Fein sedikit kesulitan menelan ludahnya, kemudian ia melirik ke arah di mana Kyle dan yang lainnya duduk. Di sana, Kyle melihatnya dengan kedua mata yang disipitkan, kemudian berkata, ‘Latihanmu akan bertambah lima kali lipat.’           Setelahnya, Soha yang sudah membawa sebuket bunga dengan sebuah piala yang terlihat terbuat dari emas berlari mendekat ke arah Sayuri dan memberikan semua barang yang ia bawa kepadanya. Untuk sebuah turnamen yang memiliki maksud lain di baliknya … usaha untuk menutupinya cukup besar.           Singkatnya, selama satu jam Sayuri dan Fein diberikan penghargaan, cek—palsu—berupa Kredit dan piala serta kerangka bunga yang lain dan diwawancarai oleh stasiun TV dan majalah olahraga. Ketika jam menunjukkan pukul lima sore, akhirnya Sayuri dan Fein terbebas dari itu semua.           Kyle, Kai dan juga Emil langsung pergi untuk menyiapkan apa yang harus mereka lakukan untuk rencana selanjutnya. Karena itu, saat ini Sayuri hanya berdua saja dengan Fein.           Soha yang masih tidak mau berpisah dengan Sayuri tetap berada di dekatnya. Kemudian, ia berkata, “Nona RL, kau ingat akan membelikanku makan malam jika kau memenangkan turnamen ini, ‘kan?”           Sayuri benar – benar melupakan hal itu. Dengan senyuman miris ia membalas, “Hmm … tentu . Tapi karena hadiah Kredit yang aku dapatkan cukup besar, kemungkinan butuh beberapa hari sampai aku mendapatkannya.”           “Aww, baiklah … ah, orang yang menjadi sponsor turnamen ini ingin bertemu denganmu dan juga Tuan Fian,” tambah Soha.           Sayuri dan Fein langsung saling tukar tatap. Kemudian, Sayuri membalas, “Tentu, Soha. Antarkan kami kepadanya. Aku menunggu hadiah Kredit yang akan kudapatkan mengisi dompetku yang sudah kosong.” []                                  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD