25 - Tidak Asing

2126 Words
          Untung saja tidak ada pemain atau pun monster yang mengganggu Sayuri dan yang lainnya selama mereka berada di perjalanan untuk kembali ke Claydale. Karena saat itu waktu server sudah menunjukkan pukul lima pagi, alun – alun desa Claydale masih sangat sepi. Sepertinya semua penduduk desa masih beristirahat setelah meminum obat dari dokter Dean.           “Apa yang akan kalian lakukan setelah ini?” tanya Sayuri setelah mereka memasuki zona aman Claydale. “Linked Quest yang kuterima akan selesai setelah aku berbicara dengan NPC yang memberiku quest pertama kali untuk mengunjungi Claydale di Ander.”           Kyle menyebarkan pandangannya ke sekitar, kemudian melihat sebuah meja dengan enam kursi yang terbuat dari kayu yang sudah terlihat sangat tua. Memberikan kode untuk duduk di sana, Sayuri dan yang lainnya langsung mengikuti Kyle.           “Kami akan kembali ke Krossten. Ingat item quest yang aku minta untuk kau berikan pada NPC Kepala Desa di tempat ini? Ternyata quest itu sebuah Linked Quest juga,” kata Kyle setelah ia dan yang lainnya duduk.           Sebelah alis Kai langsung terangkat, kemudian berkata, “Kenapa aku baru mendengar hal ini darimu, Kyle?”           “Sebenarnya aku juga tidak tahu. Setelah keluar dari dungeon Collapsed Sewage itu, sebuah jendela quest tiba – tiba muncul di depan wajahku,” balas Kyle. “Sebelum aku sempat memberi tahu kalian, kita malah diserang oleh pemain dengan nama merah, ‘kan?”           “Sebuah Linked Quest di Krossten … kalau boleh tahu, apa nama quest itu?” tanya Sayuri.           “Kalau tidak salah … ‘Peran untuk Aiden’.”           Aiden?           Meski ingatannya tentang semua NPC yang ada di Lord’s Regime tidak sempurna, Sayuri yakin tidak ada seorang NPC bernama Aiden yang mendapatkan perhatian dari pemain Lord’s Regime. Tidak hanya itu, Linked Quest yang disebutkan oleh Kyle juga tidak pernah Sayuri ingat sebelumnya …           Apa pemain yang menerima quest itu pertama kali tidak memberi ‘surat’ yang berupa item quest pada Wat dan membuat questnya hangus?            “Sayangnya aku belum pernah mendengarnya, jadi aku tidak bisa membantu kalian,” balas Sayuri.           Kyle tertawa pelan, kemudian membalas, “Tidak masalah. Tanpamu yang memberikan item quest itu kepada Kepala Desa, dan tanpamu yang mengajak kami untuk menyelesaikan Collapsed Sewage, semua ini kemungkinan besar tidak akan terjadi.”           Fein menganggukkan kepalanya setuju. “Itu benar! Bagaimana? Menyelesaikan dungeon bersama kami tidak hanya terasa lebih mudah, tapi juga menyenangkan, ‘kan?”           Sayuri mendengus pelan dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat. “Hm, aku tidak akan berbohong. Kalian memang sangat membantu, jika aku melakukannya dengan pemain lain, mungkin menyelesaikan Collapsed Sewage dengan tingkat kesulitan spesialis tidak akan semudah ini. Membagikan hadiah yang kita dapatkan di dalam dungeon itu juga tidak perlu drama terlebih dahulu.”           Kai tertawa satu kali, dengan mengusap dagunya pelan, ia berkata, “Apa kau lebih suka ada drama di antara kita? Ingin aku marah dan membuat ulah jika kita memiliki kesempatan lain untuk menyelesaikan dungeon bersama?”           Sayuri ikut mengusap dagunya pelan, kemudian membalas, “Hmm boleh juga. Dengan begitu, aku akan membuat poin HPmu menjadi nol dan mengambil semua equip untuk Assassin … ah, atau tidak aku akan mengeluarkan kalian semua dari tim sedetik sebelum bos dungeon mati. Sehingga, aku yang akan mendapatkan semua hadiahnya.”           “… Red Lily, kau bercanda, ‘kan?” tanya Emil dengan keningnya yang berkerut.           “Mau mencobanya?” balas Sayuri sambil tersenyum tipis.           “Kyle, jangan buat Red Lily jadi ketua tim lagi nanti,” kata Fein dengan dramatis.           Kyle hanya bisa tertawa miris sambil menggelengkan kepalanya. “Karena satu jam lagi server Lord’s Regime akan ditutup, sebaiknya kami logout terlebih dahulu.”           “Ehh? Bukankah masih ada waktu satu jam lagi?” keluh Fein. “Kenapa harus logout sekarang? Apa kau tidak ingin berbicara lebih lama dengan Red Lily?”           Tiba – tiba Emil menepuk tangannya sekali dan berkata, “Ah, benar juga. Hari ini hari rabu. Fein … apa kau lupa tugasmu?”           “… Maaf, Red Lily! Aku ingin berbicara denganmu lebih lama lagi, tetapi sebagai seseorang yang bertanggung jawab, aku harus menyelesaikan tugasku terlebih dahulu!” kata Fein panjang lebar. “Meski tidak tentang quest atau dungeon, jangan segan menghubungi kami, ya?”           Kai menggelengkan kepalanya beberapa kali, namun senyuman tipis terlihat di wajahnya. “Itu benar. Bukankah memainkan permainan seperti Lord’s Regime seorang diri terasa sangat membosankan? Terserah kau ingin menerima permintaan pertemananku atau tidak.”           “Menerima permintaan pertemananku dengan Kai tidak akan membuatmu rugi, kecuali Fein, dia pasti akan mengganggumu seharian,” tambah Emil.           “Hei!” protes Fein setelahnya.           Sayuri melihat indikator berwarna biru di pojok kiri atas yang menghalangi pandangannya, kemudian melihat permintaan petemanan dari Emil, Fein dan juga Kai.           Merasa kalau sikapnya lebih baik tidak seperti apa yang ia miliki di kehidupannya yang sebelumnya, Sayuri langsung menerima permintaan pertemanan mereka semua. Lagi pula, mereka tidak seperti orang yang ia kira sebelumnya.           Melihat daftar temannya bertambah menjadi empat, entah kenapa Sayuri merasa sedikit senang.           Dengan dramatis, Fein menarik napas dingin sambil mendekap dadanya. “Red Lily menerima permintaan pertemananku! Apakah ini bertanda bahwa hubungan kami lebih dekat dari pada sebelumnyaaaa!?”           “… Tolong maafkan sikap temanku, Red Lily. Meski wajah dan sikapnya seperti itu, di dunia nyata … uhm, sebenarnya di dunia nyata dia sama saja,” gumam Emil pelan.           “Apanya dengan sama saja? Dan apa yang salah dengan wajahku? Meski sistem Gaia sedikit mengubah wajahku, tapi aku tetap terlihat tampan, ‘kan!?” protes Fein.           “… Hentikan lelucon kalian berdua dan cepatlah logout,” desis Kai. “Maaf, kami pergi terlebih dahulu, Red Lily. Sampai jumpa.”           Setelah menganggukkan kepalanya satu kali pada Sayuri, tubuh Kai mulai menjadi transparan dan menghilang sepenuhnya. Beberapa saat kemudian Emil dan Fein ikut menyusulnya setelah selesai berdebat.           Kyle mendesah panjang sambil mengusap keningnya pelan. “Kalau begitu aku pergi terlebih dahulu, Red Lily.”           Sayuri tersenyum pada Kyle sambil menganggukkan kepalanya sekali. “Tentu. Terima kasih sudah membantuku. Ah, apa besok kau akan login lagi?”           Kyle mengusap dagunya pelan. Terlihat wajahnya yang sedikit ragu sebelum membalas, “Hmm … aku tidak terlalu yakin. Hari ini aku dan teman – temanku yang lain memiliki pekerjaan yang cukup penting. Aku tidak tahu apakah nanti sore pekerjaan kami itu sudah selesai atau belum.”           “Ah … baiklah,” gumam Sayuri pelan, yang entah kenapa merasa sedikit kecewa.           “Tapi aku janji setelah pekerjaanku selesai, aku akan langsung login!” tambah Kyle cepat. Kemudian entah karena alasan apa ia tiba – tiba memukul keningnya. “Ya—yang jelas, jika kau butuh bantuan tinggal katakan saja padaku, atau Kai, atau Emil. Kami pasti akan membantumu.”           “Dan tidak Fein?” tanya Sayuri sambil terkekeh pelan, yang sepertinya Kyle sengaja meninggalkan Fein.           “Tidak Fein,” balas Kyle sambil tersenyum tipis.  “Lagi pula, cepat atau lambat aku pasti akan menghubungimu lagi Jangan lupa aku memiliki equipment dan beberapa buku skill yang harus aku jual dan membagi hasilnya kepadamu.”           “Ah, benar juga. Jika kau tidak mengatakannya, mungkin aku akan lupa,” aku Sayuri. Ia memang melupakan hal itu. Karena saat ini di  sudut pikirannya yang lain, sebuah rencana sudah tersusuk untuk membuatnya kaya lebih mudah dan cepat di dalam Lord’s Regime.           Kyle sedikit mengerutkan keningnya. “Bagaimana bisa kau melupakan hal itu? Equipment dan buku skill yang akan kujual itu pasti memiliki harga yang tinggi. Jika aku seseorang yang jahat, mungkin aku akan kabur bersama uang hasil penjualan barang – barang itu.”           Sayuri tersenyum tipis sambil memiringkan kepalanya sedikit. “Kau yakin bisa lari dengan uang yang seharusnya menjadi milikku?”           Kedua alis Kyle langsung terangkat, kemudian ia kembali tertawa. “Benar juga, kau bisa mengirimku dengan mudah menuju kuburan.”           Sayuri suka dengan suara tawa Kyle yang terdengar menyenangkan di kedua telinganya. Tidak hanya itu, lesung pipi yang ada di sudut kanan bibirnya terlihat manis, matanya yang menjadi sedikit sipit ketika ia tertawa juga membuat Sayuri gemas.           Dengan cepat, Sayuri langsung mencubit bagian atas tangannya di bawah meja. Meski pun saat ini ia kembali berumur tujuh belas tahun lagi, ingatannya ketika ia hampir berumur tiga puluh tahun masih ada.           Dirinya yang suka dengan … seseorang yang terlihat jelas masih muda … mungkin sekitar dua puluh tahunan ini entah kenapa rasanya tidak masuk akal.           Namun bila dipikir – pikir lagi … dirinya yang ‘saat ini’ berumur tujuh belas tahun suka dengan seorang pria berumur dua puluh delapan tahun ke atas … justru lebih tidak masuk akal …           …           Lagi pula, kenapa ia memikirkan hal ini? Apa cara kerja otaknya juga berkurang karena umur tubuhnya ikut berkurang?           “Ah, aku harus pergi sekarang, jika lebih lama lagi bisa – bisa Fein akan mengomel panjang lebar,” tambah Kyle. “Aku pergi terlebih dahulu, Red Lily.”           “Mhm, sampai berjumpa lagi, Kyle,” balas Sayuri sebelum tubuh Kyle terlihat mulai transparan dan menghilang, mengubah nama Kyle dan yang lainnya yang ada di daftar pertemanannya menjadi abu – abu.             Setelah memastikan Kyle yang sudah pergi, Sayuri menepuk kedua pipinya beberapa kali, bahkan poin HPnya berkurang -1 karena ia memukulnya terlalu kencang.           Sayuri menyebarkan pandangannya ke sekitar. Melihat alun – alun desa Claydale yang masih sepi, sepertinya penduduk desa itu benar – benar tertidur lelap. Padahal waktu server sudah hampir pukul enam pagi.           Mengunjungi Wat di waktu yang canggung ini juga membuat Sayuri sedikit malas. Akhirnya ia memilih untuk logout lebih cepat.           Seperti biasa, ketika ia bangun dari kasurnya yang sedikit keras setelah tidur—bermain Lord’s Regime—semalaman, Sayuri langsung melakukan peregangan. Tidak lupa ia melakukan rutinitasnya setiap pagi untuk membangun stamina serta tubuhnya untuk menjadi lebih kuat setelah mengisi kembali botol minumnya secara gratis.           Mengingat hari ini turnamen bela diri itu akan dimulai pukul sepuluh pagi, Sayuri yang selesai berlatih selama dua jam langsung membasuh tubuhnya dan pergi ke tempat di mana turnamen itu diadakan setelah membeli dua buah roti lapis yang dijual di internet café untuk sarapannya.           Sayuri dapat dengan mudah sampai di GOR di mana turnamen itu akan diadakan  karena sehari sebelumnya ia sudah menemukan di mana letak tempat itu. Satu jam lagi turnamen itu akan dimulai, dan meja pendaftaran untuk mengikuti turnamen itu masih dipenuhi oleh peserta yang ingin mendaftar.           Meski di dalam iklannya tertulis dengan jelas kalau turnamen ini untuk kelas amatir, tidak sedikit dari peserta yang sudah menguasai seni bela diri dengan cukup mahir. Kelas ‘Amatir’ hanya untuk seseorang yang belum sempat mengikuti turnamen lebih besar dan mendapatkan sertifikat ketika mereka memenangkan turnamen tersebut.           Untuk mereka yang sangat putus asa untuk mendapatkan sertifikat itu … Sayuri harus meminta maaf karena ia harus memenangkan turnamen ini dengan cara apa pun. Kredit yang akan didapatkan dari turnamen ini cukup besar, ia bisa membeli Helm VR untuk bermain Lord’s Regime tanpa harus ke internet café dan akan ia berikan sebagian kepada nyonya Agnes untuk menambah biaya pengeluaran panti asuhannya.           Sayuri kembali menyebarkan pandangannya ke sekitar sambil menunggu gilirannya untuk mendaftar menjadi peserta tiba, menilai apakah kemampuannya saat ini setidaknya bisa menjadi juara tiga terbesar. Peserta yang tubuhnya berbadan besar dan berotot tidak perlu Sayuri takuti, karena ia tahu betul cara untuk mengalahkan mereka, seperti bos perampok yang ada di dalam Lord’s Regime. Untuk peserta yang tubuhnya hampir setara dengan Sayuri pun tidak memiliki gerakan yang cukup cepat sampai membuatnya khawatir.           Sepertinya ia bisa memenangkan turnamen ini.           … semoga saja.           “Nona, apa kau akan mendaftar?” tanya seseorang yang menyadarkan Sayuri dari pemikirannya.           Tanpa sadar, antrian di depannya sudah habis dan kali ini gilirannya untuk mendaftar. “Ya, aku akan ikut serta,” balas Sayuri cepat sebelum seseorang di belakangnya mulai mengomel.           “Kalau begitu, silahkan isi formulir ini,” kata orang yang menjadi petugas untuk membantu peserta yang akan mengikuti lomba.           Entah kenapa, rasanya suara yang didengar oleh Sayuri ini terdengar tidak asing. Sambil mengisi formulir yang ia dapatkan, sesekali Sayuri mencuri pandang pada petugas yang membantunya untuk mendaftar.           Petugas itu seorang lelaki, mungkin berumur dua puluh tahun. Menggunakan kacamata dengan rambut yang dipotong pendek berwarna cokelat tua.           Sayuri yakin dari ingatan di kehidupan sebelumnya, ia tidak pernah bertemu dengan orang itu. Di kehidupannya saat ini pun ia baru keluar dari panti asuhan dua hari ini, dan orang yang ia sering ajak bicara hanya penjaga internet café dan juga pekerja perpustakaan …           Jangan – jangan seseorang yang ia temui di dalam Lord’s Regime? Kyle? Atau salah satu temannya yang lain?           …           Haruskah Sayuri menanyakan hal ini?           Mendengar gerutu pelan dari orang yang ada di belakangnya membuat Sayuri mengurungkan niat itu. Mungkin ia akan bertanya padanya setelah pendaftaran di tutup … atau setelah turnamen ini selesai.           Lagi pula, jika orang itu petugas yang membantu acara ini berjalan, seharusnya ia masih ada sampai acara ini selesai, ‘kan? []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD