Author POv
Pagi yang cerah di kota New York namun tentu saja tak secerah hati Dylan saat ini . Dylan saat ini masih bergelung di atas ranjang dan tidak ada niat sama sekali untuk berangkat ke kantor karena yang ada di Fikiran nya saat ini hanya mencari tahu di mana keberadaan Rebecca ... dimana keberadaan gadis nya itu . Sampai dering ponsel yang ada dia atas nakas membuatnya terbangun dan menyadar kan nya .
*dering ponsel
"Hallo..." Ucap Dylan dengan suara khas bangun tidur .
"Dimana kamu Dylan Sprouse yang terhormat ?" Tanya Benedict Tegas mengingat ini sudah jam berapa namun suara anak nya masih terdengar seperti orang yang baru bangun tidur .
"Di apartemen! Untuk apa papa menelfon Dylan di pagi hari begini? " Jawab Dylan malas tanpa bangun dari ranjangnya .
" Hah !? Untuk apa kamu bilang ? Kau sudah lupa kewajiban mu di kantor ? sekarang daddy lagi ada di perusahaan tapi yang daddy dapat kan ternyata kamu lagi tidak berada di ruangan mu, bisa - bisa nya kamu meninggal kan ruangan mu di saat kantor lagi sibuk seperti ini . " Ucap Papa Dylan dengan nada yang di naikkan . Benedict tidak habis pikir dengan apa yang ada di dalam fikiran anak nya saat ini yang dengan bodoh nya meninggal kan kantor nya dan malah tidur - tiduran di apartement .
" Tidak bisa kah daddy sedikit saja mengerti keadaan aku sekarang ? Bisakah daddy menangani kantor sebentar saja mengantikan aku ? selama ini aku belum pernah memberat kan daddy soal urusan kantor jadi bisa kah daddy mengerti keadaan Dylan kali ini saja ? " Tanya Dylan lirih berharap sang ayah bisa mengerti keadaan nya saat ini .
" Haha.... Anak bodoh! kau menyuruh daddy untuk mengerti dirimu ? Bukan kah ini yang kamu mau ? Kamu sendiri yang sudah membuat Rebecca pergi , jadi untuk apa kau mencarinya. Tidak usah berpura-pura sedih seperti itu berengsek ." Jawab Benedict sarkastik sambil tertawa yang terdengar mengejek lelaki paruh baya itu sudah tidak bisa lagi menhan amarah nya pada anak nya mengingat bagaimana kelakuan Dylan pada anak sebaik Rebecca itu .
"Apa yang daddy sekarang katakan ? Aku tidak pernah mengingin kan ini terjadi bahkan memikir kan saja aku tak mau ! Jadi daddy tidak usah mengatakan hal omong kosong tentang diri ku seperti itu " Ucap Dylan marah sambil mematikan sambungan telfon sang daddy. mendengar perkataan ayah nya membuat Dylan semakin pusing dan semakin merasa bersalah .
Dylan bangkit dari ranjang nya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh muka nya . Dylan memandangi wajah nya yang bisa di katakan sangat berantakan ( tapi menurut author babang Dylan tetap ganteng sih ) namun dia tidak peduli lagi dengan penampilan nya saat ini yang ada di fikiranya hanya Rebecca dan di mana keberadaan gadis cantik nya itu sekarang.Mengapa ia sangat sulirt menemukan gadis nya itu .. Rebecca seperti tertelan bumi .
Setelah membasuh muka Dylan meraih kembali ponsel nya untuk menghubungi orang kepercayaan nya guna mengetahui perkembangan tentang keberadaan Rebecca. Dylan sudah menyewa orang kepercayaan untuk mencari tau dimana keberadaan sang kekasih dan itu menggunakan biaya yang sangat mahal namun Dylan tidak peduli dengan biaya .
"Hallo , gimana ?apa kamu sudah menemukannya? apa kamu sudah menemukan keberadaan kekasih ku ? Tanya Dylan to the poin dan terdengar sangat dingin dan menusuk .
"Maaf bro , aku sampai detik ini belum bisa menemukannya. seperti nya kepergian kekasih mu sudah di tutupi oleh orang yang juga sangat berpengaruh di negara ini mengingat sangat suilit memperoleh data keberadaan kekasih mu itu " Jawab orang kepercayaan Dylan pelan seakan takut dengan apa yang akan Dylan katakan pada nya lagi .
"Huhh...... bagaimana bisa? Apa saja yang kau lakukan selama ini berengsek ? Cepat suruh anak buah mu untuk lebih teliti mencarinya dan jangan pernah hubungi aku kalau kamu belum bisa menemukannya ! Ucap Dylan geram dan menahan marah memikir kan siapa yang sudah membantu kepergian Rebecca sampai diri nya tidak bisa sama sekali menemukan kekasih cantik nya itu . Kepala Dylan rasa nya sudah hampir pecah sekarang .
Bagaimana bisa mereka belum menemukan Rebecca ini sudah satu bulan setelah kepergian Rebecca ,pikir Dylan.Sebenarnya bisa saja Dylan meminta tolong kepada Daddy nya namun dia terlalu gengsi . Benedict selalu menyalahkan nya atas ke pergian Rebecca meskipun itu benar ada nya namun Dylan merasa sakit hati karena ini sama sekali bukan keinginan Dylan sama sekali .
Hari ini Dylan memutuskan untuk kembali mendatangi rumah sang kekasih masih pantaskan ia menyebut Rebecca kekasih? Terserah apa kata orang tapi Dylan ingin merasa egois kali ini meskipun Dylan tau tidak semudah itu Rebecca memaaf kan nya namun dia akan terus dan terus mencoba nya sampai REbecca mau datang kembali pada nya .
Setelah bersiap-siap akhir nya Dylan mengendarai mobil nya namun kali ini tidak ngebut karena dia tidak mau mati konyol sebelum bertemu dengan sang kekasih . Setelah beberapa menit mengendarai akhir nya Dylan sampai di kediaman keluarga Devanio Palvin . Ini bukan pertama kali nya Dylan kesana untuk memohon di beritahu keberadaan Rebecca meskipun selalu pulang dengan jawaban yang sama yaitu penolakan dan tentu saja Dylan mengerti mengapa itu terjadi mengingat seberapa jahat diri nya pada Rebecca yang sudah membuat perasaan dan hati wanita itu hancur .
Dylan turun dari mobilnya kemudian memencet bel rumah Rebecca. Tanpa menunggu lama keluar lah sesosok perempuan cantik yang sangat hampir mirip dengan wajah sang kekasih hati nya itu .
"Ma .." Ucap Dylan yang belum selesai namun segera di potong oleh Maura.
"Untuk apa kamu kembali kesini nak ? Kalau Devanio melihat mu dia akan sangat marah dan pasti akan menghajar mu . mama tidak ingin ada perkelahian lagi di sini " Ucap Maura lembut seraya menatap mantan kekasih anak nya itu .
"Aku hanya ingin tahu dimana keberadaan Rebecca ma meskipun harus dimarahi dan dihajar oleh papi aku akan tetap kembali kesini lagi dan lagi " Ucap Dylan mantap seraya menatap ibu kekasih nya yang sudah ia anggap seperti ibu nya juga mengingat ia sudah bersahabat dengan Abian sangat lama .
"Kamu pasti tau jawaban nya masih tetap sama nak , berhenti lah mencari Rebecca . Jalani kehidupan mu dan begitu pun dengan Rebecca yang mungkin belajar menjalani hidup tanpa mu di sana . Mungkin kalian benar-benar tidak bejodoh." Ucap Maura sambil memeluk sayang Dylan yang selama ini sudah dia anggap sebagai anak apa lagi Dylan bukan hanya pacar Rebecca namun juga sahabat Abian.
Jujur saja di dalam hati Maura di sangat teramat kecewa dengan Dylan karena bagaimana bisa orang yang sudah dia dan suaminya beri kepercayaan untuk menjaga putri satu-satunya keluarga Palvin malah dia yang menyakiti sang putri . Bagi Maura bukan hanya Rebecca yang sakit hati namun dia dan suaminya juga namun dia tetap memili hati Maura merasa sangat kasihan melihat Dylan yang seminggu ini terus kerumahnya namun selalu dapat cacian dan amarah dari suami nya bahkan penampilan adukan saat ini tidak seperti Dylan yang biasanya.
"Mah, Dylan mohon jangan berkata seperti itu. Aku mencintai Rebecca mah sampai kapan pun aku tetap mencintai nya. Aku tidak mau berpisah dari nya mah. Aku tau ini kesalahan Dylan , Dylan yang membuat Rebecca pergi tapi mama harus tau kalau ini cuman salah paham . Dan yang harus mama tau Rebecca akan selalu menjadi takdir Dylan " Ucap Dylan sambil terisak di pelukan Maura mama Rebecca.
" Tapi sepertinya itu tidak mungkin nak , Devanio sudah menentang hubungan kalian" Ucap Maura sambil melepas pelukan Dylan.
Belum sempat Dylan menjawab terdengar suara deru mobil di belakang Dylan dan ternyata yang datang papa Rebecca yaitu Devanio. Dengan wajah yang dingin dan seperti menahan amarah Devanio berjalan ke arah sang istri.
" Sayang masuk lah ke dalam terlebih dahulu nanti aku menyusul mu" Ucap Devanio lembut sambil mengecup puncak kepala istri nya.
" Baiklah , tapi ingat devan jangan ada kekerasan aku tidak mau kau memukul nya " balas Maura memperingati suaminya . Karena Maura sangat tau bagaimana sifat suami nya itu .
" Iya sayang, sekarang kamu masuk" Ucap Dylan lembut namun juga datar itu
tandanya dia sedang menahan amarahnya .
Mendengar ucapan sang suami akhir nya Maura masuk dan membiarkan Devanio bicara dengan Dylan. Setelah Maura meninggal kan Devanio akhirnya Devanio berbalik dan menatap tajam lelaki yang dengan beraninya menyakiti hati anaknya .
" Mau apa kamu kesini lagi? Belum cukup apa yang sudah saya laku kan ke kamu ? Kalau kamu mau tahu di mana keberadaan anak saya sampai kapan pun saya tidak akan mau memberi tahu kamu. Ucap Devanio geram sambil menatap tajam Dylan.
" Aku mohon pah, beri tau aku dimana Rebecca. Aku tidak akan menyerah untuk datang kesini sampai aku mendapatkan lokasih keberadaan Rebecca" Ucap Dylan dengan nada menantang
"Jangan pernah panggil saya dengan sebutan itu , aku sudah tidak menganggap mu anak lagi sejak kami menyakiti hati putriku dan segera angkat kaki kamu dari rumah saya sekarang " Ucap Devanio sedikit membentak dan menutup pintu rumahnya.
Dylan saat ini sangat marah tapi bukan kepada Devanio tapi ia marah kedirinya sendiri. Dylan kemudian meluruh di depan pintu rumah sang kekasih meratapi nasibnya sambil terus Terisak .
"Sayang dengan apa lagi dan bagaimana lagi aku mencari mu ? Bahkan kedua orang tua mu sangat teramat membenciku" Ucap Dylan sambil menumpukan kepalanya ke lutut nya dan terus Terisak .
Sementara itu dari balik jendela Devanio papa Rebecca melihat betapa hancurnya lelaki yang mengaku mencintai anak nya namun di waktu yang sama lelaki ini pulang yang menyakiti putri cantiknya. Ada rasa iba di hati Devanio saat ini . Awal kepergian anaknya dia sama sekali tidak mengetahui kejadian ini namun Abian memberi tahu nya ketika Abian akan berangkat ke Paris, karena dia tidak sanggup berbohong dan menutupi kondisi adik kesayangan nya terlalu lama. Saat pertama kali mengetahui hal itu Devanio sangat marah mami melihat kegigihan Dylan saat ini membuat hati nya goyah . Sebenarnya dia ingin sekali mendengar penjelasan Dylan namun seperti nya diri nya harus memberikan Dylan pelajaran terlebih dahulu dan membiarkan Dylan menata hatinya dan memutus kan apa kah dia benar-benar mencintai Rebecca atau ingin kembali ke mantan pacarnya itu .
Dylan yang sudah lelah menangis kemudian bangkit dari posisi nya dan berjalan memasuki mobilnya dengan perasaan kecewa . Namun Dylan tidak akan menyerah dia akan datang lagi besok, besok dan besok nya lagi sampai kedua orang tua Rebecca mau memaafkan nya . Dylan juga merasa sangat tidak enak kepada kakak Rebecca yaitu Abian. Dylan yang mengingat Abian mulai tersenyum.
"Abian.... yah Abian !! Kenapa aku bisa melupakannya. Abian saat ini bersama Rebecca . Kenapa aku begitu bodoh " Ucap Dylan seraya mengambil ponselnya yang berada di saku nya .
*Bunyi panggilan
Dua kali Dylan menghubungi ponsel Abian namun selalu di tolak.Dengan sendu Dylan menatap ponselnya ia merasa sahabat nya itu sangat marah sampai-sampai Abian tidak ingin mengangkat panggilan nya.
"Satu kali lagi .. please .. angkat Abian" Ucap Dylan lirih karena masih tetap tidak di angkat. Namun pada saat Dylan
"Halo...." Jawab Abian di seberang sana.
Karena merasa kaget dan senang Dylan sampai mengabaikan sapaan Abian.
"Lo mau bicara nggak sih? Kalau nggak gue tutup nih" Ucap Abian kesal karena di abaikan .
"Jangan! Bi maaf gue , gue tau kalau lo kecewa sama gue . Tapi sumpah gue nggak pernah ada niat buat nyakitin Rebecca ." Ucap Dylan lirih
"Hahah, lo bilang nggak ada niat bro? Lo nggak salah tapi ini salah gue! Seharusnya gue nggak pernah ngajak adek gue ke acara lo itu dan seharusnya lo nggak gue kenalin sama dia dan seharus nya gue tau kalau lo cuman jadiin adek gue pelarian lo dari Madeline ." Ucap Abian datar dan tegas .
" nggak Abian, lo jangan ngomong kayak gitu . Gue beneran cinta sama Becca dan gue nggak pernah jadiin dia pelarian gue. Lo kenal gue Bi! "Ucap Dylan dengan nada serak karena menahan air matanya.
Abian yang mendengar perkataan sahabat nya sekaligus mantan kekasih adik nya iu hanya bisa tertawa meremehkan
"Dylan... Dylan jangan pikir gue ini bodoh ! Gue kenal lu nggak sebentar bro dan tentu saja gue tau semua tentang loe . Saat ini gue hanya minta satu hal sama loe . BERHENTI CARI ADEK GUE KARENA SAMPAI KAPAN PUN GUE NGGAK AKAN PERNAH KASIH TAU DIMANA DIA ! " Ucap Abian yang mulai meninggi kan suara nya . Dalam hati Abian sebenar nya merasa sangat kasihan kepada sahabat nya itu tapi mau bagaimana lagi Abian sudah berjanji pada adik nya itu .
Gimanaaaaa ? kalau kalian jadi Abian apa yang akan kalian laku kan ?