5. Pandang Pertama

1911 Words
              * PANDANG PERTAMA * "Assalamualaikum..ada yang bisa saya bantu bapak, ibu." Prilly menghampiri laki-laki dan perempuan melewati baya siapa baru turun dari mobil sedan itu saat melihat mereka dengan barang bawaan yang banyak Prilly jadi ingin berniat membantu mereka. "Waalaikumsalam, nak," jawab perempuan itu menoleh Prilly. Prilly tak mengerti ada apa dengan itu. Tapi saat mendengar suara perempuan itu hati prilly bergetar. Rasanya ia tidak pernah mendengar suara itu, tapi entah kapan dan dimana Prilly tak ingat itu. "Aku bantu bawakan barang-barangnya ya bu," ujar Prilly sopan. Perempuan itu menatap lama ke dalam bola mata Prilly. Tanpa sadar melepaskan terulur mengelus lembut pipi Prilly, membuat Prilly bergetar menikmati perempuan yang tak kenal. "Cantik sekali kamu nak," puji perempuan itu mengagumi paras ayu Prilly. "Terimakasih bu. Ibu juga sangat cantik sekali," balas Prilly menyetujui balik perempuan yang ada di meyakinkan itu dan memang sudah selesai tetapi masih terlihat sangat cantik. "Ayo Mam, kita ke dalam kita sudah menunggu oleh Kyai Zubair." suara lelaki melewati baya di sebelah mereka menyadarkan tujuan awal Prilly jika ia berniat akan membantu mereka membawa barang bawaan yang akan di sumbangkan ke pesantren tempat tinggal itu. "Iya Pap. Nak tolong kamu bantu bawakan ini ya," perempuan itu mengangsurkan beberapa kantong besar yang berisi sembako dan lainnya. "Baik bu, mari aku antarkan ke dalam," "Kalau boleh tau nama kamu siapa nak? Kenapa aku baru pertama kali lihat kamu, padahal aku lumayan sering ngobrol kesini," tanya perempuan itu lagi saat mereka mau pindah ke dalam aula yang mau ruang tamu namun lebih besar dan luas, tempat biasa para tamu pesantren berkunjung. "Saya Fatimah bu, memang baru tinggal di sini belum ada satu bulan," jawab Prilly. Tadinya ia ingin memperkenalkan diri sebagai Prilly. Namun mengingat semua orang di pesantren ini menjawabnya dengan sebutan 'Fatimah' "Silakan masuk bapak ibu, aku permisi dulu ingin membuka barang-barang ini," Prilly mempersilahkan mereka masuk setelah sampai di depan aula. *** Prilly pun berjalan menuju Dapur untuk membuka barang-barang yang tadi dia bawa. Saat tengah berjalan Prilly tidak memperhatikan langkahnya karena sibuk dengan barang-barang di tangan-nya. Dari arah berlawanan terlihat seorang pemuda tengah berjalan dengan kesulitan-buru dan tanpa sengaja mereka bersenggolan membuat semua barang bawaan Prilly terhempas jatuh ke lantai. "Astaghfirullah," Prilly yang kaget segera merunduk untuk memungut kembali barang yang terjatuh. "Maaf..mbak, aku ga sengaja." mengatakan lelaki itu membuat Prilly menolehnya.sekian detik lelaki itu tak memalingkan tatapannya dari wajah Prilly yang tengah sibuk memunguti barang bawaannya. 'Cantik sekali gadis di depanku ini'. Batin hati pemuda itu. "Nggak apa-apa Mas, lain kali hati-hati saya permisi duluan. Assalamualaikum," pamit Prilly sopan setelah selesei memunguti barang-barangnya. Sementara lelaki muda itu hanya mematung memperhatikan langkah Prilly yang makin menjauh. Sesaat ia tersadar dan segera mengejar Prilly dan mensejajari langkah gadis cantik itu. "Maaf, mbak Boleh aku tahu nama kamu ,?" tanya pemuda itu terang-terangan tanpa basa-basi. Dan membuat langkah mereka terhenti sebentar. "Kenalkan saya Adrian, saya datang kesini untuk mengunjungi sebenarnya bersama dengan saya. Tapi sepertinya mereka sudah lebih dulu, sedangkan saya baru pertama kali kesini makanya saya bingung dan buru-buru mencari sebelumnya mencari saya," tanpa di tanya pemuda itu mendukung diri dan mengulurkan untuk mendapatkan tangan Prilly dan ia akan berbicara tentang kedatangan ke pesantren ini. "Maaf mas, SAYA Fatimah." Prilly tidak membalas uluran tangan pemuda bernama Adrian itu namun ia hanya menangkupkan kedua menerjemahkan di d**a saat mengumumkan namanya. "Nama yang cantik. Secantik orangnya," puji pemuda menunjuk Adrian itu lagi. "Maaf mas, kalau sudah tidak ada yang mau diulang lagi, aku permisi dulu Assalamualaikum .." "Eh, tunggu Fatimah," Adrian kembali datangnya dan mau tak mau langkah Prilly kembali terhenti, "Apa nanti kita bisa bertemu lagi?" tanya Adrian penuh harap. "Insya Allah," jawab Prilly singkat. "Terimakasih Fatimah," ujar Adrian dan hanya di balas senyuman oleh Prilly namun tetap dengan wajah menunduk tak memandang lelaki itu. "Okey, aku permisi dulu Fatimah, mau menunggu ku sudah menunggu-ku," pamit Adrian ingin kembali bertemu orangtuanya. "Silakan mas," Prill mempersilahkan Adrian untuk melangkah lebih dulu. Dan ia pun kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur pesantren untuk menyimpan semua barang yang ia bawa. *** "Fatimah, ini aku bantu bawakan barangnya," saat di depan asrama putri Prilly bertemu dengan Sidqia dan menawarinya untuk membantu membawakan barang bawaanya. "Terimah terima kasih Kia," ucap Prilly pada Sidqia yang akrab di panggil Kia itu. Siapa yang tidak kenal dengan Sidqia di pesantren ini. Dia gadis yang cantik, baik hati, lemah lembut dan rajin ibadah. Banyak pemuda yang mengharapkan Sidqia untuk menjadi pendampingnya belum diminta Kia masih belum ingin melepas masa lajangnya. Gadis ingat duapuluh tahun selalu menolak jika ada lelaki yang ingin mengkhitbah-nya. Ia beralasan masih ingin mengabdikan dirinya di pesantren ini dengan ikut membantu mengajar untuk para santri perempuan. "Fatimah, sudah denger belum katanya di pesantren ini mau ada guru baru ya, katanya sih Ustazddari Kairo jika tidak salah," Sidqia terdengar sangat antusias sekali menceritakanita tentang guru baru itu. "Eh, iya kah? Aku malah baru tahu Kia," sahut Prilly yang memang baru tahu kalau akan ada Ustazd baru yang mengajar di pesantren ini. Apa yang dimaksud Kia itu adalah Adrian, laki-laki yang tak sengaja bertabrakan denganku tadi. Tapi bukan dia yang disukai hanya datang kesini untuk berkunjung. Prilly menggumam sendiri dalam hati. *** "Assalamualaikum," ucap Adrian saat tiba di depan Aula. "Waalaimumsalam," sahut semua yang ada di Aula itu bersamaan. Ibu Prita dan Pak Andre membagikan Adrian yang berkunjung ke pesantren adalah orang yang sama yang bertemu Prilly di halaman depan dan orang yang sudah ia bantu bawa barang bawaan mereka. "Adrian, kemana saja nak kog baru sampai disini," tanya bu Prita terheran. "Maaf Mam, tadi nggak sengaja ketemu sama bidadari di dekat asrama putri, jadi kesininya agak lama," sahut Adrian asal dan becanda. "Ini dulu pak Andre dan bu Prita yang dulu waktu kecil sering main kesini?" tanya Kyai Zubair saat melihat sosok Adrian. "Eh, iya Kyai. Saya Adrian." Adrian beralih mencium punggung tangan Kyai Zubair dan juga Umi Farida. "Masya Allah gantengnya ya Bah," ujar Umi Farida yang membuat semua yang ada menjadi terkekeh. "Memang ganteng mbak, tapi sayang masih jomblo sampai sekarang," timpal bu Prita. "Mama, sialsih. Kan malu mam," protes Adrian pada mamanya. "Lha memang senang sekali, iya kan pap." balas bu Prita lagi dan mendapat anggukan dari pak Andre. "Tuh Adrian, tolong tolong sama Pak Kyai siapa tahu ada yang salah satu santrinya yang cocok buat kamu," ujar bu Prita lagi dapatkan Adrian. "Nggak perlu Mam. Drian udah ketemu kog sama bidadari yang cantik tadi mau jalan kesini. Namanya Fatimah mam, cantik sekali orangnya. Matanya indah, coba teduh sekali." katakanlah Adrian tanpa malu di depan semua orang membicarakan tentang pertemuannya dengan Prilly tadi. "Fatimah?" kata bu Prita, Umi Farida dan juga Kyai Zubair secara bersamaan. "Iya, namanya Fatimah. Eh, ini kog Mama, Umi sama pak Kyai bisa samaan gitu nyebut nama Fatimah," tanya Adrian heran. "Mama tadi di depan juga bertemu dengan gadis yang bernama Fatimah, terus bantuin mama bawain barang-barang mama sama papa," terang Prita dan di benarkan oleh pak Andre. "Fatimah? Maaf Adrian jika kamu bermaksud bidadari itu adalah Fatimah, maka aku mohon kamu harus segera melupakannya," ujar Kyai Zubair dengan nada yang lembut. Dan sontak membuat Adrian dan orangtuanya menoleh Kyai Zubair bingung. "Tapi Kyai, kenapa seperti itu?" protes Adrian masih belum membantah. "Panggil aku Abah saja Adrian, biar tidak terlalu formal. Aku karena kamu maksudmu Fatimah, gadis itu sudah ada yang mengkhitbah, karena Fatimah sendiri belum memberikan jawaban." Jelas Kyai Zubair yang membuat Adrian mencelos dan ada kekecewaan di perasaan. "Apa dia santri di sini Kyai?" tanya Bu Prita penasaran dengan gadis bernama Fatimah itu. "Bukan, Dia salah satu pengajar di sini, tapi sudah kami anggap seperti anak kami sendiri," ujar Kyai Zubair bersungguh-sungguh. "Cantik, sekali dia. Sorot ingatkan aku pada seseorang," tiba-tiba wajah bu Prita berubah menjadi sendu. Pak Andre yanvujudkan perubahan itu seketika menyambut dan mengelus pundaknya lembut. Begitu pula dengan Adrian yang sudah mengerti apa yang diterima oleh mamanya itu. ***** Seusai membantu mengajar para santri sakit ini juga Prilly akan memberikan jawaban pada Kyai Zubair tentang seseorang yang akan mengkhitbahnya. Prilly sudah mendapat jawaban dan dengan memantapkan hati akan menerima pinangan dari yang mengkhitbahnya itu. "Assalamualaikum Kia, kenapa senyum-senyum sendiri?" sapa Prilly saat melewati tempat mengajar Sidqia dan melihat gadis itu tengah tersenyum sendiri. "Eh, Fatimah. Nggak ini tadi aku, nggak sengaja papasan sama ustazd baru yang mau ngajar di sini. Masya Allah Fatimah orangnya benar-benar sempurna. Dia titisan Nabi Yusuf. Parasnya rupawan sekali, coba jawab. Dan senyumnya. Senyumnya meneduhkan hati sekali Fatimah, " Kia berucap sambil membayangkan sang ustazd yang di maksud tampak. Prilly hanya geleng-geleng kepala menyaksikan sahabatnya itu. Sidqia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Lebih dari itu bisa diberikan kepada lelaki begitu. Kalau sampai ada laki-laki yang bisa membuat Kia berkata begitu berarti dia bukan lelaki yang biasa saja. Karena setahu Prilly selama ini Kia agak menutup diri untuk urusan yang satu itu. Prilly juga tahu, berapa banyak pemuda yang sudah di tolaknya saat ingin mengkhitbah-nya. Tak sedikit juga yang berasal dari golongan anak Kyai hingga anak pejabat. "Istighfar Kia, jangan berlebihan memuji lelaki yang belum muhrim," ucap Prilly mengingatkan dengan nada yg lembut. "Eh, iya. Astaghfirllahaladzim, makasih ya Fatimah, udah ngingetin aku," balas Kia tersenyum. "Sama-sama Kia, aku permisi duluan ya, mau ketemu dengan Abah dan Umi. Assalamualaikum Kia," "Waalaikumsalam," Prilly meneruskan membuka Kia yang masih terlihat tersenyum sendiri. Langkah Prilly terhenti saat berada di dekat kolam. Sejenak ia berhenti dan duduk bersandar di bangku kayu yang ada di kolam buatan itu. Prilly kembali merenungkan akan keputusan yang akan ia ambil untuk menerima pinangan pemuda yang dipanggil saja Prilly belum tahu. Ali yang sudah kembali ke pesantren tadi pagi dan baru saja selesei mengajar untuk pertama kalinya. Saat ini ia sedang duduk di balai-balai yang terbuat dari bambu dan tak jauh dari tempat dimana Prilly tengah duduk termenung. Baca lebih banyak buku tengah yang dibaca. Pandangannya teralih seketika saat tanpa sengaja melihat gadis yang sama beberapa waktu lalu yang ia lihat di kolam itu. 'Astaghfirullahaladzim,' ucapnya dalam hati kala tanpa sengaja melihat tengah sosok gadis cantik itu. 'Ampuni hamba ya Allah yang tanpa sengaja sudah memandangi perempuan yang bukan muhrim hamba' ucapnya lagi dalam hati dan memejamkan pandangan. Namun saat ia membuka mata ternyata sosok itu sudah menghilang dari pandangannya. *** "Assalamualaikum..Abah, Umi." Prilly mengucap salam saat sudah sampai di depan ruang Kyai Zubair. "Masuk nak," seru Umi Farida. "Bagaimana Fatimah? Apa kamu sudah mendapatkan jawaban nak?" tanya Kyai Zubair saat Prilly sudah duduk di dekat mereka. "Sudah Abah," jawab Prilly mantab. "Apa jawabanya nak ,?" tanya Kyai Zubair dan Umi Farida bersamaan. "Bismillahirohmanirrohim, Prilly menerima Abah, Umi. Prilly menerima pinangan lelaki yang Abah dan Umi maksud," jawab Prilly tak ada yang bertanya. "Alhamdulilah," sahut Kyai dan Umi Farida bersamaan dengan nafas lega. "Tapi nak, pemuda yang akan mengkhitbahmu itu tak ingin bertemu sebelum kalian halal dan sah, apa kau mau tetap dengan pilihanmu nak?" tanya Kyai Zubair lagi ingin meyakinkan jawaban Prilly lagi. "Saya menerima Abah, saya pasrahkan semuanya kepada Allah. Saya percaya harus memang dia jodoh yang telah Allah pilihkan untuk saya. Pasti dia yang terbaik," "Apa aku bisa tahu nama pemuda itu Abah ,?" tanya Prilly ingin tahu nama dari lelaki yang akan mengkhitbah-nya. "Ali. Namanya Ali nak, dan Insya Allah dia juga yang terbaik untukmu, Abah bisa menjamin itu," ujar Kyai Zubair menambahkan nama Ali. Memang Ali sendiri yang meminta pada Kyai Zubair untuk mengutip nama Ali jika perempuan yang akan ia khitbah meminta izin. Karena saat mengajar di pesantren ini Ali menggunakan nama Faidh. Sementara Ali adalah panggilan yang diberikan oleh orang tuanya sejak ia kecil. ####
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD