Seorang pelayan terlihat berjalan menuju sebuah meja yang tengah diduduki oleh seorang pria dan wanita. Sampai di meja tersebut, ia segera meletakkan makanan pesanan mereka.
“Makasih ya mba,” ucap wanita yang duduk di meja. Ia kemudian segera mendekatkan sebuah jus alpukat ke arah pria yang duduk di hadapannya.
Wanita yang tengah bersama Antoni Mawardi saat ini adalah Raras Malika, ia merupakan sahabat baik Toni dari dirinya masih menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama. Pertemuan awal yang membuat mereka berteman sampai saat ini adalah ketika keduanya terlibat musibah kebakaran di salah satu warnet game yang biasa didatangi anak-anak sekolah untuk bermain game online.
Raras adalah orang yang menyelamatkan Toni saat kejadian kebakaran tersebut. Saat terjadi kebakaran Toni ingat ia sedang asyik bermain game dengan mengenakan earphone yang membuatnya tidak bisa mendengar teriakan ricuh saat kebakaran. Yang ia ingat hanyalah, ketika ia sadar terjadi kebakaran dan hendak lari keluar dari warnet, dirinya malah terjatuh dan akhirnya tidak sadarkan diri.
Ketika dirinya sudah berada di dalam sebuah ambulance, Toni sempat sadar sebentar dan menemukan seorang gadis kecil yang juga berada di dalam ambulance bersama dirinya. Gadis itu adalah Raras yang ternyata membantu dirinya untuk keluar dari kobaran api.
“Kamu masih bersikap dingin sama tunangan kamu itu?” Tanya Raras. “Coba deh kamu belajar untuk menerima dia sebagai pasangan kamu,” lanjutnya menasehati sahabatnya itu.
“Tapi aku nggak cinta sama dia Ras, dan sampai kapanpun itu nggak akan berubah.”
“Tapi….”
“Udah, kita ketemu dan makan bareng bukan buat ngebahas dia,” potong Toni sambil mulai menikmati makanannya.
Raras akhirnya mengalah dan ikut menikmati makanannya.
“Besok kamu udah mulai kerja di perusahaan keluarga kamu ya?” tanya Raras ditengah kegiatannya menyuapkan makanannya ke mulut.
Toni mengangguk, “Ya, itu yang Papa mau,” jawab Toni sambil asyik menyantap makanan miliknya.
Begitu pandangan Toni kembali tertuju pada Raras, ia langsung tertawa melihat mulut wanita itu yang belepotan karena makanannya.
“kebiasaan banget sih makan nggak pernah rapi,” ejek Toni. Ia kemudian segera mencondongkan tubuhnya mendekati Raras dan mengusap bibir wanita itu untuk membersihkan sisa makanan yang menempel.
Raras tertawa mendengar ejekan Toni. “Kan ada kamu yang selalu sigap buat bersihin,” jawabnya dengan nada santai,
Toni baru saja akan menjawab perkataan Raras, namun keduanya dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menarik kasar lengan wanita di hadapannya itu hingga ia terbangun dari duduknya.
Toni tentu saja ikut bangun dan menatap kaget begitu melihat seorang wanita yang begitu ia kenali tengah berdiri di samping Raras dan menatap tajam padanya.
“Chilla,” panggil Toni dengan nada tajam, sambil menatapnya penuh peringatan, berharap wanita itu tidak membuat ulah di tempat ini.
“Berapa kali gue bilang sama lo buat nggak gangguin tunangan gue, ternyata lo masih aja ganjen ya?”
Raras tentu saja menatap takut pada Chilla yang saat ini menatap sangar dirinya. “Aku sama Toni cuma makan aja kok Chilla,” jawabnya.
Chilla tertawa sinis mendengar jawaban wanita di hadapannya ini. “Cuma makan aja, terus kenapa harus sampai ngusap-ngusap bibir dia segala hah?” Tanya Chilla dengan suara keras karena amarah sambil menatap bergantian Raras dan Toni.
Toni segera mendekati Chilla dan menarik gadis itu agar jaraknya berdirinya sedikit menjauh dari Saras. “Aku tadi Cuma bersihin makanan yang nempel di bibir Raras, kamu nggak perlu curiga nggak jelas kaya gitu,” ujar Toni berusaha memberikan penjelasan.
Chilla tertawa mendengarnya. “Nggak usah ngasih pembelaan buat cewe ganjen ini, dia pasti sengaja kok nempel sisa makanan di bibirnya buat nyari perhatian kamu,” ujar Chilla dengan nada ketus sambil menatap tajam Saras, ia kemudian beralih menatap Toni. “Kamu sendiri kenapa bisa makan siang sama dia di sini? Padahal aku yang jelas-jelas tunangan kamu ngajakin kamu makan siang tapi kamu malah bilang kalau kamu capek dan mau istirahat?” lanjut Chilla sambil menatap kecewa pada tunangannya itu.
Toni hanya terdiam tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Chilla padanya.
Melihat Toni yang tidak merespon pertanyaannya membuat Chilla semakin merasa kesal dan marah. Ia kembali melihat ke arah Raras dan dengan gerakan cepat dan tiba-tiba ia mengambil gelas berisi minuman dan menyiramnya di wajah Raras.
“Chilla,” teriak Toni menatap kesal pada wanita itu. “Kenapa kamu kekanak-kanakan kaya gini? Apa kamu nggak diajarkan attitude?” Tanya Toni membentak Chilla.
Chilla tentu saja merasa tidak takut dengan tataan tajam dan bentakan Toni padanya. “Kamu bilang aku kekanak-kanakan? Terus kamu yang selingkuh sama perempuan ganjen ini, aku harus nyebut kamu apa?” tanya Chilla dengan nada tajam.
“Cukup Chilla, berapa kali aku harus bilang kalau Raras hanyalah sahabat aku. Kalau kamu masih berpikir dia adalah selingkuhan aku, maka tetaplah dnegan pemikiran kamu itu. Tapi ini terakhir kalinya aku lihat kamu menyakiti Raras, kalau sekali lagi kamu ngelakuin hal ini aku nggak akan tinggal diam,” ancam Toni.
Setelah mengatakan hal itu Toni segera berjalan melewati Chilla dan meraih pergelangan tangan Raras lalu membawa wanita itu pergi dari hadapan Chilla.
Melihat kepergian tunangannya dengan wanita lain tentu saja membuat hati Chilla seakan seperti tertusuk oleh ribuan jarum tajam.
Diana yang dari tadi hanya melihat dari kejauhan atas perintah Chilla langsung berlari menghampiri sahabatnya itu dan merangkulnya. “Kamu nggak pa pa?” Tanya Diana dengan nada khawatir.
“Jelas-jelas aku tunangannya dia, tapi kenapa wanita lain yang lebih dia bela?” Tanya Chilla dengan nada getir dan suara serak karena menahan tangis.
Diana hanya bisa mengusap lembut lengan Chilla, berusaha menenangkan sahabatnya yang tengah patah hati saat ini. Walau sebenarnya hal seperti ini sudah sering terjadi di antara Toni dan Chilla selama mereka bertunangan.