Prolog

945 Words
Seorang gadis dengan postur tubuh yang cukup besar dan berisi serta kulit wajah yang tertutupi jerawat saat ini terlihat tengah berjalan turun tangga dari lantai dua rumahnya menuju lantai bawah. Karena tubuhnya yang gempal membuatnya tidak bisa berjalan terlalu cepat, sehingga ia hanya bisa turun secara perlahan sambil memegangi pegangan pinggiran tangga tersebut. “Chilla Maharani, waktunya sarapan nak,” teriak seorang wanita paru baya dari ruang makan Gadis yang tengah berusaha turun tangga tersebut akhirnya bernafas lega ketika ia sudah sampai di lantai bawah rumahnya. Ia kemudian mengarahkan pandangannya ke arah kedua orangtuanya. “Iya ma, ini Chilla mau ke situ,” jawabnya sambil berjalan menuju ruang makan. Sampai di sana ia melihat kedua orangtuanya sudah duduk menunggu dirinya untuk sarapan bersama seperti biasa. Papanya adalah Arbara Wiguna salah satu pengusaha kaya di Indonesia dan mamanya Suci Arista yang adalah seorang dokter bedah. Chilla segera duduk di salah satu kursi yang menghadap dengan mamanya dan mulai menyendokkan nasi goreng yang terlihat begitu menggiurkan. Di tengah kegiatannya menuangkan nasi goreng ke piringnya, mamanya tiba-tiba memukul tangannya sambil menatap tajam putrinya itu. “Jangan banyak-banyak makannya, kamu nggak lihat badan kamu udah bengkak kaya gitu? Mana muka makin banyak jerawat lagi,” ujar mamanya memarahi Chilla yang terlihat tidak bisa merawat diri, padahal ia sudah menjadi anak kuliahan. “Udah dong Ma, anak Papa tetap cantik kok gimana pun penampilannya,” puji Arbara Wiguna sambil menatap lembut putrinya itu. Chilla tentu saja langsung tersenyum senang mendengar pembelaan dari Papanya itu. Walau ia tersenyum, tetap saja perkataan Mamanya sedikit menyentil hatinya. “Karena Papa nih Chilla jadi makin masa bodo sama omongan Mama. Dia nih anak gadis loh pa, mau sampai kapan dia ngebiarin penampilannya jelek kaya gini disaat temen-temen lainnya pada cantik. Nggak kapok apa kamu sering dibully jaman SD, SMP, sama SMA, masa jaman kuliah mau dibully lagi,” gerutu Mamanya. Mood makan Chilla rasanya langsung hilang karena mendengar ocehan Mamanya itu. Ia segera berdiri dan menatap kedua orangtuanya bergantian. “Aku langsung berangkat ke kampus aja deh,” pamit Chilla. “Kamu nggak mau makan dulu nak?” Tanya Arbara menatap khawatir putrinya itu. Chilla memberikan gelengan dengan wajah lesu. “Nggak usah Pa. Bener kata Mama, aku harusnya mulai belajar untuk ngerawat diri dan nggak rakus lagi soal makanan,” jawab Chilla. Ia kemudian segera menyalim tangan kedua orangtuanya dan berjalan keluar dari rumah, meninggalkan kedua orangtuanya yang masih berada di ruang makan. ***** “Chilla.” Suara seseorang yang memanggilnya membuat gadis bertubuh gempal itu menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat ke arah sumber suara yang memanggilnya itu. Terlihat seorang gadis yang mengenakan kacamata dan tangan yang memegang beberapa buku tengah berjalan cepat mendekati Chilla. Ia adalah Diana, satu-satunya teman dan sahabat Chilla dari SMA. “Bukannya kamu nggak ada kelas hari ini, kok ke kampus?” Tanya Chilla menatap bingung pada Diana yang sudah berdiri di sampingnya saat ini. “Aku mau nganter buku-buku ini, sekalian minjem buku baru di perpus,” jawab Diana. Chilla mengangguk paham sambil melanjutkan langkahnya bersama Diana yang ikut berjalan di sampingnya. Saat ini mereka tengah berjalan melewati taman kampus yang cukup dekat dengan lapangan bola, tempat biasanya anak club bola berlatih. Diana langsung menghentikan langkahnya begitu pandangannya tertuju pada seseorang. Ia tentu saja langsung menahan lengan Chilla agar sahabatnya itu berhenti berjalan. “Pujaan hati kamu tuh.” Perkataan Diana membuat Chilla dengan cepat mengarahkan arah pandangnya ke lapangan bola, tempat anak-anak club bola saat ini tengah berlatih. Ia langsung berjalan cepat agar lebih dekat dnegan area lapangan bola. Mata Chilla langsung berbinar senang begitu berhasil menemukan pria yang begitu ia kagumi di antara anggota club bola yang tengah berlari bersama. “Kalau udah ngelihat si Antoni Mawardi itu kamu pasti udah lupa segalanya. Bu, sepuluh menit lagi kelas kamu mau dimulai loh,” ujar Diana mengingatkan sahabatnya itu. “Nggak pa pa aku telah dikit, yang penting bisa lihat dia,” jawab Chilla dengan pandangan mata yang sama sekali tidak terlepas dari area lapangan. Orang yang tengah Chilla tatap saat ini adaah pria tampan yang merupakan cucu dari pemilik Mawardi group, salah satu perusahaan yang cukup besar di Indonesia. Ia adalah salah satu most wanted di kampus ini karena ketampanan dan kharismanya. Senyuman Chilla langsung pudar begitu melihat beberapa wanita cantik yang berjalan menghampiri Antoni Mawardi yang baru saja selesai berlari sambil membawa botol air mineral untuk diberikan pada pria itu. Chilla langsung menunduk melihat ke arah tubuhnya lalu kembali menatap para gadis yang tengah mencari perhatian pada Antoni saat ini. Tentu saja ia tidak berani terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada pria itu seperti para gadis di lapangan itu. Saingannya adalah wanita-wanita cantik yang memiliki wajah mulus dan tubuh yang indah, bukan seperti dirinya yang memiliki fisik buruk rupa seperti ini. Diana paham alasan wajah sahabatnya berubah lesu menatap tubuhnya membuat ia langsung menepuk bahu Chilla dengan lembut. “Udah nggak usah sedih kaya gitu.” Chilla tersenyum tipis pada Diana. “Aku nggak sedih kok, biar gimanapun aku juga sadar diri kalau aku nggak pantas buat cowok setampan Antoni Mawardi,” jawab Chilla dengan suara bergetar karena tiba-tiba ia merasa sedih setelah mengatakan hal itu. Diana tentu sadar rasa sakit yang dirasakan Chilla selama hidupnya ini. Walau ia berasal dari keluarga kaya, tapi sahabatnya itu selalu mendapatkan penghinaan dan dikucilkan semasa sekolah hingga saat ini. “Aku kayanya harus ke kelas sekarang deh,” ujar Chilla sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Ia kemudian menatap Antoni Mawardi sebentar sambil tersenyum getir, lalu melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya hari ini. Seumur hidupnya Chilla belum pernah menyukai pria manapun. Namun, untuk pertama kalinya ia jatuh cinta pada seorang pria yang terlalu tinggi dan tidak bisa ia raih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD