Chapter 4. Hari pertama

1406 Words
“Kamu mau kemana pagi-pagi begini?” tanya Allexin, adik dari Linda yang baru berusia lima belas tahun. Linda menoleh ketika selesai memakai sepatu, “Aku akan bekerja untuk biaya sekolahmu jadi belajarlah dengan baik agar suatu hari nanti kamu harus membayarku atas apa yang sudah aku lakukan hari ini,” jawabnya. “Kamu tidak perlu bekerja keras untukku, aku akan berusaha mencari kerja sendiri” Allexin menahan tangan Linda, “pekerjaan untuk perempuan sepertimu di luar sana sangat berbahaya, aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu,” lanjut Allexin khawatir. Linda melepaskan tangan remaja itu dari lengannya sembari tersenyum kemudian Linda menatap Allexin, “Kamu tidak perlu khawatir, saat ini aku akan membayar sekolahmu dan hal yang perlu kamu lakukan adalah fokuslah dalam belajar, kau harus lebih sukses dari kakakmu ini, kau paham? Kalau begitu aku akan berangkat bekerja,” Linda menepuk wajah Allexin lalu keluar dari rumah mereka yang tidak begitu luas. “Berhati-hatilah dengan p****************g yang banyak berkeliaran di luas sana!” teriak Allexin. Linda tersenyum dengan teriakan Allexin, sebuah mobil berhenti di depan Linda ketika keluar dari rumah, kaca mobil terbuka hingga terlihat Hans berada di dalam. “Masuklah!” seru Hans, Linda mengangguk membuka pintu lalu masuk ke dalam mobil Hans yang akan membawanya lebih cepat ke mansion. “Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan di sana nanti,” ucap Linda pada Hans yang masih menyetir. Hans menoleh sembari tersenyum pada Linda, “Kamu akan tau setelah tiba di rumah itu.” jawabnya. Linda mengangguk meski hatinya berdebar-debar, ini adalah kali pertama dirinya menjadi seorang maid di sebuah rumah besar untuk melayani seorang Tuan muda. Tak lama Linda melihat gerbang tinggi menjulang terbuka otomatis saat mobil Hans lewat dan tertutup kembali secara otomatis pula. Sejujurnya Linda sangat takjub dengan semua yang ada di sekitar mansion, selain lokasinya yang sangat luas, rumah tersebut juga sangat mewah terlebih sang pemilik dari rumah itu adalah pria yang tampan hanya saja selain cacat kaki pemilik rumah itu juga terlihat sangat mengerikan meski memiliki wajah yang tampan. Belum memulai bekerja saja Linda sudah sangat berdebar-debar akan kembali berhadapan langsung dengan Nelvan. Mobil Hans berhenti lalu Hans mengajak Linda masuk ke dalam mansion, di rumah itu terlihat sangat sepi seolah detak jantung pun bisa Linda dengarkan, rumah sebesar ini kemana para penghuninya?. Linda celingukan sembari mengikuti kemana Hans membawanya. “Di mana yang lain? Rumah sebesar ini kenapa sangat sepi?” tanya Linda penasaran. Hans menoleh ke arah Linda saat ia sudah berhenti di depan pintu, pintu tersebut di buka oleh Hans, “Mereka semua akan datang saat Tuan muda memanggil, saat ini gantilah pakaianmu di dalam, semua pakaian yang kamu butuhkan ada di ruangan ini, setelah selesai berganti pakaian temui aku karena ada beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang peraturan di rumah ini” kata Hans, Linda mengangguk mengerti lantas ia masuk ke dalam ruangan. Di dalam ruangan itu sangat banyak tersedia pakaian serupa tapi berbeda warna, ada sebuah lemari yang tertutup lalu di buka oleh Linda dan ia di buat takjub dengan pakaian indah di dalam lemari itu tapi Linda tidak mungkin memakai pakaian cantik untuk bekerja sehingga Linda memilih pakaian hitam putih layaknya para maid yang sering ada di film. Selesai berganti pakaian Linda menghampiri Hans untuk menunjukkan denah rumah agar Linda tidak salah jalan atau salah membuka ruangan. “Ada dua ruangan yang tidak boleh kamu masuki di rumah ini dan jika kamu memasuki ruangan itu maka konsekuensinya akan kamu bayar sangat mahal” Hans menunjukkan bagian-bagian di dalam rumah lalu mengajak Linda tour home untuk mengetahui jalan dan lorong agar tidak tersesat. “Di rumah ini kamu wajib melakukan perintah yang di katakan oleh Tuan muda, kamu di pekerjakan di rumah ini memang untuk melayani kebutuhannya, semua maid di rumah ini akan melakukan tugasnya masing-masing termasuk dirimu,” jelas Hans sambil menunjukkan beberapa bagian di rumah besar Nelvan. Linda tak bisa menyembunyikan ketakjuban melihat rumah seluas lapangan sepak bola ini, tapi rumah sebesar ini kenapa hanya di tinggali oleh satu Tuan muda? Kemana keluarga yang lain?. “Ini adalah kamar Tuan muda, kau tidak boleh masuk ke sana kecuali mendapat ijin dari dari pemilik kamar,” ucap Hans, Linda memperhatikan pintu hitam tinggi di depannya untuk memastikan dia tidak akan lupa. Hans kemudian menunjukkan ruangan yang tidak boleh di masuki oleh Linda sebelum Linda melihat pemilik rumah sedang duduk di kursi roda sedang bersantai menikmati pemandangan taman, di belakang Nelvan ada seseorang yang mendorong kursi roda lelaki itu. Hans menghampiri Nelvan sambil membawa Linda bersamanya, Nelvan melihat ke arah Linda yang sangat cocok memakai baju maid. Tangan Nelvan terangkat, “Kalian silahkan pergi tinggalkan aku dengan perempuan ini,” katanya. Linda melihat Hans dan pria yang mendorong kursi roda Nelvan pergi menjauh, Linda ingin mengejar Hans tapi ia tau di sini dirinya harus berhadapan dengan Tuan muda yang akan ia layani kebutuhannya. “Apa yang kamu ketahui untuk bekerja di sini?” tanya Nelvan. “A.aku tidak tau,” jawab Linda gugup, “Anda sendiri kenapa mencari orang yang belum berpengalaman dalam pekerjaan ini jika sudah ada yang profesional?” tanya Linda balik. Sudut bibir Nelvan tertarik, “Aku tidak menjawab pertanyaan yang kamu berikan, sekarang dorong kursi rodaku masuk ke rumah” perintahnya, Linda mengangguk cepat untuk melakukan apa yang di katakan oleh Nelvan. “Hans pasti sudah menjelaskan padamu apa yang harus kamu lakukan." “Hans bilang aku harus menuruti apa yang Anda katakan,” jawab Linda sambil mendorong kursi roda Nelvan. Saat ini Linda hanya perlu belajar dari awal karena memang ia tidak tau apa-apa dalam pekerjaan ini, kemauan Tuan mudanya juga belum Linda ketahui. Tapi, jika Nelvan ingin Linda untuk menyiapkan makanan atau menyapu dan mencuci pakaian hal itu masih dapat Linda lakukan. Selain itu, entah Linda bisa melakukannya apa tidak tergantung perintah yang di berikan oleh Nelvan. “Anda ingin saya membawa Anda kemana?” tanya Linda. “Ini hari pertamamu bekerja ‘kan?” Nelvan balik bertanya, Linda mengangguk mengiyakan lantas Nelvan melanjutkan, “semua maid di rumah ini aku liburkan selama beberapa hari, jadi tugas mereka semua kau yang mengambil alih, kamu pasti tau apa yang harus di lakukan setelah ini” imbuh Nelvan sambil tersenyum sinis. Linda mendongak melihat rumah besar itu, “Maksud Anda saya harus membersihkan rumah sebesar ini sendirian?” Linda terbelalak tak percaya, kira-kira membutuhkan waktu berapa hari untuknya membersihkan rumah sebesar ini sendirian?. “Kamu tidak bisa melakukannya? Jika tidak bisa maka kamu bisa mengundurkan diri dari sekarang tapi jangan berharap aku akan memberimu bayaran sedikitpun,” Nelvan yakin pasti kali ini maid yang ia pekerjakan akan mengundurkan diri seperti apa yang terjadi dengan para maid yang sebelumnya, tanpa Nelvan duga jika Linda justru menjawab. “Siapa bilang aku tidak bisa, aku akan membersihkan rumahmu ini sampai debu pun tidak ingin menempel di dinding” jawab Linda seenaknya, lagi pula ia butuh uang untuk biaya sekolah Allexin, jika ia tidak mendapatkan bayaran dengan bekerja di sini lalu siapa yang akan membayar biaya sekolah Allexin?. Nelvan tersenyum, “Kamu bisa mulai bekerja hari ini tapi jika kamu merasa tidak bisa menyelesaikan tugas pertamamu kau bisa keluar tanpa aku perintah,” katanya, Linda mengambil nafas kemudian ia hela. “Aku bisa, kamu pikir aku tidak bisa melakukan pekerjaan bersih-bersih,” ujarnya, Nelvan menoleh lalu Linda tau ia baru saja salah bicara, “e.eh maksudku aku bisa membersihkan rumahmu ini, tenang saja aku akan membersikan sampai mengkilat seperti kaca jika perlu,” kata Linda dengan hati-hati. Nelvan mengangguk mengerti, “Aku pegang kata-katamu, sekarang bawa aku ke ruang baca setelah itu kamu bisa memulai pekerjaanmu,” ucap Nelvan, Linda pun mendorong kursi roda Nelvan ke ruang baca yang di maksud. “Apa Anda butuh bantuan untuk pindah ke sofa?” tanya Linda menawarkan. “Tidak perlu." “Apa Anda butuh buku yang ingin saya ambilkan?” tanya Linda lagi. Nelvan memejamkan mata mengambil nafas kemudian ia hela perlahan setelah itu menoleh perlahan ke arah Linda, “Apa kamu tidak ingat apa yang baru saja aku katakan? Lakukan pekerjaanmu secepat mungkin dengann hasil maksimal, pastikan kau tidak membuat kesalahan sedikitpun,” Nelvan berkata dengan nada marah yang tertahan. Linda segera mengangguk lalu melenggang pergi sebelum kemarahan Nelvan keluar, Linda tidak tau seberapa mengerikan kemarahan pria itu, jadi sebisa mungkin dirinya jangan sampai membuat Nelvan marah. Rumah besar tersebut di tatap dengan nanar, sudut bibir Linda berkedut, “Bagaimana aku bisa membersihkan rumah sebesar ini sendirian?” batinnya. _____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD