My lovely Angel

My lovely Angel

book_age16+
6
FOLLOW
1K
READ
others
drama
evil
mythology
another world
lonely
like
intro-logo
Blurb

Kim Herra, cewek biasa yang spesial. Dia tidak pernah menganggap kemampuannya sekarang bukanlah hal yang istimewa. Bahkan dia mengalami banyak hal yang membingungkan dalam dirinya. Dia tidak lagi bisa membedakan antara kenyataan dan halusinasi. Kehidupannya berubah banyak setelah dia bertemu Kim Taehyung. Takdir mempertemukan mereka berdua, entah di kehidupan masa lalu maupun kehidupan di saat ini. Kim Herra merasa bahwa takdir mempermainkan hidupnya. Dia berusaha keras untuk merubah takdirnya. Akankah dia berhasil? Ataukah takdir itu terus membuatnya berada dalam keistimewaan yang tidak diinginkannya?

chap-preview
Free preview
PERTEMUAN PERTAMA
"Sudah saatnya pulang, Mr. Jeonghan" kata Kim Taehyung.  Kim Taehyung, satu dari 7 malaikat pencabut nyawa yang terkenal di dunia Akhirat. Tampan, begitulah jika pertama kali melihatnya. Rahang wajah yang tegas, hidung mancung, kulit bersih, dan yang paling menonjol adalah tatapan nya yang tidak akan pernah dilupakan orang. Tatapan yang akan membunuh orang sampai ke jantung jika memang Taehyung menginginkannya. Sayap lebar membuat badannya terlihat lebih gagah. Meskipun jarang tersenyum, tapi Taehyung terlihat sangat cool dan begitu menggoda.  Dia adalah malaikat pencabut nyawa yang paling terkenal di Akhirat karena ketampanannya dan juga karena dia tidak pernah gagal membawa pulang para korbannya. Dia selalu menjadi andalan bagi para pencabut nyawa yang sudha kewalahan membawa korban korban yang bandel dan menghindari takdir mereka. Kim Taehyung terkenal dengan sorot mata tajam yang dingin seperti stalaktit di dinding gua. Ketika dia sudah mencekik leher korbannya, dan membuat mereka menatap matanya, sudah pasti berakhir hidup mereka.  "Ijinkan saya menemui anak saya dulu, tuan malaikat" Mr. Jeonghan memelas untuk hidupnya.  "Dia tidak punya siapa siapa kecuali" rengeknya lagi.  "Tidak bisa... waktumu sudha tiba" bantah Kim Taehyung.  "Saya hanya ingin meminta maaf pada nya" Mr. Jeonghan memcoba bernegosiasi dengan Taehyung.  Habis sudah kesabaran Taehyung. Dia tahu betul siapa korban di depannya.  Mr. Kim Jeonghan, bukan pria baik baik. Dia salah satu mafia Seoul yang paling terkenal menyiksa anak anak dan wanita. Dia seorang rentenir yang rela melakukan apapun untuk mendapatkan tanah dan kekayaan dari para korbannya. Namun, dia  tidak pernah membiarkan anak semata wayangnya tahu siapa dia yang sebenarnya. Dia begitu menyayangi anaknya, Kim Herra, meskipun dia sangat membenci papanya. Dia yang menyebabkan mamanya meninggal dengan tragis. Musuh musuhnya membunuh mamanya dengan kejam saat Kim Herra berusia 7 tahun. Papanya juga yang membuat Kim Herra tidak pernah mempunyai seorang kawanpun, karena mereka harus terus menerus berpindah rumah dan bersembunyi.  "Tidak ada lagi tawar menawar" bentak Kim Taehyung.  Mr. Jeonghan memegang tangan Kim Taehyung dan mencoba menyembahnya. Namun Taehyung justru mencekik lehernya dan mengangkat tubuh Mr. Jeonghan. Dia mencoba membuat Mr. Jeonghan menatap matanya. Dia sudah sangat marah karena korbannya kali ini benar benar tidak tahu malu. Dia sudah berkali kali lolos dari maut, dan mencoba untuk menghindari takdirnya.  Kali ini, Taehyung benar benar harus membawa Mr. Jeonghan pulang ke Akhirat dan mempertanggung jawabkan perbuatan selama hidupnya.  LORONG RUMAH SAKIT "Syukurlah kantin masih buka." kata Kim Herra.  "Kenapa aku mengantuk sekali hari ini?" gumam Kim Herra sambil menyeruput kopi pansnya.  Malam ini aku ingin menemani papa.  Kim Herra, putri semata wayang Mr. Jeonghan. Cantik namun penyendiri. Dia susah untuk membuka diri terhadap orang lain. Tapi, justru itulah yang membuat dia begitu menark. Banyak pria yang mendekati nya karena sikap misteriusnya. Dia lebih memilih berada di rumah daripada pergi hang out bersama teman sebayanya. Meskipun penyendiri, Kim Herra adalah gadis yang baik. Di antara para tetangganya, dia dikenal suka membantu dan bermain dengan anak anak.  Sifat penyendirinya bukan tanpa alasan. 18 tahun yang lalu, mamanya dibunuh para mafia musuh papanya, Mr. Jeonghan di depan matanya. Dia juga melihat papanya terluka parah dan kehilangan beberapa jari tangannya. Sejak saat itu, Herra dan Mr. Jeonghan harus sering berpindah rumah dan bersembunyi. Tidak jarang juga mereka harus berganti identitas.  Sejak saat itu, meskipun sering bersama, tapi sesungguhnya Kim Herra belum bisa memaafkan papanya. Tidak.... sampai 2 bulan yang lalu ketika papanya mengalami kecelakaan di sebuah proyek bangunannya. Dia terjatuh dari lantai 15 gedung itu. Sungguh mukjizat karena papanya masih hidup meskipun sudah dinyatakan koma. Setiap hari, Herra menemani papanya di rumah sakit. Dia juga yang memutuskan untuk mempertahankan papanya meskipun dengan bantuan alat alat medis yang menopang hidupnya.  "Papa ... kapan papa bangun?" gumam Kim Herra.  "Herra kangen pa..." kata Herra lagi sedih. Kim Herra melangkahkan kakinya perlahan. Lorong rumah sakit itu terlihat sangat panjang dan besar. Suara tapak kaki siapapun yang berjalan melewatinya bisa terdengar karena gemanya. Sudah 2 bulan, Kim Herra berjalan menyusuri lorong itu, berteman dengan rasa sepi.  Sesampainya di depan kamar papanya, Kim Herra terlihat agak panik. Dia melihat ada yang aneh dengan kamar papanya. Biasanya kamar papanya selalu terang, karena dari dulu dia tahu papanya tidak pernah suka kegelapan. Dia begitu trauma berada di dalam ruangan gelap. Selain itu, tidak ada seorangpun yang menemani papanya selain dirinya. Mereka hanya memiliki satu sama lain, tidak ada keluarga lainnya.  Kim Herra buru buru memasuki kamar VIP yang lumayan besar. Rasa dingin yang amat sangat, berhembus keluar ruangan saat dia membuka pintu kamar. Amat dingin yang membuat Kim Herra menghentikan langkahnya. Kim Herra menumpahkan kopinya dan berusaha menutup dadanya dengan kedua tangannya. Tidak hanya rasa dingin itu yang membuatnya menghentikan langkahnya. Dia mundur sebentar saat dia melihat pemandangan di depannya. Dia melihat seorang lelaki tampan dengan sayap lebar dan mengepak. Tangannya mencengkeram leher papanya. Seorang malaikat yang begitu tampan tapi terlihat begitu mengerikan. Sorot mata tajam yang terlihat seolah olah ingin membunuh siapapun yang melihatnya. Tubuhnya mengeluarkan uap dingin dan mencoba membekukan ruangan itu. Urat tangannya terlihat menonjol saat dia mencekik leher papanya.  Papanya.. satu satunya orang yang selalu berada di sampingnya selama 18 tahun ini, sedang berjuang untul melepaskan cekikan malaikat pencabut nyawa di depannya. Dia memukul bahu Taehyung dan berusaha untuk tetap bernafas. Mukanya yang putih terlihat semakin pucat. Kakinya yang terjuntai berontak dan lambat laun semakin lemas dan berhenti.  "Papaaaaaaaaa ......" teriak Kim Herra.  Dia berlali menghampiri Kim Taehyung. Dia berusa mendorong Taehyung.  Kim Taehyung yang mendengar suara Kim Herra langsung terkejut. Hampr saja dia melepaskan cengkeramannya. Dia sempat mundur sedikit. Mukanya yang putih dan tampan terlihat begitu pucat. Sorot matanya yang tajam membelalak seperti tidakpercaya dengan apa yang dia dengar.  Apa dia bisa melihat semua ini? Apakah dia melihatku?  Benarkah? Bagaimana bisa? Sesungguhnya, ketika Kim Taehyung mencekik Mr. Jeonghan, bukan raga yang sesungguhnya yang dicekik. Namun, jiwanya yang dicekik. Sedangkan tubuhnya masih berada di tempat tidur dalam keadaan seperi semula. Itu sebabnya Kim Taehyung terkejut ketika Kim Herra berteriak.  Kim Taehyung mencoba meyakinkan pikirannya lagi. Dia berusaha membawa arwah Mr. Jeonghan ke atas. Namun apa yang dia lihat dan dia dengar benar benar membuatnya shock.  "Lepaskan.. to-long... lepaskan " pinta Kim Herra sambil menangis. Dia memegang tangan Kim Taehyung. Bahkan Kim Taehyung bisa merasakan tangan Kim Herra yang gemetar.  "Jangan bawa papaku ...." teriak Kim Herra.  "Si- siapa kamu?" tanya Kim Herra lagi.  Dia berusaha untuk tetap memegang tangan Kim Taehyung dan menarik kaki papanya. Untuk sesaat, pikiran Kim Taehyung sempat hilang arah. Dia masih tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi.. Seumur hidupnya sebagai malaikat pencabut nyawa, tidak ada seorangpun yang bisa melihatnya, apalagi menyentuhnya.  Saat dia kehilangan arah pikirannya, Kim Taehyung melihat sesuatu yang sangat luar biasa. Dia melihat sorot sinar yang begitu terang keluar dari tubuh Kim Herra. Sinar putih itu sangat menyilaukan Taehyung. Taehyung merasa begitu hangat ketika sinar itu mengenai tubuhnya.  Bahkan Taehyung menutup matanya dengan kedua tangannya. Dia hampir kehilangan Mr. Jeonghan ketika dia menutup matanya. Kim Herra begitu kukuh untuk menarik papanya dari cengkeraman Taehyung. Namun, silau sinar itu tidak bertahan lama, dan ruangan itu menjadi gelap lagi seperti saat Taehyung pertama kali datang. Setelah sadar dari kebingungannya, Taehyung mengangkat jiwa Mr. Jeonghan ke atas meninggalkan Kim Herra yang menangis begitu kencang. "Papaaaaaaaaa....." teriak Kim Herra.  "Pa ..paaa.... jangan pergi" teriak Kim Herra lagi.  Dia terduduk lemas di depan tempat tidur papanya. Dia tidak menyadari bahwa teriakannya ada di dunia nyata, sehingga beberapa dokter dan suster mendatangi kamar Mr. Jeonghan. Mereka melihat Herra yang duduk bersimpuh di depan tempat tidur papanya. Mereka melihat Herra menangis memandangi langit. Dia menangis begitu hebat. "Papaaa... jangan tinggalkan Herra" Herra menangis sesenggukan.  Hik hik hik ... Sementara seorang suster membantu Herra berdiri dari tempat duduknya, dokter dan seorang suster yang lain memeriksa keadaan Mr. Jeonghan. Herra sudah tahu apa yang terjadi, jadi dia sudah mempersiapkan dirinya sendiri.  Dokter menggelengkan kepalanya pada suster yang membantunya.  "Herra... maafkan saya... kami sudah berusaha yang terbaik" kata Dr. Lee sedih.  Dr. Lee adalah dokter yang setia merawat Mr. Jeonghan mulai dari awal dia koma sampai har ini di hari meninggalnya. Dia adalah salah satu orang baik yang membantu Herra dan papanya ketika mereka datang ke Seoul.  "Waktu meninggal 01.15 KST" kata suster yang membantu Dr.Lee tadi.  "Saya akan menghubungi tim yang mengurusi jenasah dok" kata suster satunya.  Dr. Lee memeluk Herra dan mencoba menenangkannya. Dia sudah seperti papa kedua untuk Herra.  "Kamu harus sabar Herra." kata Dr. Lee menenangkan. "Kalo kamu butuh apa apa, kabari aku ya?" Dr. Lee menawarkan bantuan.  Hik hik hik ...  Herra tertunduk di samping jenasah papanya. Dia melihat papanya terpejam, tapi terlihat tidak tenang. Dia melihat wajah pucat papanya. Herra memeluk papanya dan mengucapkan kata kata sambil sesenggukan.  "Hik .. pa - papa tenang disana ya.. hik.. hik..." bisik Herra disamping jenasah papanya.  Teringat jelas bagaimana dia melihat papanya diangkat oleh malaikat pencabut nyawa. Dia melihat betapa dinginnya tatapan malaikat itu. Matanya begitu mencekam. Tapi bukan itu yang membuatnya takut dan merinding. Dia sangat menyesal saat mengingat kejadian yang baru saja.  Herra menyesal karena dia belum sempat mengatakan pada papanya kalau dia sudah memaafkannya. Dia tahu selama ini papanya begitu tersiksa dengan kenyataan bahwa anak semata wayangnya memusuhinya. Herra memukuli dirinya sendiri.  "Bodohnya kamu Her... " umpat Herra pada dirinya sendiri.  Herra menangis di kamar papanya sampai keesokan harinya. Dia terduduk di pojok kamar sambil menatap tempat tidur papanya yang sudah kosong. Selama 2 bulan ini, dia yang selalu mengurus kebutuhan papanya yang sedang koma. Meskipun papanya koma,  tapi Herra selalu menganggap kalau papanya ada di dekat nya. Itulah sebabnya, Herra selalu mengobrol dengan papanya.  Dia selalu membicarakan apapun dengan papanya, mulai dari kehidupan masa kecil nya. kenangan kenangan bersama mamanya, keinginan Herra, cita cita, mimpi nya. Bahkan dia juga menceritakan tentang impiannya untuk menikah. Dia membicarakan pestanya, acaranya, dan berapa banyak cucu yang akan dia berikan pada papanya. Dia membicarakan semuanya ....kecuali .... Papa .. aku memaafkanmu ... Dan saat ini .. itulah yang paling dia sesali.....

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Selir Ahli Racun

read
11.0K
bc

Romantic Ghost

read
165.5K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
150.2K
bc

Istri yang Terlupakan

read
12.7K
bc

The King's Slave (Indonesia)

read
190.6K
bc

Wolf Alliance Series : The Path of Conquest

read
41.9K
bc

Wolf Alliance Series : The Gate of Sin

read
41.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook