Jadwal yang terlihat pada selembar kertas itu seolah sedang menghukum Frada akan janji, terutama ketika Anna belum kembali dari cuti, semua menjadi suatu beban dalam hidup. Kedua bola matanya kini mencapai angka tertera di tiket pesawat, Frada juga menangkap dua koper dan satu tas yang sudah siap. Suara pintu diketuk mengagetkan. Frada terhenyak dan membukanya. Tristan. Pria dengan setelan jas cokelat tua itu telah berada di luar, tanpa senyum dan ingin menyapa Frada mendapati Tristan membungkuk. "Nona, sudah siap?" Frada masih saja cemas. "Enggak, aku enggak akan pernah siap." Setelah berkata, Frada pun masuk tanpa menutup pintu kamar. Diikuti dengan Tristan dia duduk di ranjang. "Anna belum masuk lagi ya? Kenapa Papi yang atur? Anna itu bukan tanggung jawabnya, tapi aku! Aku yang gaj