Cinta itu seperti angin, dapat kamu rasakan tapi tidak bisa kamu lihat wujudnya. Istilah itu sangat sesuai dengan seluruh pikiran rumit Dika. Laki-laki itu bisa merasakan, tapi terlalu bodoh untuk menyimpulkan. Yang dia lakukan hanya terus membentengi dirinya tanpa pernah sedikitpun mencobanya. Sore ini alih-alih ikut dengan karyawan lainnya menjenguk Desti, Dika malah menyendiri di toko buku. Mondar-mandir ke sana kemari dengan gelisah. Hingga di sebuah rak bertuliskan Best Seller dia berjumpa kembali dengan sebuah buku bersampul ungu yang dulu pernah di kenalkan Desti padanya. Judulnya Broken Heart. Yang masih Dika tidak mengerti adalah kenapa desain sampul yang seceria itu berjudul patah hati? Hal itu menggelitik rasa penasaranya. Ditambah lagi jika mengingat au