“Kakak yakin?” tanya Lia sekali lagi. Mungkin ini sudah pertanyaan yang ke sepuluh kali pagi ini. Tapi jawaban yang Lia dapat juga sama saja. mengenakan kebaya yang pernah kakaknya pakai saat kelulusannya beberapa tahun lalu, wajahnya dipulas make up sederhana. Tatanan rambutnya hanya digelung dan dijepit biasa saja. Tak ada yang terlalu istimewa seperti calon mempelai wanita umumnya. Bahkan senyum yang biasa ada di wajah Fitri saja, sepertinya malas untuk ada di sana. Padahal dengan make up senatural ini, Fitri tampak jauh lebih cantik ketimbang biasanya. “Yakin.” Padahal jawaban itu seperti tanpa makna bagi Fitri. Hanya sebatas jawaban biar tak lagi Lia bertanya. Ingin bilang bosan dan jangan cerewet tapi rasanya Fitri tak tega berkata seperti itu pada Lia. Sejak sema