Sepanjang koridor, Dara mendapat tatapan cemooh dari orang-orang.
"Ternyata pintar nggak menjamin baik, ya."
"Mending bodoh, tapi hati bersih. Daripada pintar tapi bangsat."
"Gue nggak nyangka aja, anak pintar kayak dia ternyata selama ini sok suci."
"Manusia yang nggak bersyukur ya gitu. Dikasih cantik, pintar, tajir, tapi malah lakuin kesalahan fatal. Dasar manusia."
Ternyata benar, seribu kebaikan akan tertutupi kalau kita melakukan satu kesalahan.
Dara hanya diam, dia berjalan menunduk hingga parkiran. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam mobilnya. Ini memang kesalahannya, Dara akui itu, tapi apakah hanya karena satu kesalahan itu Dara berhak dihakimi?
Hanya karena satu kesalahan yang tidak merugikan orang lain, Dara langsung dianggap buruk. Dara tidak seperti itu.
Niken: Dar, sorry ... Lo harus keluar dari geng kita.
Dara langsung di-kick dari grup chat w******p yang bernama The Queen.
Dara terkekeh di balik isak tangisnya. "See? Bahkan teman pun nggak punya. Selama ini orang-orang mau temanan sama gue karena mereka manfaatin gue?"
Tanpa berlama-lama lagi, akhirnya Dara langsung pulang ke rumah, berharap setelah sampai hatinya sedikit lebih tenang.
Setelah memarkirkan mobilnya di pelataran rumah, dia heran karena ada mobil Alan, perasaan tadi pagi sudah berangkat ke kantor.
Masih berpikiran positif, Dara pun masuk ke dalam rumah.