BAB 10

1054 Words
Brakkk!!! Salsa terkejut saat ia mendengar suara pintu yang tertutup rapat, langsung saja Salsa keluar dari kamarnya. Ia yakin sekali jika suara tersebut berasal dari suara kamar kakaknya, Salsa berjalan perlahan menuju kamar kakaknya. Dengan perasaan setengah takut Salsa mendekati pintu kamar kakaknya, dari dalam Salsa yakin jika mendengar suara isak tangis. Pikiran Salsa begulat tentang siapa yang tengah menangis di dalam, apakah kakaknya atau malah bukan. Salsa perlahan memutar gagang pintu, lalu perlahan mendorongnya dari luar namun apa yang dilakukannya sia-sia karena pintu terkunci dari dalam. Kini Salsa berganti dengan mengetuk pintu, ia yakin jika kakaknya sudah pulang karena saat ia menghidupkan lampu kamar kakaknya kamarnya tidak terkunci namun sekarang malah terkunci. "Kak, udah pulang?" tanya Salsa lembut dari balik pintu, namun setelah Salsa menunggu beberapa saat ia tidak mendapatkan jawaban dari dalam. "Kak? Kakak udah pulang?" tanya Salsa lagi, kali ini ia mengetuk pintu lebih keras daripada sebelumnya, namun tetap saja Salsa tidak mendapatkan jawaban dari balik pintu. Dari dalam, suara isakan tangis yang samar-samar Salsa dengar menghilang. Salsa memutuskan sekali lagi untuk mengetuk pintu kamar kakaknya, jika tetap tak ada sautan Salsa dengan sigap akan berlari untuk masuk ke kamarnya. Bukan ia takut pada hantu atau makhluk gaib lainnya, ia hanya takut jika ternyata ada penjahat yang masuk ke dalam rumahnya. Bodohnya Salsa tidak mengecek pintu terlebih dahulu tadi. "Kaaak ...." "I ... iya," saut suara dari balik pintu. Salsa menarik napasnya lega saat mendengar suara sautan dari dalam memang suara kakaknya. "Kakak udah pulang? Mau makan?" tanya Salsa dari balik pintu. "Kakak masih kenyang, kamu makan aja sana. Nanti kalau lapar kakak makan sendiri," jawab Resya dari balik pintu. "Ya udah, nanti makan ya kak. Jangan lupa," ucap Salsa mengingatkan. Salsa merasa kakaknya kelelahan sekarang, dari suaranya ia bisa menebak jika kakaknya butuh istirahat. Salsa tidak mau banyak bertanya lagi pada kakanya, ia hanya akan pergi dari depan pintu kamar kakaknya membiarkan kakaknya beristirahat menenangkan pikirannya yang lelah dengan permasalah-permasalahan pada skripsinya. *** Sinar mentari dari balik gorden yang terbuka mengangganggu mata Salsa yang terpejam, perlahan ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pengelihatannya terhadap sinar mentari. Dari tempatnya berbaring Salsa dapat melihat kakaknya tengah mengikatkan gorden dengan pengingat yang berada di samping gorden, menahan gorden untuk menutup kembali. "Kakak," panggil Salsa lemah. Ia memperhatikan siluet di depannya, setelah beberapa saat ia akhirnya dapat melihat dengan jelas setelah matanya mampu menyesuaikan diri terhadap cahaya. "Kakak gak kenapa-kenapa?" tanya Salsa lagi yang hanya di jawab dengan senyuman tipis dari bibir Resya. "Gak kenapa-kenapa Sal, kamu gak ngampus?" tanya Resya dengan suara seraknya. 'Apa Kak Resya menangis semalaman?' batin Salsa bertanya. Salsa menggeleng menjawab pertanyaan kakaknya tadi, lalu bangkit dan duduk di ranjangnya. Tak lama Resya berjalan keluar meninggalkan Salsa di dalam kamarnya. Salsa masih duduk selama beberapa menit, hingga akhirnya ia harus memutuskan untuk mandi. Setidaknya ia harus belanja ke pasar karena persediaan bahan makanan di kulkas yang sudah mulai habis. Untungnya keadaan di luar tidak terlalu panas dan sekalipun keadaan panas namun bukan panas yang terlalu kuat, hanya sinar mentari pagi saja yang cukup menyehatkan. Setelah bersiap-siap Salsa mengambil dompetnya yang ia letakkan di dalam lemari yang beeada di sebelah tempat tidurnya, lalu memasukannya ke dalam tas selempang kecil yang ia sampirkan pada pundaknya. Setelah kekuar dari dalam kamarnya, Salsa berjalan terlebih dahulu menuju kamar Resya lalu mengetuknya. Hingga akhirnya ada sautan dari dalam Salsa langsung meminta ijin kepada kakaknya untuk pergi ke pasar. Barulah setelah mendapatkan ijin dari kakaknya ia keluar rumah dan berjalan menuju pasar. Jarak dari kontrakannya menuju pasar sebenarnya tidak terlalu jauh dan bisa di tempuh hanya dengan berjalan kaki. Salsa melangkahkan kakinya melewati tepian trotoar, selama hampir 5 menit ia berjalan dari kontrakan akhirnya ia sampai juga di pasar. Langsung saja Salsa meneliti satu persatu penjual yang menjual bahan makanan yang sebelumnya sudah ia catat. Kebiasaan Salsa terkadang melupakan bahan masakan yang penting jika ia tidak mencatat apa saja yang akan ia beli. Salsa membeli kacang panjang dan beberapa jenis sayuran lain. Rencananya buka puasa hari ini ia akan memasak gado-gado dan es buah. Setelah membeli berbagai sayur yang akan ia oleh menjadi gado-gado kini ini pindah ke penjual lain yang menjual bumbu dapur, ia membeli gula merah, kencur dan bumbu lainnya untuk membuat gado-gado. Setelah berkutat dengan bumbu dapur dan sayuran kini Salsa beralih ke penjual buah-buahan, ia memilih beberapa buah-buahan yang terlihat segar lalu saat tak sengaja matanya melihat rumput laut Salsa langsung meminta penjual membungkuskan rumput laut untuknya. Setelah semua belanjaanya untuk berbuka puasa hari ini di dapat Salsa masih pindah ke penjual lain yang menjual ikan dan daging. Meskipun tidak untuk dimasak hari ini, namun masih dapat disimpan lalu dimasak untuk beberapa hari ke depan. Salsa meletakkan sebentar barang belanjaanya di atas trotoar, sebelum akhirnya ia mengelap butir-butir keringat yang jatuh di awajahnya. Salsa segera mengambil kembali barang belanjaanya, lalu berjalan kembali menuju kontrakan. "Gak bisa! Aku gak mau tahu!" bentak suara dari dalam menghentikan Salsa yang baru saja akan membuka pintu kontrakan. "Kalau malah terjadi bagaimana!" ucap suara dari dalam masih dengan bentakan. Meskipun dari luar terdengan sedikit samar-samar namun Salsa yakin itu adalah suara kakaknya. Jarang sekali Salsa melihat kakaknya meninggikan suaranya, bahkan bisa dikatakan ini pertama kalinya Salsa mendengar kakaknya meninggikan suaranya lagi setelah sekian lama. "Kita harus bertemu! Sekarang!" bentak suara dari dalam lagi, membuat Salsa ragu apakah tepat jika ia harus masuk rumah sekarang atau nanti. Bragg!!! Dari dalam pintu terbuka dengan kasar, Salsa menatap kakaknya yang baru saja keluar. Tepat saat pintu di buka sebenarnya Resya juga sudah menatap Salsa selama beberapa detik, membuat Salsa sedikit terkejut karena ditatap oleh kakanya. "Kakak mau ke mana?" tanya Salsa dengan nadanya yang rendah, ia sedikit takut melihat kakaknya. Terlihat jelas amarah di wajah kakaknya. "Bukan urusan kamu!" ucap Resya dengan nada datar. "Tapi Ka--" belum selesai Salsa berbicara kakaknya sudah lebih dahulu pergi dari pandangan Salsa tepat setelah sebuah mobil hitam berhenti di depan kontrakannya. Salsa memandang mobil hitam yang membawa kakaknya hingga menghilang tertutupi oleh bangunan-bangunan tinggi. Salsa menarik napasnya dalam, lalu membawa masuk belanjaan yang ia beli. Dalam benaknya ia masih berpikir apa yang terjadi pada kakaknya? Ia masih bertanya-tanya, mengapa kakaknya bisa semarah itu? Salsa meletakkan belanjaanya di atas meja dapur lalu mencuci tangannya. Setelah itu ia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu masih bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghujami pikirannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD