BAB 3

1023 Words
"Sal lagi ngapain?" Salsa menatap ke arah pintu yang menampilkan sosok kakaknya yang kini tengah berdiri di balik pintu kamarnya. "Lagi baca ulang bahan praktikum besok Kak, kenapa?" tanya Salsa. Perlahan Resya mendorong pintu kamar Salsa dan masuk ke dalam, ia mengambil posisi duduk di atas tempat tidur Salsa. "Gak apa-apa sih, hari ini ada bazar gak jauh dari pasar. Mau ke sana gak?" "Oh iya! Hari terakhir 'kan kak?" tanya Salsa menatap kakaknya dengan mata berbinar. "Iya, kalo mau ayo siap-siap biar nanti kita pulangnya gak ke sorean." Salsa langsung mengangguk setuju lalu bangkit dari tempat duduknya. "Oke kakak tunggu 15 menit lagi di depan ya," ucap Resya sebelum ia berjalan keluar meninggalkan kamar Salsa. Salsa yang mendengar ajakan kakaknya kini dengan bersemangat mengganti pakaiannya. Tak perlu waktu lama bagi Salsa untuk bersiap-siap, apalagi repot-repot memikirkan untuk berdandan karena memang ia tidak terlalu menyukai jika dirinya berdandan hanya untuk menarik perhatian banyak orang dan menganggap dirinya cantik karena dandanannya. "Kak," ucap Salsa tepat saat ia sampai di ruang tamu. Resya langsung balik dan menggandeng lengan Salsa keluar rumah. Beginilah jika Salsa dan Resya menghabiskan waktu bersama, mereka terkadang bertukar pendapat, saling memberikan motivasi atau hanya sekedar bercerita mengenai hari-hari mereka. Meskipun terdengar sederhana, namun itulah yang membuat mereka menjadi semakin akrab. Mereka berjalan menyusuri trotoar jalanan, untung saja hari ini cuaca seakan berpihak dan mentari menyembunyikan dirinya dibalik gumpalan awan-awam sehingga tidak terlalu panas untuk Salsa dan kakaknya berjalan kaki. Apalagi tadi sebelumnya sempat turun hujan yang cukup deras, bahkan hingga sekarang hawa dinginnya masih dapat dirasakan. Tidak sampai 10 menit berjalan kaki Salsa dan kakaknya sudah sampai di bazar, meskipin baru selesai hujan keadaan tempat adanya bazar juga cukup ramai mungkin salah satu penyebabnya adalah karena hari ini adalah hari terakhir bazar. "Ke Mochi atau Thai Tea dulu Sal?" tanya kakaknya menatap Salsa bingung, Salsa berpikir sejenak lalu jari telunjuknya menunjuk ke arah toko yang menjual mochi. Resya mengangguk lalu melangkahkan kakinya bersama Salsa menuju toko tadi, terlihat antrian yang cukup lumayan panjang. Salsa berjalan menuju tempat pemesanan mochi, sedangkan Resya kini tengah mencari tempat duduk yang kosong untuk menunggu. Salsa memesan mochi coklat dan mochi keju. Salsa memang mochiaddict, semua jenis mochi ia sukai. Setelah selesai memesan dan membayar Salsa berjalan menuju kakaknya yang kini melambaikan tangan dari jauh memberikan tanda pada Salsa. Segera, Salsa melangkahkan kakinya. Selain karena bazar yang membuat harga mochi di toko ini lebih murah, memang toko ini terkenal dengan rasa mochinya yang enak dan lembut. "Masih lama Sal?" tanya Resya. Salsa menunjukan nomer antriannya pada Resya, "545 Kak," jawab Salsa. Resya menatap angka yang berada di layar tv yang di dalamnya tertuliskan nomer antrian. "Lumayan sekarang udah 523," ucap Resya yang dijawab anggukan oleh Salsa. "Eh Sal, kakak ketemu sama cowo cakep banget." Salsa yang dipanggil langsung memperhatikan kakaknya yang sebenarnya duduk di sebelahnya. "Siapa?" tanya Salsa bingung. "Ada Sal, dia kalau gak salah dosen di kampus kita juga. Kakak ketemu pas balik dari konsultasi," jelas Resya dengan senyuman yang membuat Salsa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kakaknya ini. "Duh, udah tua dong kak. Udah ada istri kali," ucap Salsa setengah memperingatkan kakaknya. "Bukan tap--" Belum selesai Resya berbicara tepat saat itu nomer antrian Salsa di panggil. Salsa dan Resya berjalan ke depan untuk mengambil pesanan mochinya. Setelah mengambil mochi, mereka langsung saja berjalan keluar dari toko. Salsa dan Resya meneruskan pemburuan mereka menuju tempat yang menjual Thai Tea karena kakaknya memang sangat menyukai minuman satu itu. Bruggg!!! "Eh... astaga," ucap Salsa terkejut. Salsa mencoba menjaga keseimbangannya agar dirinya dan sosok di depannya yang menabraknya tidak terjatuh. Setelah berhasil, Salsa memegang lengan sesorang yang tadi terjatuh seakan memeluknya. Salsa mendapatkan sosok wanita cantik yang berusia pertengahan 30-an menatapnya dengan tatapan merasa bersalah. "Maaf, kamu gak apa-apa?" tanya wanita tersebut pada Salsa. "Saya tidak apa-apa, Mbak sendiri gimana?" tanya Salsa menatap wanita di depannya. "Saya tidak apa-apa. Maaf sekali, saya tidak sadar jika saya tersandung batu," ucap perempuan tersebut merasa bersalah, menunjuk batu yang tadi membuatnya tersandung. Salsa tersenyum kecil mengerti. "Tidak apa-apa kok, Mbak gak terluka?" tanya Salsa yang di jawab gelengan dari perempuan tersebut. "Syukurnya saya tidak apa - apa," jawab wanita yang tadinya bertabrakan dengan Salsa. "Mbak ini belanjaanya," ucap Resya memotong pembicaraan antara Salsa dan perempuan yang tadi menabrak Salsa lalu memberikan paper bag perempuan tersebut yang tadi terjatuh. "Aduh, terima kasih sekali. Tapi maaf saya harus pergi," ucap perempuan tersebut merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, kami juga harus pergi." "Kalian hati-hati ya, terima kasih banyak." Salsa dan Resya mengangguk, lalu menatap wanita tersebut yang kini sudah menjauh dari mereka. "Kak, Allah ada aja ya caranya ngasih kita pahala." "Bener Sal," jawab Resya ditambah senyum lebar menanggapi ucapan Salsa. Setelah beberapa saat akhirnya mereka kembali berjalan, melanjutkan tujuan mereka tadi menuju toko Thai Tea. Salsa dan Rasya kembali bertukar cerita keseharian mereka selama mereka berjalan melangkahkan kakinya menuju toko-toko lainnya. Hubungan antar keluarga memang harus dibangun, karena itulah pondasi utama dalam keluarga. "Sal, kamu harus jadi anak yang baik. Lupain semua yang sudah nyakitin kamu," ujar Resya mencoba mengingatkan kembali Salsa, karena ia tahi jika adiknya ini adalah satu-satunya yang ia punya. Mereka harus saling menjaga satu sama lain. "Iya kak," ucap Salsa kaku. Mereka bergandengan tangan terkadang sesekali bergantian merangkul sambil menceritakan kembali masa kecil mereka, hal yang mereka lalui dan hal-hal indah yang tidak akan bisa terulang. Bagi Salsa, semuanya akan baik-baik saja. Selama mereka bersama, apapun itu bisa mereka lalui. "Sal kamu mau beli rasa apa?" tanya Resya sesaat mereka sampai. "Aku mau beli Green tea aja kak, tapi mau satu Milo buat dibawa pulang hehehe..., keburu haus kalo nunggu di rumah baru minum," ujar Salsa menyebutkan pesanan mereka. "Baru aja kakak mau ngajakin kami pesan dua, mumpung beli satu gratis satu." "Bisa banget sehatinya," ucap Salsa dengan kekehan di akhir. "Oke, kamu tunggu di sini. Jagain belanjaan kita ya, biar kakak yang pesan." "Oke kak, tapi gak apa-apa nih kalo kakak yang beli. Rame banget padahal," ucap Salsa melihat cukup ramai sekarang. "Gampang, itu ada lewat aplikasi. 'Kan kakak belinya pake app," ucap Resya dengan nada yang santai karena sudah melihat tempat order langsung dengan melalui aplikasi yang berbeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD