Daddy Melamar Kak Lara!

1065 Words
Pagi-pagi sekali Aiden bangun dari tidurnya, ia mendengar anak-anaknya berisik di luar. Entah apa yang menjadi perdebatan mereka berdua. Nanti siang Aiden harus berangkat ke Batam. Namun anak-anaknya sangat berisik mengganggu tidurnya. Semalam dia terpaksa pulang larut karena kekasih barunya tidak ingin ditinggal. Dengan sangat malas, Aiden keluar dari kamar. “Kalian ngapain sih?” ia menggeliat lalu menguap melihat keduanya sudah bersiap-siap. “Nggak ada, Daddy.” Kadita seperti biasa sudah selesai menyiapkan sarapan untuknya. “Jadi mau nginap di rumah Kak Lara?” Aiden mengucek matanya lalu meminum segelas air yang disodorkan oleh Kadita. Anaknya menyiapkan roti dengan isi sayur dan juga telur goreng tanpa minyak. Anaknya memang pandai memasak semenjak bergaul dengan Lara. Dan juga Kadita yang tidak kekanakan, kadang dia berpikiran untuk mengalah dengan Aiden. “Itu kopernya yakin?” Aiden melirik ke arah koper besar yang dibawa oleh anak-anaknya. Keduanya mengangguk. “Yakin Daddy. Ini juga masih kurang.” “Riko tidur di mana nanti?” “Ada kok. Nanti disiapin kak Lara. Katanya ada kamar kosong di rumahnya.” “Janji ya nggak boleh repotin orang. Uang bakalan Daddy transfer nanti. Apa yang kalian butuhkan, harus beli sendiri. Jangan minta! Kita itu numpang, jadi harus tahu diri!” Anaknya senang diberikan izin untuk menginap di rumahnya Lara meski selama Aiden pergi dengan jangka waktu yang tidak ditentukan. Kadang dia pergi satu atau dua bulan lebih meninggalkan anak-anak. Diawasi oleh asisten di rumah. Tapi sekarang dia membiarkan anaknya memilih untuk tinggal di rumah Lara. “Nanti Daddy anterin nggak?” “Iyalah, Daddy harus izin juga sama orang tuanya Kak Lara. Mana mungkin tiba-tiba ngasih kalian izin ke sana. Daddy harus ngomong baik-baik ke orang tuanya, dengan tujuan titipin kalian.” Rencana Riko dan Kadita barangkali bisa berhasil dengan cara ini. Riko adalah anak yang baik, dia menuruti semua perkataan kakaknya. Jadi Aiden tidak terlalu khawatir kalau anaknya ini sudah tumbuh remaja. “Riko, jadi mau beli HP baru?” “Iyalah, nanti sama Kak Lara aja. Yang penting Daddy kasih uang.” “Iya nanti rekening Daddy yang satunya dibawa Kakak kamu. Terus kalian bisa beli apa aja. Yang penting berguna buat kalian. Ingat Riko juga boleh main game, tapi sewajarnya aja! Jangan terlalu berlebihan apalagi begadang. Nanti Daddy pantau. Nanti Daddy juga hubungi Kak Lara.” Memang itu adalah tujuan dari Kadita dan Riko. Ingin melihat duda ini bisa serius dengan hubungan yang dijalaninya. Selama ini mereka tahu kalau Aiden terlalu banyak main perempuan yang akhirnya tidak ada yang tepat menjadi ibu tiri mereka. Ya seperti sekarang ini, mereka lebih suka jika Aiden dekat dengan Lara. “Kalian tadi ributin apa?” Usai meletakkan air minum di depan Aiden. Anak-anak itu terlihat sedang merencanakan sesuatu untuk Aiden. “Kalian ini lagi rencanakan apa sih? Daddy nggak boleh tahu gitu?” “Bukan begitu Daddy. Tapi kita tuh lagi ributin barang bawaan. Aku bawa semua buku pelajaran aku. Kan cukup lama juga nanti di sana.” “Iya, tapi kamu jangan repotin orang nanti, Riko. Soal seragam kalian cari laundry terdekat, Daddy juga bakalan minta sopir anter jemput kalian. Jangan repotin Kak Lara pastinya!” “Siap Daddy. Kan Kak Lara calon Mommy baru kita.” Aiden sudah sering mendengar itu dari anak-anaknya. Lara wanita baik-baik, sedangkan dia sudah sering tidur sana sini dengan kekasihnya. Mana mungkin Lara mau, dan juga Aiden bukan pria yang mau tanpa bercinta. Dia akan mengajak semua pacar-pacarnya bercinta. Namun jika dia benar-benar cinta, pasti Aiden akan terus berusaha mengejar. Tapi sudah sering kecewa karena anak-anaknya tidak suka. Apalagi kalau Lara, jika dia menyentuhnya kelak, sudah pasti anak-anaknya kecewa jika dia dan wanita itu tidak jadi menikah. Yang jelas sekarang ini dia masih betah menduda. “Kadita, siapin baju, Daddy, ya!” “Kan udah, Daddy. Ada dua koper yang aku siapin semalam waktu Daddy pergi. Terus Dadd, kenapa banyak sekali kondom di sana, sih?” Uhuk Aiden lupa pengamannya ada di koper yang dulu pernah dia pakai ketika ke luar kota untuk mengurus pekerjaannya dengan beberapa investor. Sekarang dia ketahuan sendiri oleh anak-anaknya. “Kamu nemu di koper?” “Iya. Daddy nikah sama siapa aja. Yang penting Daddy nggak diporotin. Dia juga harus bisa masak. Harus lewati masa uji dekat sama kami berdua. Ingat aku juga berhak memilih Mommy baru. Kalau sama Kak Lara, nggak ada masa pengujian, kalau sama yang lain. Awas aja kalau Daddy aneh-aneh!” “Nggak bakalan dong! Ya udah Daddy nggak lakuin lagi. Yang penting kalian itu harus jadi anak yang baik di sana!” “Mana mungkin kami nakal untuk rusak citra Daddy di depan calon mertua sih?” Kadita yang berharap bahwa Aiden bisa menemukan cinta sejati, tapi itu hanya dengan Lara. satu-satunya wanita yang paling disetujuinya menjadi ibu tirinya. Bukan karena mereka berdua dekat. Tapi Riko juga dekat dengan wanita itu. Dua jam lebih berlalu. Aiden sekarang berada di depan rumahnya Lara. Dia tahu alamat wanita itu dari anaknya. Sampai di depan rumah wanita itu. Ia mengajak anak-anaknya turun. “Nenek.” Aiden merasa canggung ketika anak-anaknya sangat dekat dengan wanita yang dipeluk oleh mereka berdua. Ya kedua anaknya memang tidak punya Nenek lagi yang masih hidup. Jadi wajar seperti ini. Namun dia tidak pernah tahu kalau anak-anaknya dekat juga dengan mamanya Lara. “Selamat pagi.” Aiden menyapa dengan sopan kepada orang tuanya Lara. Ia dipersilakan masuk. Tidak ada tanda-tanda ada papanya Lara di sana. Dia mengedarkan pandangannya. Melihat ada foto wisudanya Lara didampingi oleh orang tuanya. Tidak ada saudara, tidak ada keluarga yang lain lagi. “Lara kesepian di rumah. Dia nggak punya saudara, jadi waktu dia minta izin anak-anak kamu menginap di sini, papanya langsung setuju. Sering-sering aja, biar dia punya teman.” Aiden tersenyum ketika anak-anak masih menempel pada mamanya Lara. sedangkan dia mati kutu berhadapan dengan orang tuanya Lara, seolah berhadapan dengan orang tua kekasihnya sendiri. Sedangkan dia dan Lara tidak ada hubungan apa-apa. “Nenek, nanti pulang Daddy dari Batam. Daddy mau lamar kak Lara lho.” Siapa pun bisa menghantam perut atau kepala Aiden sekarang. Siapa yang mengajari anaknya berkata seperti ini? Lara juga berdiri mematung di belakang membawa minuman. Mereka sama-sama terkejut mendengar anak-anak berkata demikian. Terlebih Riko, dia yang sudah mengada-ngada tentang ini. Jangankan melamar, pacaran pun Aiden tidak pernah dengan Lara. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba melamar wanita ini. Sedangkan dia adalah pria menjijikkan yang masih butuh kepuasan. Namun bukan dengan wanita baik-baik seperti Lara. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD