bc

BRONDONG NEXT DOOR

book_age16+
108
FOLLOW
1K
READ
tomboy
CEO
female lead
enimies to lovers
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Blurb!!

Milena sedikit kesal saat tahu dia di pindahkan kerja ke Auckland dan harus menjadi asisten untuk Aldo, sepupu Mario yang menjadi bosnya di Jakarta.

Aldo yang berwajah dingin, menjawab singkat atau bahkan hanya mengangkat sebelah alisnya jika di tanya oleh Milena, sungguh sangat menyiksa bagi Milena.

Milena tinggal di apartemen masih di kawasan yang sama dengan Aldo tapi berbeda gedung. Setiap malam di saat lelah pulang kerja, Milena selalu di sambut bunyi piano. Lagunya sangat asyik dan menenangkan sehingga Milena segera tertidur.

Suatu hari Milena pergi berbelanja buah dan Hp nya berbunyo di saat dia sedang mendekap kantong kertas penuh berisi buah jeruk. Ketika Milena mengangkat telpnya, buah dari kantong kertasnya jatuh berserakan menggelinding sampai di kaki seorang pria muda yang bernama Louis.

Sejak itu di mulai hubungan Milena dan Louis yang baru mau menginjak 19 tahun, sebelas tahun di bawahnya Milena.

Louis yang perhatian dan sangat manis mengatakan terus terang menyukai Milena dalam arti dewasa.

Aldo yang awalnya merasa terganggu akan kecerewetan Milena, perlahan mulai memperhatikan wanita itu yang membuatnya sering tersenyum diam-diam melihat tingkah laku Milena yang menghibur hatinya.

Siapakah yang akan di pilih Milena?

Mario yang sengaja datang ke Auckland untuk melamar Milena menjadi istri menambah keruwetan kisah cinta Milena

chap-preview
Free preview
Bab 1 Videocall
Milena baru saja sampai di kamarnya, dia merasa sangat lelah menghadapi sikap Aldo yang menjadi bos barunya di kantor sangat seenaknya. Ketika di tanya oleh Milena mengenai pekerjaan, Aldo hanya diam atau menggerakkan bola matanya yang mengatakan 'kerjakan saja seperti yang kamu mau', akan tetapi setelah Milena selesai mengerjakan pekerjaannya, pria yang di juluki monster oleh Milena itu malah komplen dan minta Milena mengerjakan ulang tugasnya. Padahal itu hanya tabel power point untuk presentasi. Benar-benar sangat berbeda dengan Mario, bos Milena sekaligus teman kuliahnya sewaktu di Jakarta. Mario tidak pernah komplen dan malah tanpa sungkan mengajarkan Milena jika gadis itu belum familiar dengan apa yang di minta oleh Mario. Deringan Hp Milena, menyadarkan gadis itu jika dia baru saja sampai di kamar, seharusnya dia meninggalkan segala kegundahan hatinya di luar kamar agar dia bisa tidur istirahat dengan nyenyak. Yah, seminggu ini sejak Milena pindah kerja ke Auckland menjadi sekretaris pribadi untuk Aldo, Milena merasa tidak bisa istirahat dengan tenang. "Hm ..." Milena menjawab malas dan tetap sambil tiduran di atas ranjang. Sepatunya dia lepaskan asal, tergeletak berantakan tidak beraturan di lantai dan tangannya perlahan membuka kancing kemejanya yang terasa lepek di tubuh sintalnya. "Kok lama jawabnya? Baru pulang?" suara Mario terdengar di speaker Hp Milena yang dia letakkan di atas ranjang saat gadis itu membuka seluruh pakaiannya, menyisakan pakaian dalam yang masih melekat utuh. "Ya. Ada apa? Kamu masih kerja kan? Bagaimana sekretaris baru mu? Pasti menyebalkan dan ga bisa kerja gesit seperti aku!" jawab Milena sedikit ketus dan kesal, terus berbicara membawa Hp-nya sambil berjalan ke kamar mandi tanpa sekalipun dia melihat ke layar Hp. "Ini sudah jam lima sore di Jakarta Tia, aku sudah selesai bekerja. Kamu benar, sekretaris ku laki-laki dan dia sangat tidak seksi seperti dirimu. Bagaimana Aldo? Apakah dia menyulitkan mu?" Mario berusaha berkata normal meski dia terlihat tercekat dan menelan salivanya berulang-ulang. "Aldo? Beugh monster itu benar-benar seperti bukan manusia. Jika kamu tidak bilang dia sepupumu, aku pikir dia dari planet lain. Ingat loh, aku cuma setahun aja bantuin si monster itu, setelah ini aku bebas dan ga ada perjanjian apapun lagi denganmu!" "Ya, aku ingat. Satu tahun aja. Setelah satu tahun, kamu bisa kembali bekerja untukku" "Ogah!! Kayak aku ga punya bakat aja, balik kerja sama kamu!" jawab Milena, meletakkan Hp-nya yang masih tersambung dengan Mario di atas meja kaca di kamar mandi. Milena membersihkan wajahnya sebelum dia memulai rutinitas mandi. Mario baru tahu akan kebiasaan Milena tersebut. Wajah Milena tampak lebih glowing tanpa make-up, sangat manis dan cerah menggemaskan. "Memangnya kamu mau kerja di mana?" tanya Mario sedikit was-was. "Di mana aja, yang penting ga berhubungan dengan monster dingin sepupumu lagi." "Kan kamu bisa balik bekerja untukku, Tia!" bujuk Mario yang bukan terdengar seperti bujukan. "Aku ingin mencari pengalaman baru, sepertinya aku bosan jika harus melayani bos manja seperti dirimu. Hehe" kekeh Milena santai sudah selesai membersihkan wajahnya. Milena sudah menanggalkan pengait bra di belakang punggungnya dan memelorotkan celana dalamnya lalu berjalan ke bawah tempat shower dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya. Milena berdiri di bawah kran air shower yang mengucur deras membasahi dari puncak kepala sampai ke kakinya. Tempat shower Milena terbuka dan tidak memiliki ruang bilik seperti pada umumnya di aparteman atau hotel. Mario masih bisa melihat jelas dan tetap memperhatikan apa yang di lakukan Milena Arrastia, mantan sekretarisnya yang dia pindahkan ke Auckland untuk membantu saudara sepupunya yang mengatakan tertarik pada Milena saat melihat betapa telaten, detail dan profesionalnya Milena melakukan pekerjaannya untuk Mario. Milena menyabuni tubuhnya dan berputar-putar di bawah shower, sesekali tangannya meremas dadanya yang membusung dan sekal. Lekuk pinggangnya sangat ramping dan perutnya rata dengan ceruk lekukan pangkal pahanya semakin membuat Mario menggigit bibir bawahnya. Mario mengabulkan permintaan Aldo karena dia juga punya rencana yang dia susun sendiri untuk Milena yang sangat tidak peka akan kode-kode perasaannya yang di ungkapkan oleh Mario saat serius ataupun sedang bercanda pada gadis itu. Mungkin dengan berjauhan bisa menyadarkan Milena akan perasaan dan perhatian Mario padanya atau setidaknya merasakan rindu pada Mario. Milena yang masih tidak menyadari jika panggilan dari Mario tersebut adalah videocall bukan telpon seperti biasanya, masih cuek dan santai mengambil Hp-nya setelah selesai urusan mandinya. Milena membungkus rambut di kepalanya dengan handuk dan membiarkan tubuhnya tetap tanpa sehelai benangpun berjalan ke luar dari bilik kamar mandi masuk kembali ke kamarnya. Mario sudah melepaskan ikatan dasinya dari tadi. Dia masih berada di kantornya dan sekretarisnya sudah pamit pulang. Mario memposisikan dirinya senyaman mungkin meskipun dia tetap tidak bisa merasa nyaman karena ada sesuatu di tubuhnya yang terbangun dan menegang serta sangat rewel tidak mudah untuk di tidurkan. Pertama kali Mario melihat tubuh Milena tanpa sehelai benang seperti ini, meski sebelumnya mereka sudah sering menginap di hotel yang sama dan melihat Milena memakai piyama dan pakaian apapun tampak bagus di tubuh Milena. Akan tetapi melihatnya polos dan ukuran d**a Milena yang sesuai dengan ekspektasi Mario membuat bola jakun di leher Mario turun naik dengan cepat. "Kamu masih di sana? Mau pulang jam brapa? Udah ga macetlah sekarang yaa?" tanya Milena meletakkan Hp nya dengan posisi berdiri di atas meja sambil mengambil pakaian tidur yang sangat tipis. Udara cukup panas di Auckland pada musim panas. Mario bisa melihat bulatan indah b****g Milena saat gadis itu berjalan ke lemari mengambil pakaian. Pikiran Mario travelling membayangkan dirinya menumbuk gadis yang tidak peka terhadap perasaan dan perhatiannya itu dari belakang dan memanjakan kedua tangannya dengan squishy sekal di bagian depan tubuh Milena. "Jam segini justru sangat macet, Tia. Baru seminggu kamu di sana, udah lupa aja!" Mario menjawab setelah menelan salivanya agar suaranya tetap normal terdengar. "Och! Kamu bisa makan malam dulu di cafe bawah kalau gitu sembari nunggu jalanan sepi," tutur Milena yang sudah selesai berpakaian tanpa memakai pakaian dalam dan itu pun sangat transparan melekat di tubuh indah Milena yang membuat pangkal paha Mario semakin tumbuh membesar dan menyesakkan celana kain yang di pakainya. Milena berjalan ke meja makan, meletakkan hp di posisi berdiri di atas meja. Lalu Milena mengambil sereal dan s**u serta mengambil potongan buah untuk campuran serealnya. "Kamu tidak makan nasi? Apakah itu mengenyangkan? Maksudku, kamu bisa pilih makan malam dengan pasta gitu," celetuk Mario yang membuat Milena terlonjak kaget berjengit dan baru menatap tajam ke layar Hp-nya. "Se-sejak kapan panggilan telpon mu berubah menjadi videocall?" tanya Milena tajam dengan ekspresi marah di wajahnya. Melihat ekspresi kaget dengan mata melotot Milena, Mario malah semakin suka dan tanpa sadar satu tangannya sudah bermain mengelus otot kebanggaannya yang sangat rewel ingin di puaskan. Milena langsung mematikan sambungan telponnya, menggerutu marah dengan kecerobohannya. Meskipun Milena hidup di kota besar dengan pergaulan bebas, tetapi dia adalah gadis konservatif yang sangat menjaga tubuhnya dari tatapan dan jamahan tangan pria. "b******k kamu, Mario!!" umpat Milena bermonolog masih emosi pada sahabatnya yang pernah menjadi bos nya tersebut.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook