When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Setelah selesai menyuapi Zio Danira segera melipir ke kamar mandi. Dia lalu menumpahkan segala sesak yang melanda hatinya. Danira paling tidak bisa menahan tangis. Sejak menikah dan hamil ia merasa menjadi sangat cengeng. Bayangan Danira kemarin, saat Bara pulang nanti dia bisa memeluk suaminya itu sepuas dan selama mungkin untuk melepas segala kerinduan di hatinya. Lalu menghirup aroma tubuh yang baginya sangat menenangkan itu. Bukan malah di marahi seperti tadi. Memangnya sebegitu besarkah kesalahannya? Mual di perutnya yang beberapa hari ini tidak lagi terasa kini datang lagi. Mungkin efek dari perut kosong dan tangisannya yang sedikit mengguncang perutnya. Danira mencuci muka dan menyisir rambutnya sampai rapi, kemudian mengikatnya. Ia lalu menghirup dan menghembuskannya kuat-kuat,