Aku
Bernafas namun mati
Aku
Melangkah namun tak ada jejak
Aku
Ya, Aku..
Bagian masa lalu yang kau patahkan
Bagaimana bisa aku hidup jika hatiku sudah terkubur di jiwa.
Sherrin terisak memegang pelipisnya yang berdarah, Bibirnyapun terasa asam karna luka disudutnya. Menghirup nafas panjang seolah cekikan dilehernya masih terasa.
Rambut panjangnya terlihat acak.
Menatap dirinya yang tampak menyedihkan dengan bekas bekas merah di d**a dan leher jenjangnya, lebab diseluruh tubuhnya. Gadis itu menarik selimut menutupi tubuh telanjangnya, meratapi nasib malang yang tiba tiba menghancurkan dirinya berkeping keping. Ia gemetar, ketakutan.
Perlahan matanya menatap sosok pemuda yang tampak tertidur di sisinya, Entah kenapa hatinya terasa sakit. Sangat sakit diperlakukan seperti itu.
" Avan tolong lepaskan aku.. Aaarkkhh ". Teriak Sherrin berusaha berontak dari cengkraman Avan tadi. Bajunya sudah terkoyak dan robek disana sini.
" Plash". Sebuah tamparan keras kembali mendarat dipipinya membuat pandangan Sherrin berkunang kunang.
Dia merasakan pedih melihat Avan seperti itu, Pria itu seolah kehilangan dirinya..
Menciumnya, menganiayanya dan menyetubuhinya dengan paksa.
Lebih menyakitkan lagi, dia terus menyebut nama Viona.
Ya, Avan memperkosa Sherrin.
Jam berdenting 2 kali menandakan dinihari saat Sherrin berusaha melangkah meraih kemeja Avan dilantai, ia memakainya pelan, bahkan kain yang menempel dikulitnya masih terasa perih, diraihnya serakan kemejanya yang tampak tercabik cabik di marmer itu, kemudian melangkah pelan menahan sakit disekujur tubuhnya. Gadis itu duduk disisi ranjang, menatap sosok kakak tiri yang baru saja menyatu dengannya tampak terpejam damai.
Entah kenapa, Ada perasaan sakit dihati Sherrin menatap Avan. Untuk pertama kali dia tidak menatap seluruh kesempurnaan yang memang ada dalam diri Penyihir merah itu. Untuk pertama kali sherrin merasa disakiti namun tidak bisa membencinya, apa yang terjadi dengan dirinya?
Gadis itu hanya menangis seraya jarinya menyingkirkan rambut Avan yang basah oleh keringat dan mengecup pelan keningnya.
" Kenapa kau lakukan ini padaku .. kak? ". Ucapnya sendu
" Harusnya kau melindungiku." Air mata Sherin lagi lagi menetes melihat ketenangan di wajah Avan yang terlelap
Rasanya sangat sakit dan sedih...
***
Blake Scene
Viona mengerjab beberapa kali saat melihat cincin itu kini benar benar berada didepan wajahnya. Bagaimana bisa semudah itu dia mendapatkannya sementara pengawal tergantengnya pun berkali kali diusir dari Caffe itu gara gara mencoba modus. Sementara Blake??
Sekejab Viona melirik ke arah Blake yang tampak tertidur di Sova, dari pintu kamarnya yang dibiarkan terbuka, dia bisa melihat dengan jelas pemuda 17 tahun itu tampak menyenderkan kepalanya ke tangan sova sementara tangannya dilipat didepan d**a.
sejak Viona membebaskannya, Viona memang menyuruh Blake tidur di sova tanpa pri kemanusiaan. Bagai anjing peliharaan saja ( memang anjing sih )
Gadis itu bangkit dari duduknya lalu dengan langkah pelan berjalan kearah Blake. Senyum mengembang di wajahnya saat melihat si manusia jadi jadian itu tampak tertidur seolah tanpa dosa.
Bulu matanya yang lentik, bibirnya yang kemerahan dan kulitnya yang putih. Wajah yang benar benar terpahat sempurna dengan beberapa kancing kemeja putih bagian atasnya yang masih dibiarkan terbuka.
Viona duduk disisinya lalu melebarkan selimut yang dia bawa. Gadis itu tersenyum manis
" Ibu seperti apa yang telah melahirkan manusia sesempurna dirimu Blake, Terimakasih ya." Ucapnya lirih. Tangannya dengan pelan menyingkirkan rambut dikening Blake. Ditatapnya wajah pria itu lekat.
Entah kenapa waktu seolah terhenti sesaat, ketika gadis itu menatapnya. Seolah dunia tiba tiba menjadi sunyi dan ia membeku disana. Hingga...
Ting Ting Ting ( Bunyi jam dinding seketika menghentikan lamunannya )
Dan..
Viona mengerjab beberapa kali, melihat Blake membuka matanya. Tatapan mereka langsung beradu. Melihat Viona berada tepat didepan wajahnya pemuda itu langsung duduk sementara Viona menjadi salah tingkah
" Kau mau membunuhku ya, atau kau baru saja berpikir begitu??? ". Teriak Blake negatif thingking.
" Apa??". Viona gelagapan.
" Kau pasti merencanakan sesuatu kan saat aku tidur kalau tidak kenapa kau berada didekatku hah?". wajah putih Blake memerah
" Hus mikir tu yang waras anjing !". Kesal Viona menghentakkan kakinya
" Kalau aku berpikir waras, maka Yang ada aku berpikir kau baru saja ingin menciumku." Senyum Blake menuding. Wajah Viona langsung berubah ungu.
" Eh.. a..apa? Apa k..amu bilang..?". Celetuk Viona tiba tiba merona memalingkan wajah
" Tapi kau kan di atas gadis normal. jadi yang ada di otakku adalah kau pasti ingin membunuhku." Blake memicingkan matanya melihat Viona menggembungkan pipinya kesal
" Dasar Anjing gila !!". Celetuknya salting lalu melangkah hendak pergi namun........
" DuK" .. " Awwww". Viona tersandung kaki meja.
" Viona..". Reflex Blake menarik lengan Viona yang hampir terjatuh lalu memeluknya.
Viona menatap wajah Blake seketika. Entah kenapa, nafasnya seolah berat untuk berhembus, Mata coklatnya menatap lekat kedalam mata Biru blake. Sekian detik, ia seolah melupakan segalanya
Sejenak waktu seolah terhenti, hingga..
Kenapa rasanya ada yang mengganjal ya..??
Seperti ada sesuatu yang mengalir di dadaku?? Batin Viona.
Gadis itu merasakan hal yang salah, dan saat dia melihat kearah dadanya....
" Huaaaaaa... " Teriaknya menjauh. wajahnya langsung berubah semerah tomat
Blake yang menyadari pun menjadi salah tingkah menatap tangan kirinya yang tanpa sadar reflek menempel tepat di d**a kanan gadis itu.
" Dasaar anjing gila mesum.. !". Viona menyilangkan tangannya menutupi dadanya dengan ekspresi malu kronis.
Benar, Blake tidak sengaja. Catat = Tidak sadar!
" Maaf Vi.. aku.. tidak sengaja. Aku hanya." Blake menggaruk kepalanya dengan senyum simpulnya yang grogie.
" Mesuumm... Anjing gila !!". Teriak Viona
Dan..
" BUG ". Sebuah bantal sova mendarat di wajah Blake. Viona langsung berlari kekamarnya menahan malu.
Sementara Blake. Pemuda itu memeluk bantal tadi lalu tersenyum manis menatap tangannya
" Kok Bisa ya aku grogie.. padahal, Ini bukan yang pertama bagiku. " Ucapnya lalu kembali membaringkan tubuhnya disova.
Senyumnya kembali merekah saat melihat selimut yang terjatuh di lantai. Selimut dari Viona.
Ternyata gadis itu tidak berniat membunuhku tadi.
Sementara itu, Viona menatap dirinya dicermin.
Kejadian barusan seolah menari nari di pikirannya. Tatapannya tertuju ke dadanya, gadis itu tersenyum menggigit bibirnya. Dia kemudian berguling guling di ranjang sementara bayangan wajah Blake seolah terus menari di otaknya. Persis ABG yang baru saja kasmaran.
( Jodoh yang tertukar nih )
***
" Pagi sayang." Sapa Adelia pagi itu saat melihat putranya turun dari ranjang. Wajah Avan tampak pucat, sorot matanya kosong. Wajah tampannya seperti mayat hidup.
" Kau kenapa? Sakit?." Tanya Adelia lagi. Kali ini wanita itu berdiri hendak memegang leher Avan, Namun..
" Aku bukan anak kecil bu." Tukasnya menepis tangan adelia dengan sorot tajam. Adelia terdiam, sejak kecelakaan itu, Avan memang cukup banyak berubah.
" Oiya dimana sherrin?". Tanya Adelia.
Avan hanya mencibir lalu duduk di meja makannya.
Beberapa saat kemudian,
" Hai sayang.. mari sarapan bersama." Ajak Adelia.
Sherrin tersenyum melangkah turun dari tangga dengan seragam sekolahnya dan sebuah syal yang bergelayut manja di leher jenjangnya menutupi bekas merah disana. Sebuah kaca mata mewah bertengger manis di hidung mancungnya menutupi luka dipelipisnya.
Sherrin sedikit pucat saat melihat Avan tampak duduk mengolesi rotinya dengan selai. Matanya hampir saja berair mengingat kejadian semalam.
" Ibu maaf aku harus berangkat lebih awal. Aku ada PR." Senyumnya pucat
" Lho.. kamu berangkat bareng Avan saja, Biar kalian lebih akrab lagipula mobilmu masih di bengkel kan sayang?". Tawar Adelia ramah.
Namun..
" Gak Bu.. jangan harap aku mau semobil dengan benalu ini, bisa rusak reputasiku." Celetuk Avan dengan senyum sinis khasnya
DEG. Sherrin memegang dadanya yang terasa nyeri.
Avan tidak mengingat semuanya??
Dia benar benar lupa??
" Avan.. jangan begitu Sherrin itu kan adekmu, pernikahan ibu sudah diketahui media jadi kamu tidak perlu takut di gosipkan dengan adekmu sendiri." Adelia mengusap punggung putranya itu lembut
Avan berdiri dari duduknya lalu menatap Adelia tajam
" Kau pikir kau siapa ." Tekannya pada wanita yang sudah membesarkannya dingin.
Sherrin menarik nafas panjang.
Benar, Semua ini memang harus berjalan seperti biasanya.
Dan semua masalah ini akan selesai,
hubungannya dengan Avan tidak akan berubah hanya karna Avan menidurinya beberapa kali tadi malam dan bahkan semua itu sudah dia lupakan.
" Aku juga tidak mau satu mobil denganmu arogant." Balas Sherrin penuh penekanan.
Avan menatapnya dan jujur itu membuat jantungnya berdetak cepat
" Sampah !!". Ucap Avan sinis lalu berlalu begitu saja.
Sherrin menatap Avan tajam
" Siapa juga yang mau nebeng mobil busuk kamu kakak tiri sombong." Balas Sherrin lalu membalikkan badannya dan beranjak pergi.
Avan terdiam..
Entah kenapa seolah ada sesuatu tentang Sherrin yang dia lupakan.
Ah sudahlah..
Sikapnya juga wajar
Mungkin hanya perasaanku saja..