Adisa terdiam membeku dengan tatapan penuh pertanyaan kepada laki-laki yang ada di hadapannya ini. 'Haga bantu gue please,' batin Adisa dengan tangan yang perlahan-lahan mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Gimana Ca? Gue udah nunggu lo lama loh, gue juga udah melakukan semua yang disuruh sama Haga,"
"Jangan disini deh, kita cari tempat lain ya?" ucap Adisa secara halus dan laki-laki itu menganggukkan kepalanya lalu kembali menjalankan motornya mencari-cari cafe yang tak jauh dari sana.
"Oh iya Ca, lusa dateng ya ke turnamen, angkatan kita lawan sama angkatan Haga,"
"Turnamen tuh kalo menang dapet apa sih?"
"Macem-macem sih, kalo yang se-provinsi biasanya dapet duit, piala sama beasiswa. Tapi karena turnamen besok cuman antar angkatan jadi hadiahnya cuman seneng aja haha," jelas Fattah lalu terkekeh.
"Oke deh nanti gue usahain dateng ya, by the way itu di depan ada cafe, disitu aja Tah," ujar Adisa sambil menunjuk cafe bercat putih tulang dengan tangannya.
"Tadinya gue mau ngajak di Zest Coffe tempat orang tua lo Ca, apa mau disitu aja?"
"Oh yaudah kalo lo mau di sana,"
"Kita di cafe orang tua lo aja, lagipula gue juga sering kok main ke cafe orang tua lo,"
"Wah thanks ya, tanpa sadar lo udah membantu membiayai hidup gue dan keluarga gue loh Tah haha," ejek Adisa dan laki-laki tertawa mendengar ucapan dari mulut Adisa.
"Berarti gue harus lebih sering lagi ya ke Zest Coffe," balas Fattah dan mereka berdua tertawa diatas motor Kawasaki W250 dengan langit mendung yang menemani mereka.
Saat Adisa sedang melihat pemandangan di kanan dan kiri mereka, tiba-tiba Fattah mengambil kedua tangan Adisa dan melingkarkan tangan tersebut di perutnya. Adisa sedikit kaget dengan perlakuan Fattah tersebut, namun ia tak mau menyakiti perasaan laki-laki itu lebih jauh lagi, Adisa mengeratkan pelukannya dengan Fattah dan meletakkan wajahnya di punggung milik laki-laki itu.
"Ca gue harap kita terus begini ya, tanpa ada nama Haga di antara kita," gumam Fattah lalu laki-laki menaikkan kecepatan motornya di tengah-tengah jalanan kota Jogja tersebut.
***
Setelah hampir setengah jam mereka berkeliling, akhirnya Adisa dan Fattah sampai di salah satu cabang Zest Coffe 141 yang ada di kota Jogja. Adisa kemudian turun dari motor milik Fattah dan membuka helmnya, lalu di susul oleh laki-laki itu dan mereka berdua memasuki coffe shop itu bersamaan.
"Selamat datang Kak Adisa, mau pesen apa Kak?" ucap seorang barista perempuan yang bekerja disana.
"Lo mau apa Tah?" tanya Adisa sambil membaca buku menu.
"Korean Iced Coffe satu, sama Chocolatte Waffle satu,"
"Kalo aku Tiramissu Latte satu, sama Chessy Tiramissu Banana satu,"
"Baik Kak, di tunggu aja ya. Nanti saya yang anter keatas,"
"Oke, di rooftop kayak biasa ya," ucap Adisa dan mereka berdua langsung meninggalkan perempuan tersebut, berjalan menaiki anak tangga menuju ke rooftop.
"Om lo yang waktu itu nggak ada Ca," gumam Fattah.
"Oh Om Zaki maksud lo, kalo dia khusus pegang yang Sweetcake. Kalo ini yang pegang Om Chandra, dia emang super sibuk orangnya dan kadang pekerjaan dia yang ini suka nggak ke pegang," jelas Adisa lalu mereka berdua duduk di salah satu kursi di rooftop.
"Om Zaki itu siapa lo?"
"Temen Ayah dulu, kalo Om Chandra kakaknya Buna Adhis,"
"Kalo Daniel? Dulu waktu di Semarang pernah denger lo sama Reina ngomongin nama Daniel,"
"Kak Daniel itu anak angkat Buna gue, sekarang lagi kuliah di Standford dan katanya akhir tahun ini dia mau pulang ke Indonesia," jelas Adisa lalu ia mengambil ponselnya.
"Oh Buna lo punya anak angkat? Beruntung banget ya si Daniel, jadi bagian keluarga lo yang tajir melintir ini haha. Gue juga mau dong Ca diangkat jadi kembaran lo haha," goda Fattah dan Adisa hanya terkekeh tanpa menjawabnya.
"Ini Kak Adisa pesanannya, kalau ada yang mau di pesen lagi temui saya di bawah ya. Selamat menikmati,"
"Thanks Mbak," jawab Adisa dengan senyum manis di bibirnya.
"Ca, soal yang tadi, lo udah ada jawaban?" tanya Fattah
Adisa meminum Tiramissu Latte nya dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Fattah, kemudian menarik napas nya dalam-dalam dan menatap mata laki-laki yang ada di hadapannya.
"Jujur aja gue udah suka sama lo dari awal lo perkenalan di kelas, gue suka sama lo karena lo orangnya lucu dan sering bikin gue ketawa sama yang lain. Tapi pikiran gue tuh kita nggak sampai kayak gini, gue juga masih bingung sama perasaan gue, karena disatu sisi gue suka sama lo, dan di sisi lain ada Haga yang nggak bisa gue tinggalin. Kalo gue terima lo, gue takut gue bakal sakiti hati lo lebih dalam lagi, gue nggak mau itu Fat--"
"Gue mau."
"Hah? Mau apa?"
"Gue mau di sakitin sama lo Ca, karena nggak ada cewek yang kayak lo lagi, dan yang gue mau itu cuman lo," jawab Fattah lalu mengambil kedua tangan Adisa untuk di genggam.
"Tah, you deserve better,"
"But I'll be better if I'm with you Adisa, sorry if I'm selfish. Tapi gue udah berjuang mati-matian lawan Haga demi dapetin lo,"
"Tapi jangan salahin gue kalo gue lebih deket sama Haga daripada sama lo, karena Haga punya posisi khusus yang nggak akan bisa digantikan oleh siapapun," jawab Adisa lalu menganggukkan kepalanya.
"Lo mau jadi pacar gue?" tanya Fattah sekali lagi untuk memastikan jawaban dari wanita yang ada di depannya itu.
Adisa menganggukkan kepalanya. "Yes, but I'm so sorry if I'm break your heart, Tah."
Laki-laki itu tersenyum bahagia lalu mencium punggung tangan milik Adisa. "Thanks Ca, walaupun gue tau pacaran sama lo lebih banyak sakitnya dibanding bahagia, but I'll be a best boyfriend for you Ca."
Adisa tersenyum melihat Fattah yang sangat bahagia itu, dirinya terus menatap kekasihnya. Fattah Kiram Mas'ud, laki-laki keturunan Arab dengan alis tebal yang menyatu itu telah resmi menjabat sebagai kekasih dari Adisa Fyneen Sarwapalaka mulai detik ini tanggal 7 September 2041. Dengan di saksikan oleh langit sore yang sedang mendung membuat suasana disana terasa sangat romantis dan ditemani oleh Tiramissu Latte dan Korean Iced Coffe yang menjadi saksi bisu jawaban dari Adisa.
"Sekarang kamu punya dua bodyguard yang akan selalu menjaga kamu dimana pun dan kapan Ca, jangan ragu untuk hubungin aku disaat kamu lagi bosen atau lagi butuh aku ya Ca, I'll be there for you everytime and everywhere," ucap Fattah dengan tatapan bahagia yang tak bisa di bohongi.
"Tah, I'm sorry if I make you cry. I'm just an unstable woman who can't control my emotions well," balas Adisa dan laki-laki itu hanya menjawab dengan senyum manis di wajahnya dan tatapan bahagia yang tak henti menatap dalam ke mata Adisa.