Bab 12. Bayu Kebakaran Jenggot

1048 Words
Bab 12. Bayu kebakaran jenggot Bayu merasa marah kepada Larasati, istrinya. Bagaimana bisa wanita itu melaporkannya ke pihak kode etik rumah sakit tempatnya bekerja selama ini? Apa wanita itu tidak punya otak? Susah payah dia mendapatkan pekerjaan di rumah sakit itu dan begitu mudah wanita itu merusak semuanya. Setelah memasukkan semua barang pribadinya ke dalam mobil, Bayu menutup pintu mobil dengan emosi menggunung. Dia tidak menyangka kalau perselingkuhannya akhirnya diketahui oleh istri dan juga beberapa pegawai di rumah sakit tempatnya bekerja selama ini. Memang salahnya yang begitu teledor hingga orang lain melihat kemesraannya dengan Celline. Wanita itu begitu senang mendengar kalau dirinya akan segera menceraikan Larasati hingga membuat kekasihnya itu memesrainya di depan umum. Bodoh, rutuknya pada diri sendiri. Harusnya dia mengingatkan Celline. Ya, semua ini memang salahnya. Bukan Celline. Kekasihnya itu terlalu bersemangat ingin segera mengumumkan kepada dunia kalau kini mereka adalah sepasang kekasih. Mengngat Celline, perasaan Bayu membuncah bahagia. Selama ini, dia terus saja berpura-pura bahagia dengan pernikahannya. Larasati memang cantik dan baik hati. Tapi, hatinya tidak pernah menjadi milik wanita yang sampai saat ini mash berstatus sebagai istrinya itu. Hanya rasa tanggung jawab yang selama ini mendasari hubungan rumah tangganya. Larasati tidak tau kalau penyebab meninggalnya kedua orang tuanya adalah ibu kandung dari suaminya sendiri. Mariah, mertua Larasati. Sudah cukup pengorbanannya selama ini dengan menikahi wanita itu. Hatinya kini sudah ada pemiliknya, yaitu Celline. Seorang janda beranak satu. Bayu yakin, dengan Celline dia akan mendapat kebahagiaan sejati. Buktinya selama sepuluh tahun menikah dengan Larasati, tanda-tanda kehamilan tidak juga tampak dari Larasati hingga membuat Bayu kian yakin kalau bahagianya bukan dengan Larasati. Wanita yang sudah membersamainya selama sepuluh tahun ini. Bayu memacu mobilnya ke café tempat istrinya bekerja. Dia yakin wanita itu ada di sana. Karena café tempat istrinya bekerja memang berdekatan dengan rumah sakit tempatnya bekerja hingga tak butuh waktu lama dia sudah sampai di pelataran café. Sejenak Bayu diam demi mengatur amarahnya yang masih bersisa. Dia tak mau lepas kontrol di depan istrinya itu. Bayu menghela nafas panjang selama beberapa kali demi melegakan dadanya yang masih sesak. Netranya tertutup demi meresapi aliran udara di dadanya. Sedikit merasa tenang. Tapi kemarahan tidak sepenuhnya hilang. Dia masih merasa tidak terima akan tingkah istrinya itu. Bisa-bisanya wanita itu sebegitu nekad melaporkan perselingkuhan yang memang dia lakukan. Bayu mengakui hal itu. Entah bagaimana Larasati bisa mengetahui bangkai yang sudah beberapa bulan ini dia simpan. Mungkin memang benar istilah, sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya akan tercium juga. Bayu sudah berupaya supaya Larasati tidak mencurigai perselingkuhannya dengan bersikap seperti biasanya di depan isrinya itu. Akan tetapi, tetap saja wanita itu mengetahuinya juga. Tapi, tidak seharusnya Larasati langsung melaporkan perselingkuhannya di depan dewan kodek etik. Sialan memang wanita itu. Benar kata ibunya selama ini, Larasati memang hanya membawa kesialan dalam hidupnya, rutuk Bayu dalam hati. Harusnya dia tidak menikahi wanita itu. Toh tidak ada yang tahu tentang penyebab kecelakaan kedua orang tua wanita itu. Bahkan menyebut namanya saja, Bayu enggan. Bayu membuka pintu mobil setelah sedikit lebih tenang. Pandangannya dia arahkan ke arah café tempat istrinya bekerja. Tampak café itu penuh dengan pembeli. Bayu berpikir kalau memarahi Larasati saat ini jug bukanlah ide yang bagus. Yang ada boroknya akan semakin tersebar dan diketahui orang banyak. Tidak. Itu bukn hal yang bijak, pikir Bayu menimbang langkah apa yang harus dia lakukan. Sekitar sejam Bayu terus memandang ke arah café itu tanpa berani untuk turun. Saat dilihatnya suasana sudah mulai sepi dia membulatkan tekad untuk memasuki café tersebut. Perlahan dia membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Dia melangkah dengan ragu. Banyak kemungkinan yang berkecamuk di kepalanya. Dia berharap di dalam sana memang sudah tidak ada pengunjung. Bayu tidak mau nama baiknya hancur karena perselisihan dengan sang istri. Apalagi kalau istrinya menceitakan tentang perselingkuhannya di muka umum. Bisa makin hancur karirnya. Bayu terus memaki kebodohannya yang begitu teledor memperlihatkan kemesrannya di rumah sakit. Andai itu dia lakukan saat sudah bercerai mungkin tidak akan berefek pada karirnya. Sekarang menyesalpun percuma. Ini semua salah Larasati, pikirnya penuh kekesalan kepada sang istri. Dia memasuki pintu café dan segera memindai area barista. Tempat biasanya istrinya meracik pesanan konsumen. Matanya memicing begitu tak mendapati sosok sang istri di sana. Matanya terus mengedar mencari sosok sang istri. “Ada yang bisa saya bantu?” Suara seorang karyawan café mengagetkannya. Bayu sedikit tersentak tapi secepatnya mengendalikan dirinya dan mengulas senyum ke arah karyawan tersebut. “Saya mencari barista yang bernama Larasati,” ucap Bayu dengan wajah ramah andalannya. “Oh mbak Laras, tadi siang dipecat oleh bu Mona,” ucap pelayan itu yang ternyata tak lain adalah Shinta. Wanita yang memang tidak menyukai Larasati dan wanita yang sudah melaporkan perihal mangkirnya Larasati saat bekerja. Wanita itu tak bisa menyembunyikan senyuman puas saat mengingat kalau saingannya untuk menjadi barista terbaik di café ini sudah tidak lagi bekerja di sini. “Dipecat? Kok bisa? Setahu saya dia bekerja dengan baik,” ucap Bayu penasaran. Karena setahunya kalau sang istru adalah barista terbaik di café ini. Akan tetapi, ada terselip rasa puas saat mendengar hal itu. Apa ini karma buat istri durhaka? Seringai mengembang di wajah yang tadi begitu keruh. “Baguslah kalau ternyata dia dipecat. Ternyata Tuhan Maha Adil,” kekeh Bayu. Wajah kalut itu kembali sumringah hanya demi mendengar kabar yang baru saja dia dengar. “Mau jadi apa dia kalau dipecat?” Kalimat penuh ejekan itu tak terasa keluar dari mulutnya. “Pengangguran pak,” jawab Shinta yang ikut merasa puas dengan dipecatnya Larasati. Mendengar jawaban Shinta tawa Bayu kian membahana. Puas rasanya membayangkan wanita yang membuatnya kena sanksi itu mengalami nasib yang lebih buruk darinya. Setidaknya dia masih bisa melamar kerja di rumah sakit lain. Apalagi selama ini trackrecordnya bagus. Bahkan ada beberapa rumah sakit yang pernah menawarinya bekerja di rumah sakit mereka. Menyadari hal itu membuat Bayu semakin melebarkan senyuman. Kenapa dia bisa sebodoh ini? Dunia tidak berhenti hanya karena dia dibebastugaskan di rumah sakit itu. Masih banyak rumah sakit di kota ini. Ya, itu benar. Tanpa menghiraukan wajah Shinta yang menatap dirinya penuh kekaguman karena senyum yang membuat wajahnya kian tampan. Shinta mengenal Bayu sebagai suami dari Larasati. Sudah lama pula dia iri akan hidup Larasati yang begitu sempurna. Selama ini dia hanya melihat dari kejauhan saja wajah tampan Bayu tanpa berani mendekat. Dan kini, sosok itu berada di depan wajahnya. Tampan sekali, batin Shinta penuh kekaguman. >>Bersambung>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD