Bab 1 Pertemuan
Natasya mengendarai motornya dari tempat kerjanya, yang berada di dataran tinggi, sedangkan apartemennya berada di tengah tengah Kota yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya mengajar, meski jauh, dan perjalananya melewati tebing serta jurang, juga jalanan yang sangat curam, membuat Kota tersebut terpencil, dan lumayan tenang, karena jarang ada pendatang baru yang datang kesana, mungkin hanya sesekali saja jika ada rombongan pengusaha yang akan mendirikan sebuah pabrik atau Hotel untuk tempat singgah.
Saat itu cuaca sangat cerah, namun tiba tiba mendung langsung gelap. Natasya secepatnya memacu motornya dengan sangat cepat, padahal saat itu baru memasuki bulan september awal, harusnya adalah musim kemarau, namun entah mengapa langit tiba tiba mendung, lalu gelap seketika, sesekali petir menggelegar dan benar saja! hujan mulai turun dengan derasnya, langsung deras tanpa rintik gerimis.
"Akh kenapa ini? ada apa dengan motor? kenapa tidak bisa berjalan!" Ucap Natasya saat motornya tiba tiba berhenti begitu saja hampir di tengah jalan, ia berada di tepian jalan namun agak ketengah, Natasya segera turun dari motornya, ia akan menuntun motornya ke tepian jalan.
Tepat di depan Natasya sebuah mobil melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi, pandanganya terhalang oleh kabut tebal pegunungan, dan di tambah derasnya air hujan yang mengguyur.
"Bruaaaaak!!!" Suara dentuman keras yang Natasya dengar kala itu, dan samar samar ia melihat mobil yang sudah terlempar jauh dari sana, separuh badan mobil hampir masuk kedalam jurang, mobil renyok yang membentur pembatas tebing dan jalan. Segera saja Natasya turun dari atas motornya, berlari menuju kearah mobil yang membalik tersebut.
"Hah ada percikan apai!" Teriak Natasya dengan paniknya. Ia ingin minta tolong namun tidak ada orang yang lewat jika dalam keadaan seperti itu, di jalur gunung yang lumayan ekstrim jika sudah akan turun hujan dan badai. Ia akan memanggil seseorang dan meminta tolong padanya dengan ponsel, namun ponselnya kebetulan sedang mati. Lalu dengan keadaan tidak berani namun memaksakn diri Natasya akhirnya mendekat sampi ke jendela mobil bagian depan, terlihat seorang lelaki disana dengan kening yang bercucuran darah dimana mana.
"Hei...bangun...cepat bangun...kamu harus bngun...cepat keluar dari dalam sana, mobil nya akan meledak..." Ucap Natasya dengan paniknya. Sembari Natasya mengguncang guncang tubuh lelaki tersebut, tanpa sadar hujan makin menderas, percikan percikan api pun kian membesar, tanpa pikir panjang Natasya pun berusaha melepaskan tubuh lelaki itu dari sabuk pengamannya, menariknya keluar dari pintu mobil yang kacanya sudah pecah berkeping keping, Natasya tidak peduli lelaki itu akan terluka karena pecahan kaca jendela, yang ia tahu, ia harus mengeluarkan lelaki tersebut dari dalam sana, meskipun entah tubuh bagus lelaki itu akan tergores ataupun tertusuk oleh serpihan kaca jendel. Hingga beberapa saat akhirnya Natasya berhasil mengeluarkan tubuh lelaki gagah tersebut, dan tidak berselang lama mobil itu pun akhirnya jatuh begitu saja masuk kedalam jurang, dan suara menggelegar karena ledakan itu pun terdengar hebat, tubuh Natasya seakan terguncang, ia terpana terdiam seakan nyawanya telah hilang lalu kembali lagi merasakan kejadian yang baru saja ia alami, benar benar tidak masuk akal dan seperti mimpi. Hingga luka di kepala lelaki tersebut hilang karena terguyur air hujan, ia masih terdiam disana sembari duduk memangku kepala si lelaki yang baru ia selamatkan nyawanya.
"Tuhan...kenapa ini terjadi padaku? kenapa ini harus aku alami tuhan? kenapa? lalu aku harus bagimana? aku tidak mungkin mengatakan pada polisi tentang kecelakaan ini, mereka akan mengira kecelakaan ini terjadi karena aku, karena lelaki ini menghindari motor yang aku naiki makanya terjadi kecelakaan, jika aku bawa ke rumah sakit, pasti mereka akan meminta identitas lelaki ini, lalu aku harus apa? harus apa?" Ucap Natasya dengan isakan sedihnya, karena luka di kepala lelaki itu cukup parah menurut Natasya, dan harus segera di obati.
"Uhuk...uhuk..." Tiba tiba si lelaki itu sadar, dan membuka kedua matanya.
"Syukurlah kamu sadar...ayo...aku akan membawamu pulang, ayo...disini tidak ada orang, tidak ada siapa siapa yang akan menolong kita." Ucap Natasya yang mencoba membantu si lelaki berdiri dari duduknya dan memapahnya mengajaknya naik keatas motornya yang tadi mati, atau mogok.
"Motor...jadi ank baik ya...nanti akan aku full i tangki bahan bakarnya." Ucap Natasya pada motor kesayangnnya itu, sembari tangannya menepuk tiga kali di sana. Dan benar saja, motor itu nyata saat Natasya hidupkan. Natasya pun segera membawa lelaki itu kerumahnya, jalanan licin di tambah hujan lebat yang deras membuat jejak kecelakaan seakan tidak ada, yang ada hanya pembatas jalan yang rusak karena tabrakan mobil yang lelaki itu tabrak. Lelaki itu pun dengan memeluk erat tubuh Natasya mempercayakan hidupnya pada gadis itu, dan Natasya pun hanya bisa membawa si lelaki pulang ke rumahnya. Sampai di dalam rumah, Natasya membantu mendudukan si lelaki di sofa tempat duduk apartemennya, dan ia berganti pakaian, terlihat wajah pucat si lelaki dengan pakaian yang masih basah kuyup.
"Kamu harus berganti pakaian, kalau tidak...kamu pasti akan makin sakit." Ucap Natasya sembari mencari pakaian yang besar di dalam almari pakaiananya, disana hanya ada setelan baju training yang lumayan besar. Lalu Natasya mengambilnya dan membawanya menuju kearah si lelaki.
"Kamu bisa kan ke kamar mandi? kepala kamu pasti pusing ya? aku antar dan akan aku panggilkan dokter kesini nanti." Ucap Natasya yang langsung di angguki oleh lelaki tersebut. Natasya pun segera mengantar si lelaki ke kamar mandi, mendudukannya di atas toilet duduk. "bergantilah...aku akan memanggil Dokter dulu." Ucap Natasya lalu pergi begitu saja meninggalkan si lelaki, saat itu si lelaki ingin berbicara atau menahan Natasya, namun ia tidak bertenaga sama sekali, akhirnya ia diam saja.
"Aduh...Dokter...Dokter...pikirkan Sya...Dokter mana yang kamu punyai nomornya? ayo ayo ayo Sya...sebelum dia benar benar mati karena lukanya yang sudah infeksi." Ucap dalam hati Natasya yang terlihat mondar mandir disana, di depan pintu kamar mandinya.
"Ya...Niken, oke...dia pasti bisa bukan?" Ucap Natasya yang segera menghubungi Niken, Niken adalah teman Natasya, dia seorang Dokter umum di rumah sakit kota. Segera Natasya menghubunginya, dan Niken pun khawatir saat Natasya berkata bahwa ada yang terluka dan butuh jahitan, dengan segera Niken datang kesana dengan membawa semua perlengkapan jahit lengkap beserta obatnya. Tanpa pikir panjang dan tanpa bertanya Niken dengan segera menuju ke apartemen Natasya.
"Mas...mas sudah belum ganti pakaiannya?" Tanya Natasya dari luar pintu kamar mandi, dengan ketukan sesekali di daun pintu kamar mandinya.