Mereka bertiga langsung menoleh ke arah pintu kamar. “Ka-kalian?” Aiyaz membeku. Tubuhnya lemas, kedua kakinya mulai bergemetar. Embun melihat sepasang itu bergantian. Mulutnya masih menganga, menangkap kalimat yang menurutnya sangat ambigu. Sedangkan Azathea dan Bening, mereka tidak bodoh untuk menelaah kalimat Abang dan Kakak mereka. Apalagi Abang mereka, Aiyaz merentangkan pakaian dalam wanita tanpa rasa malu. “Kenapa masih nyeri sekali ya? Aduh, rasanya sakit—” “Aku sudah memilih pakaian dalam untukmu. Ini pasti cocok di tubuh—” Kalimat itu sangat sukses membuat Azathea, Bening, dan Embun bergeming. Sangat syok, bahkan sampai mereka sangat susah menggerakkan bibir, kedua kaki juga ikut lemas bagai tidak bertulang. Tidak hanya itu,