Sequel from Marrying Mr. Tsundere
***
Aiyaz Koswara Althaf
Humoris dan jahil. Terkenal dengan sikap sombong dan angkuh. Tidak menyukai wanita yang banyak bicara.
*
Cempaka Candramaya
Rendah hati, cerdas, dan tidak suka dibodohi. Sangat membenci pria sombong dan sok tampan. Berasal dari keluarga sangat sederhana.
***
Bagaimana jadinya, jika seorang wanita selalu merutuki hal yang dia benci dari seorang pria sombong. Dia membuat segala hal menjadi runyam.
Namun pembalasan cerdas yang dilakukan oleh pria yang dia benci, justru membuat dirinya terjebak di dalam sebuah perasaan yang tidak dia pahami.
Hingga akhirnya dia sadar, dan memandang pria itu berbeda dari pria lain.
*
*
---**---
Althafiance Corporation, New York, USA.
Ruangan rapat.,
Sore hari.,
Mereka baru saja selesai dari acara rapat yang dilakukan selama 4 jam lamanya. Keempat pria itu masih berada disana, duduk diantara meja rapat panjang berbentuk oval. Dan satu pria yang memimpin jalannya rapat beberapa waktu lalu.
Seperti biasa, mereka menangani perusahaan raksasa turun temurun itu tanpa dibantu lagi oleh sang Daddy, Adyrga dan Adyrta. Kemandirian keempat pria itu sudah diakui dengan pembuktian kemajuan perusahaan dengan profit yang semakin meningkat setiap jamnya.
Tidak salah jika keempat pria tampan dan rupawan itu selalu menjadi sorotan media Internasional dan diburu oleh pengusaha ternama untuk bisa bekerja sama dan saling membuat keuntungan antar perusahaan. Namun bagi keempat keturunan Abraham Althaf itu, mereka tidak sembarangan untuk menerima kerja sama meskipun perusahaan itu sudah memiliki nama besar.
Kemampuan yang dimiliki mereka sejak lahir turut membantu pekerjaan mereka selama ini, sehingga perbuatan jahat dapat tercium dengan cepat dan tidak membahayakan perusahaan yang diagungkan oleh banyak Negara, Althafiance Corporation. Azzura Abraham Althaf, dia percaya dengan keempat cucunya dan telah menyerahkan seluruh kekuasaannya untuk mengendalikan Althafiance Corporation yang kini telah memiliki ratusan anak cabang di lebih dari 25 Negara maju di penjuru dunia.
...
”Haahhh ...” Seorang pria menghela panjang nafasnya. Dia menarik kedua tangannya ke atas dan menguap seraya merelakskan tubuhnya yang sudah kaku sejak tadi.
Salah satu pria melihatnya dan membuka suaranya.
”Tutup mulutmu, Gamal. Kalau saja lalat masuk ke tenggorokanmu.” Ucapnya dengan nada datar, melirik ke arah Gamal.
Yah ... pria yang menguap itu adalah Gamal Abimana Althaf. Dia hanya diam mendengar kalimat dari sang Abang, Arash Rajaswa Althaf yang memimpin rapat hari ini.
Satu pria lain yang juga memakai setelan serba hitam, Gaza Abisatria Althaf. Pria yang akrab disapa Gaza, dia juga membuka suaranya.
”Dan aku sangat menunggu saat-saat itu, Mas.” Balasnya dengan nada santai. Dia masih duduk tepat di sisi kanan sang Abang, Arash. Jemarinya masih tampak membolak balik berkas yang ada di hadapannya.
Pria yang duduk di sisi kiri Arash, dia memasang wajah mengejeknya sembari berbicara.
”Oh jangan ... kalau itu terjadi, maka Grandma akan menangis karena kehilangan cucu yang tidak bisa membuat tangis tiga wanita itu.” Ucapnya menyindir. Dia Aiyaz Koswara Althaf.
Gamal yang duduk tepat di sebelah kiri Aiyaz, dia memutar alas bola matanya. Tidak peduli, dia menyandarkan punggungnya di kursi yang tengah dia duduki.
”Pekerjaanku sudah selesai, aku lelah sekali.” Gumamnya pelan sembari bersidekap d**a dan memejamkan kedua matanya, kepalanya sedikit menengadah ke atas.
Mereka bertiga juga bersikap sama, saling merelakskan tubuh masing-masing. Beginilah hari-hari mereka. Kompak dan bekerja sama, membagi tugas untuk memelihara perusahaan keluarga.
Tidak hanya perusahaan dari keluarga Abraham Althaf saja, tapi mereka juga memelihara dan perusahaan dari Grandpa dan Eyang mereka, Alecjandro dan Afnan. Sebagai seorang pewaris, mereka tidak mau membebankan urusan bisnis pada pundak Adik perempuan mereka.
Gaza melirik Gamal sekilas.
”Apa mobil mereka sudah bisa diambil ?” Tanya Gaza meminta penjelasan lagi pada Gamal yang memegang kendali penuh sebagai Presiden Direktur Althafa Sport Car Corporation.
Tanpa membuka pejaman kedua matanya, dia membuka suara.
“Sudah. Tapi hanya milik Embun.” Jawabnya singkat.
Arash melirik ke arah Gamal.
“Lalu milik Aza dan Bening ?” Tanya Arash sedikit tidak paham.
Belum sempat Gamal menjawab, Aiyaz memotong pembicaraannya.
“Milik mereka masih diproses, Mas. Warna yang mereka minta itu tidak ada. Jadi harus dicocokkan warnanya lebih dulu, setelah itu diproses.” Jawabnya sambil memainkan game di layar ponselnya.
Arash dan Gaza mengangguk paham. Namun Arash, dia membuka suaranya lagi.
“Kalau begitu biar Mas ambil sekarang. Biar dibawa pulang. Setiap hari dia selalu bertanya mobilnya sudah selesai atau belum. Dan kalian masih santai saja.” Ucapnya melirik Aiyaz dan Gamal bergantian.
Gaza beranjak dari duduknya sembari melepas dasi yang membuat sesak lehernya sejak tadi. Entah kenapa, dia mulai merindui ketiga Adik perempuannya.
”Aku ke ruangan. Mereka pasti sudah menunggu disana.” Jawabnya seraya mengingatkan mereka jika sekretaris pribadi mereka pasti sudah menunggu di ruangan kerja saat ini. Tidak lupa dia mulai berjalan menuju lift yang ada disana.
Arash juga membereskan berkas miliknya, dan beranjak dari duduknya.
”Mas akan pergi ke Althafa mengambil mobil Embun.” Ucapnya melirik Aiyaz dan Gamal bergantian.
Gamal masih memejamkan matanya, namun telinganya masih mendengar ucapan sang Abang barusan.
”Ambil saja, aku akan menyuruh mereka untuk mengeluarkannya dari ruangan.” Jawabnya bernada santai.
Arash memahaminya, dan melirik ke arah Aiyaz.
”Aka, kau tahu kalau rapat besar Eruca Alp akan diadakan 2 hari lagi. Jangan lupa mengecek semua lampirannya.” Ucap Arash memberi pesan pada sang Adik yang menduduki jabatan sebagai CEO Eruca Alp Corporation.
Aiyaz yang masih bermain game, dia hanya berdehem saja.
”Hhmm ...”
Arash hanya menggeleng pelan melihat kecuekan Aiyaz dan Gamal yang sama satu sama lain. Tidak heran jika Gaza lebih sering disebut sebagai kembarannya dari pada Aiyaz yang bersifat sama seperti Gamal.
Arash dan Gaza pergi ke ruangan kerja bersama. Sedangkan Aiyaz dan Gamal, mereka memilih untuk menetap sejenak di ruangan rapat yang luas bernuansa coklat ini.
Jika mereka sudah mengendalikan rapat secara tim begini, seperti biasa Aiyaz dan Gamal akan menghabiskan waktu beberapa menit saja di ruangan panas ini. Yah ... para pekerja mereka selalu menyebut ruangan rapat utama sebagai ruangan terpanas di kantor ini.
Aiyaz masih sibuk dengan game yang dia mainkan, tiba-tiba salah satu kontak menghubunginya hingga membuat permainan game-nye keluar secara mendadak.
Princess Aza is calling...
”Ahh! Ohh shitt!” Dia mulai geram dan menggeser warna merah yang ada di layar ponselnya, seraya menolak panggilan telepon dari sang Adik, Azathea Yara Adyrga Althaf.
Ketika permainannya kembali lancar, panggilan telepon kembali masuk di nomor ponselnya.
Princess Bening is calling...
Braakk!
”Aaahh!” Dia sedikit kesal sebab permainannya diganggu lagi. Dia kembali menolak panggilan telepon dari sang Adik, Bening Yara Adyrta Althaf.
”Pphhffttt ...” Gamal hampir menyemburkan tawanya, walau matanya masih terpejam dan kedua tangannya masih bersidekap d**a. Dia tahu, sang Abang pasti kesal sebab Adik mereka pasti menghubunginya.
Yah ... karena mereka berdua berjanji mau segera membawa pulang mobil kesayangan ketiga Adik mereka yang direnovasi dengan warna terbaru. Tapi sudah hampir 2 minggu, renovasi mobilnya juga belum selesai.
Aiyaz memang kesal, tapi dia tidak pernah memblokir panggilan telepon ketiga Adik mereka jika dia tengah bermain game. Kecuali jika dia tengah rapat, dia tetap akan mengangkat panggilan telepon mereka dan mengatakan jika dia masih dalam proses rapat.
Tidak lama berselang detik, ponsel Gamal yang terletak di meja rapat berdering.
Dddrrrttt...
Gamal masih enggan bergerak dan merubah posisinya yang sudah sangat nyaman. Dia pikir, itu pasti dari kedua Adiknya yang berusan menghubungi Aiyaz.
Namun Aiyaz yang duduk di sisi kanan Gamal, dia melirik ke arah meja dan melihat nama Embun disana.
Queen Embun is calling...
”Embun menelepon.” Ucapnya bernada datar, dan kembali berfokus pada layar ponselnya.
Gamal langsung membuka pejaman matanya. Tubuhnya menegak, tangan kanannya langsung menjangkau ponselnya. Dia langsung menggeser layar hijau yang ada disana dan mengaktifkan loudspeakernya.
Belum sempat dia membuka suara, celotehan itu hampir membuatnya mengumpat kesal.
”Hallo, Mas Gamal! Kenapa Mas Aka tidak mengangkat panggilan telepon dari Kak Aza dan Kak Bening ?!”
”Apa Mas Aka sudah tidak sayang lagi pada kami ?!”
”Haahhh! Benar-benar keterlaluan!”
Gamal menoleh ke arah Aiyaz yang sudah tertawa geli. Dia meletakkan ponselnya diatas meja rapat itu, dan tubuhnya kembali bersandar disana.
”Aku juga yang kecipratan getahnya!” Gumamnya kesal dan memejamkan matanya lagi.
”Mas Gamal bicara apa tadi ?!”
”Tidak ada, Baby ...” Gamal berkilah, dan sedikit gemas dengan suara manja sang Adik, Embun.
”Mas Gamal dengar Embun tadi ?!”
”Iya, Mas dengar itu ...”
Gamal masih santai membalas kalimat Embun. Karena dia juga paham, Adiknya yang satu ini sangat polos dan tidak bisa diajak bicara dengan nada tinggi.
”Lalu ?!”
”Lalu apa, Baby ?” Jawabnya santai dan kembali bertanya.
Gamal masih malas merubah posisinya lagi. Karena Embun pasti akan mengeluarkan semua celotehannya untuk membela Azathea dan Bening.
”Kenapa Mas Aka tidak menjawab panggilan telepon Kak Aza dan Kak Bening, Mas Gamal!”
”Kata Mas Ara, Mas Aka lagi sama Mas Gamal kan ?!”
”Iya, benar ...”
”Lalu Mas Aka lagi apa sekarang ?! Dimana dia sekarang, Mas ?!”
”Dia ...” Gamal hendak menjawab, namun mulutnya langsung ditutup oleh tangan kiri Aiyaz.
Tubuh Aiyaz condong ke depan, mendekati ponsel Gamal.
”Mas baru selesai buang air, Princess. Mas pulang sekarang. Oke ?!” Dia mulai membuat alasan lain.
”Oke, kami tunggu! Ada yang harus kita selesaikan!”
”Oke, Princess!”
”Oke!”
Tutt... Tutt... Tutt...
Sambungan telepon diputuskan oleh Embun. Itu membuat Aiyaz menghela panjang nafasnya.
”Haaahh!” Dia menjauhkan tangannya dari mulut Gamal, melirik pria itu sekilas.
”Kau ini! Hampir saja riwayatku tamat!” Ketusnya dan direspon semburan tawa oleh Gamal.
Gamal menegakkan tubuhnya dan tertawa mengejek ke arah sang Abang, Aiyaz yang sudah berwajah kesal. Yah ... begitulah mereka.
..**..
Mereka berempat merupakan bagian dari penguasa ekonomi dunia. Selain mampu menyaingi pengusaha dari berbagai Negara maju, mereka juga mampu menyeimbangi permainan dunia dalam bidang militer.
Meski begitu, sikap mereka terhadap keluarga tetap selembut sutra. Kedinginan dan kearoganan akan terkupas ketika mereka berhadapan dengan orang-orang terkasih mereka.
Yah ... terutama jika berhadapan dengan ketiga Adik mereka. Mereka yang dianggap Monster Bisnis oleh para pengusaha sekelas mereka, akan ciut jika ditampar oleh celeotehan Azathea, Bening, dan Embun.
Ketiga wanita itu mampu membuat mereka tak berdaya, dan itu sudah mereka akui sejak dulu. Namun berbeda sikap lagi jika mereka sudah berhadapan dengan 1 Adik mereka yang bernama Embun Yara Adyrta Althaf.
Mereka mungkin akan tunduk terhadap Azathea dan Bening, namun masih bisa melakukan perlawanan seperti menjahili atau bahkan sampai membuat mereka menangis. Tapi tidak bisa terhadap Embun.
Keempat pria itu akan melakukan apapun yang Embun inginkan. Bahkan untuk menyela pembicaraannya saja, mereka tidak mampu.
Itu sebabnya Azathea dan Bening selalu meminta bantuan Embun untuk melunakkan hati mereka. Tentu saja mereka paham teknik yang dilakukan oleh kedua Adiknya yang jauh lebih licik dari Embun yang sangat polos.
Tidak paham dengan Embun yang memang sangat alami. Sikapnya membuat mereka berempat tidak tega bahkan sanggup menerima perlakuan Embun yang menurut mereka sangat keterlaluan, seperti wajib menemaninya berbelanja selama 3 jam, 1 hari dalam 1 minggu.
Walau begitu, keburukan sifat ketiga Adik perempuan mereka menjadi warna tersendiri bagi keluarga Abraham Althaf yang memang bersifat kaku. Sehingga watak ketiga wanita itu mampu mencairkan suasana disaat hening dengan celotehan yang menurut mereka sangat tidak penting.
...
Berulang kali kalah bermain game-nya, Aiyaz menghela kasar nafasnya.
”Haahh!! Siall!” Dia beranjak dari duduknya, dan melepas kasar dasinya.
”Ayo pulang. Aku tidak mau dibunuh oleh anak mereka!” Ketusnya dengan nada sedikit kesal, dan menjangkau kasar segala berkasnya yang ada disana.
Gamal tertawa geli dan membuka pejaman matanya. Dia ikut beranjak dari duduknya dan menjangkau ponselnya. Tidak lupa baginya membawa berkas miliknya.
Mereka keluar dari ruangan itu melalui lift pribadi yang ada di ujung sana.
..**..
Dia menjadi orang utama yang diincar oleh Azathea, Bening, dan Embun jika sudah menyangkut soal mobil dan urusan Black Card. Yah … karena hanya Aiyaz yang mau menuruti keinginan mereka tanpa syarat.
Bukan tidak mau memberi syarat, tapi bagi Aiyaz sudah cukup orang tua dan juga kedua saudaranya memberi mereka syarat jika ada permintaan yang ingin dikabulkan. Itu yang membuatnya tidak tega dan selalu menjadi sasaran empuk ketiga Adik perempuan yang sangat dia sayangi.
Aiyaz Koswara Althaf, pria berusia 28 tahun. Tidak sedikit orang-orang mengatakan jika wajahnya sangat mewarisi wajah sang Daddy, Adyrga Abraham Althaf.
Postur tubuh Aiyaz tak kalah perfeksionis dari ketiga saudara laki-lakinya. Tinggi tubuhnya 1,93 m, hampir seimbang dengan Gamal.
Hobi ngegym yang selalu dia lakukan hampir setiap hari, memberikan keseksian pada perutnya yang sangat didambakan oleh para kaum wanita. Namun sangat disayangkan, jika dia tidak terlalu menyukai wanita apalagi memakai jasa wanita penghibur.
Dia sangat mengagungkan tubuhnya hingga tak ada satu wanita pun yang menyentuhnya sembarangan. Hanya keluarganya yang berani menyentuh tubuhnya, itupun karena hal sepele dan sekedar bermain saja. Siapa lagi kalau bukan Azathea, Bening, dan Embun yang selalu mengganggunya aktivitas olahraga paginya.
Sama seperti saudaranya yang lain, Aiyaz sangat mapan dalam segi finansial. Jelas saja itu tidak perlu diragukan lagi.
Posisinya di perusahaan adalah sebagai Presiden Direktur Althafiance dan CEO Eruca Alp Corporation. Namun dia bertukar kewajiban dengan saudaranya, Gaza yang menjadi CEO Althafa Sport Car Corporation.
Itu sebabnya dia memiliki kendali penuh atas Althafa Sport Car Corporation bersama dengan Gamal. Banyak penghargaan yang dia raih bersama saudaranya, Gamal. Sebab mereka berhasil meluncurkan mobil termahal di dunia, dan mampu menyaingi mobil dengan merk ternama yang selama ini selalu diincar oleh para bintang dunia dan kolektor mobil.
Jejaknya di dunia industi otomotif sudah tidak diragukan lagi. Bakatnya bersama dengan Gamal turut dibanggakan oleh keluarga besar Abraham Althaf dan Alecjandro.
Bagaimana tidak bangga, sebab Althafa Sport Car Corporation mampu menyeimbangi profit yang dihasilkan oleh Althafiance dan Alecjandro Corporation yang tergolong ke dalam perusahaan lama yang masih berdiri tegak di era modern ini. Sebagai seorang pemimpin Althafiance Corporation, Aiyaz tak luput mencuri perhatian media sebagai pria kaya dengan segudang prestasi.
Apapun yang Aiyaz dan saudaranya miliki saat ini, itu semua tak lepas dari tanggung jawab yang begitu besar. Hidup mereka mungkin tampak bahagia dan serba berkecukupan. Namun hanya sebagian kecil dan keluarga yang tahu bahwa pundak mereka memikul beban yang sangat berat.
Beban yang wajib dijalankan, yang tidak bisa membuat mereka bergerak bebas. Mungkin mereka bisa bebas dengan uang, namun tidak dengan waktu.
***
1 jam kemudian.,
Mansion Abraham Althaf, New York, USA.,
Halaman belakang mansion.,
Sore hari.,
Aiyaz dan Gamal turun dari mobil pribadi mereka, dan berjalan mendekati sekumpulan orang-orang yang sangat mereka sayangi. Seperti biasa, keluarganya pasti akan menghabiskan waktu bersama saat sore hari begini.
…
Wanita dengan rambut pendek sebatas bahu, dia melihat ke arah dua pria yang berjalan ke arah mereka.
“Kak Aza, Kak Bening! Lihat mereka sudah pulang!” Ketus Embun seraya hendak membumbuhi pikiran kedua Kakaknya.
Azathea dan Bening melihat ke arah yang dituju oleh Embun.
“Sudah kuduga, mereka pasti tidak membawa mobil kita!” Azathea mendengus kesal.
Bening yang tengah duduk dan bermain ular tangga bersama dengan yang lain, dia beranjak dari posisi duduknya.
“Kita harus minta penjelasan dari mereka, Kak!”
Pria lansia yang duduk diantara mereka, dia membuka suaranya.
“Sayang, mereka baru saja pulang dari kantor. Biarkan Mas kalian minum air dulu.” Dia mengingatkan ketiga cucu kesayangannya. Pria lansia itu, Azzura Abraham Althaf.
Wanita lansia yang juga berada disana, dia juga membuka suaranya.
“Begini saja, kalian ambilkan minum untuk Mas Aka dan Mas Gamal. Setelah itu, baru tanyakan kemana mobil kalian selama ini.” Wanita itu turut membantu suaminya untuk meluluhkan hati tiga cucu tersayangnya. Dia, Adyanta Nawwar Rizky.
Sedangkan yang lain, mereka hanya diam saja. Mereka tetap melanjutkan permainan ular tangga yang masih berlangsung disana.
Berbeda dengan 2 pria yang awalnya berwajah letih, namun tiba-tiba kembali cerah saat melihat dua wanita itu berjalan ke arah mereka.
“Kira-kira mereka mau apa ?”
“Tentu saja mencari mobil mereka!”
“Itu urusanmu …”
“Siall! Kau Presiden Direktur Althafa! Seharusnya ini menjadi urusanmu, Gamal!”
“Lihat saja. Apa mereka mau merengek padaku atau tidak …”
“Sialan kau ini! Kau harus membantuku!”
“Sama sekali tidak!”
“Gamal!”
“Bukan urusanku!”
“Brengsekk!”
“Yes, I am a badboy!”
Gamal tertawa terbahak-bahak sembari melepas jas yang melekat di tubuhnya sedari tadi. Dia melangkah lebar menuju pondok yang terhubung dengan teras mansion. Namun langkahnya mengelilingi taman demi menghindari jangkauan kedua Adik mereka, Azathea dan Bening.
Sedangkan Aiyaz, dia membuka dua kancing kemeja teratasnya dan berusaha tersenyum manis di depan kedua Adiknya. Dia menarik nafas dalam-dalam.
“Huuhh …”
“Hallo, Princess …”
*
*
Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)