… Kamar Aiyaz., Caca duduk di lantai menghadap ke arah sudut nakas di sisi kanan ranjang. Dia menenggelamkan wajahnya diatas lipatan tangan dengan kedua kaki ditekuk. Isakan tangis yang kini ia lakukan sebagai pengobat hati atas segala rasa yang selama ini ia pendam seorang diri. Kerinduan terhadap keluarganya, kesusahannya seorang diri hidup di Negara bebas ini, juga berbagai kalimat kasar yang ia dengar dari mahasiswa lain mengenai dirinya termasuk kalimat kasar dari pria yang merupakan Boss-nya sendiri. Caca seperti tidak sanggup menghadapinya seorang diri. Semua tumpah melalui air mata yang tidak terbendung. Ingin rasanya dia berteriak sekencang mungkin, agar alam tahu bahwa dia ingin bebas meluapkan semua emosinya. Tapi apalah daya,