BAB 3

1267 Words
BAB 3 Jakarta, 10 Januari 2019 Seorang wanita cantik dengan rambut warna hitam terurai sepanjang pinggang kini mengelilingi seisi mall bersama dengan bodyguard dan tiga pelayannya. Hanya dengan menunjuk benda-benda yang ia inginkan maka para pelayan pun mengerti dan langsung membungkusnya untuk si tuan putri. Wanita cantik yang bernama Fiona itu. Melangkah dengan percaya diri. Beberapa orang yang berpasang dengannya memandangnya dengan wajah yang tidak dapat di jelaskan. Hal yang sudah biasa baginya. Semua orang telah mengenalnya, dialah Fiona Santoso, putri dari seorang konglomerat terkaya di Indonesia. Setelah menghabiskan beberapa jam mengelilingi mall, akhirnya mereka beristirahat di sebuah restoran yang ada di samping mall. Saat pesanannya datang, wanita itu hanya memandangnya dengan tidak berselerah. “Ada apa, Nona?” tanya salah satu pelayan. Fiona menggelengkan kepalasa sejenak dan dengan lemah ia berkata. “Aku tidak berselera makan.” Sambil memainkan makanan mewah yang ada di hadapannya. Pelayannnya kembali memesan menu yang lain. Tapi, saat makanannya telah tiba, hal yang sama di alami tuannya, ia masih tidak berselera untuk makan. Tidak ada yang spesial dari makanan ini. Hanya harganya saja yang mahal. “Bagaimana kalau aku belikan es krim?” kata salah satu pelayan yang sangat tahu kesukaan nonanya. Dengan antusias wanita itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang. Salah satu pelayannya keluar dari restoran untuk mencari es krim, karena restoran yang mereka tempati sekarang tidak menjual es krim. “Sambil menunggu, Bu Kani membeli es krim. Lebih baik kita berjalan-jalan saja dulu. Aku ingin menghirup udara segar di sekitar sini,” kata Fiona dan semua bodyguard dan pelayannya mengangguk setuju. Fiona dan para pelayan setianya berjalan menikmati udara segar. Tak lama kemudian Bu Kani kembali dengan tangan kanannya memegang es krim kesukaan Fiona. Dengan wajah senyum wanita itu menggapai pemberian Bu Kani. “Terima kasih, Bu Kani,” kata Fiona senang. Pelayannya hanya tersenyum menanggapi. Saat wanita itu, mendekatkan es krim ke mulutnya, tanpa sengaja, seorang lelaki berlari kearhnya dan menyenggol tubuhnya membuat es krim yang ia pegang jatuh menimpa sepatu cantiknya. “Yak! Apa yang kau lakukan!” teriak Fiona, tapi lelaki yang menabraknya tidak mendengar dan tetap melanjutkan larinya. Fiona menatap lelaki itu dengan wajah geram. Dengan wajah cemberut wanita itu menyuruh para bodyguard dan pelayannya untuk megejar lelaki itu dan menagkapnya. Lelak itu harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan pada sepatu cantiknya yang sangat mahal dan hanya satu di dunia. *** Di jalan raya hanya ada Fiona seorang diri, beberapa pelayan dan bodyguardnya telah pergi mengejar lelaki yang menabraknya tadi. Tapi, sudah sepuluh menit berlalu. Namun, mereka belum kembali. Wanita itu merutuk tak henti-hentinya dalam hati. Tanpa Fiona sadari, sedari tadi beberapa orang tengah mengincarnya. Orang berjas hitam yang kini berada di dalam sebuah mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari tempatnya. “Nasi kuning!” “ Nasi kuning panas!” “Hanya lima ribu!” sebuah teriakan nyaring menarik perhatian Fiona. Seorang lelaki yang terbilang tampan berteriak sambil mendorong gerobak. Fiona memegang perutnya yang berbunyi. Ia sangat lapar, di restoran tadi ia tidak menyentuh kanannnya sedikit pun. Akhirnya dengan wajah polosnnya wanita itu mendekati penjual nasi kuning itu. “Mas, nasi kuningnya satu.” penjual nasi kuning itu berhenti dan mencari tempat yang cocok untuk berteduh. Ia juga mengeluarkan kursi kecil dari gerobaknya dan menyuruh Fiona untuk duduk sejenak sambil menunggu nasi kuningnya selasai. Dengan sabar Fiona menunggu dan menatap lelaki di hadapannya dengan wajah polosnya. Lelaki itu sangat tampan pikirnya. Tapi, sayang lelaki ini sangat miskin batinnya. “Ini, Mbak. Silahkan makan.” Lelaki itu memberikan piring yang telah di isi nasi kuning di atasnya beserta dengan lauknya. Fiona menatap nasi kuning itu yang terlihat tidak enak di pandang. Tapi, perutnya sangat lapar jadi mau tidak mau ia harus memakannya sambil menunggu bodyguardnya dan para pelayannya. Saat satu suap masuk ke dalam mulutnya, kedua matanya berbinar. Makanan yang di buat lelaki di hadapannya sangat enak dan makanan yang belum pernah ia cicipi sebelumnya. Akhinya, Fiona memesan satu piring lagi. Lelaki itu sangat senang mendapat pelanggang seperti Fiona. “Ahhh, Akirnya kenyang juga,” kata Fiona sambil mengelus-elus perutnya yang membesar akibat kekenyangan. “berapa semuanya?” tanya Fiona. “Sepuluh ribu.” Fiona menganggung dan dengan wajah polosnya ia mengeluarkan kartu hitamnya di hadapan lelaki itu. “Maaf, Mbak. Apa tidak punya uang khas?” tanya lelaki itu. “Aku tidak punya uang khas. Hanya punya kartu ini.” “Kalau begitu bayarnya lain kali aja.” “Apa tidak masalah, Mas?” tanya Fiona merasa tidak enak. Lelaki itu tersenyum dan mengiyakan pertanyaan Fiona. “Terima kasih.” Fiona pun melangkah pergi. “Saatnya kita beraksi,” kata salah satu dari lelaki berjas hitam pada teman-temannya. Lelaki itu mengemudikan mobilnya dan singgah tepat di samping Fiona yang tengan berjalan kaki seorang diri. Tiga orang bejas hitam keluar dari mobil dan satu orang yang berada di kemudinya menunggu teman-temannya melancarkan aksi penculikan. “Apa yang kalian inginkan?” tanya Fiona takut. Para lelaki itu hanya menyeringai. Menyadari bahaya mendekat wanita itu berencana untuk lari. Tapi, salah satu dari mereka menggapai tangannya dan menariknya cukup kuat. “TIDAK! TOLONG!!” Fiona berterak histeris. Para penculik itu berusha menutup mulut wanita itu. Tapi dengan gesit Fiona menggit tangan lelaki itu dan kembali menjerit meminta tolong sekeras mungkin. “Tolong!! Tolong!!” teriakan keras Fiona di dengar oleh lelaki penjual nasi kuining tadi. Lelaki itu berlari mendekat ingin menyelamatkan Fiona. Tapi, pare penculik itu berhasil memasukkan fiona kedalam mobil. Tidak habis ide. Lelaki itu mencari kendaraan yang dapat ia gunakan untuk mengejar si penculik itu. Akhirnya kedua matanya tertuju pada sebuah sepeda yang pemiliknya pergi entah ke mana. Akhirnya lelaki itu mengejar mobil penculik itu menggunakan sepeda. Lelaki itu mengayunkan sepeda dengan kecepatan tinggi. Ia tidak ingin mobil penculikan itu berhasil kabur. Lelaki itu tersenyum saat ia semakin dekat dengan mobil tersebut. “Hentikan mobilnya ...!” “Berhenti kalian!” lelaki itu berteriak sambil memukul-mukul mobil penculik itu. Lelaki berjas hitam yang mengendarai mobil tak habis ide untuk melancarkan aksi pelariannya, lelaki itu tersenyum menyeringai sebelum membelokan setir kemudi sehingga mobil itu menabrak sepeda lelaki yang mengejar. Untungnya lelaki itu dapat menghindar. Tapi, sayang mobil penculik itu semakin menjauh dari jangkauannya. Akhirnya lelaki itu berbelok arah melewati jalan tikus yang mungkin dapat membatunya mengejar mobil tersebut. Lima menit kemudian, lelaki itu kembali menemukan mobil penculik. Dengan keberanian yang kuat lelaki itu melaju dengan kecepatan tinggi dan memblok jalan mobil tersebut sehingga terdengar bunyi nyaring yang sangat keras saat rem dan aspal saling bergesekkan saat lelaki itu dan sepedanya tepat berada hidapan mobil penculik. “Yakkk! Cari mati, yah!” bentak si pengemudi dengan suara lantang dan keluar dari mobil di ikuti oleh beberapa temannya yang berbaju hitam. “Lepaskan wanita itu!” kata lelaki itu. Para lelaki berjas hitam tertawa meremehkan. Hingga seseorang dari mereka memberikan aba-aba untuk untuk memukul lelaki tersebut. Dengan cekatan lelaki itu dapat menghindar tiap pukulan yang liyangkan oleh sang penculik. Para penculik itu semakin geram, akhirnya mengeluarkan pisau tajam. “Sebaiknya kamu pergi dari sini atau kami akan membunuhmu,” kata salah satu penculik sambil menodongkan pisau tajamnya. “Kau pikir aku takut?” kata lelaki itu mengejek. Para penculik itu semakin jengkel dan beramai-ramai menyerang lelaki itu. Tapi, untungnya lelaki itu dapat melumpuhkan semua penculik tersebut. Fiona yang berada dalam mobil mengambil kesempatan untuk keluar dari mobil sang penculik. Di luar. wanita itu mulai terpana saat melihat pertarungan hebat antar si lelaki penolong dengan para penculi. Kedua matanya berbinar menatap lelaki penolongnya. Tak disangkanya lelaki penjual nasi kuning yang di temuinya tadi selain tampan juga sangat pemberani dan kuat. “Lelaki ini harus menjadi milikku.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD