Bab 11
“Sialan….. Pagi-pagi udah ribut aja. Kelamaan aku juga nggak betah ada di rumah. Jasmine sudah mulai melawan. Bahaya kalau sampai Papa tau, bisa jadi gembel aku.” Aku bergumam saat sudah berada di kamar.
Aku turun ke lantai bawah untuk sarapan, saat sampai di ruang makan aku melihat Rina sedang memerintah Bi Narti dengan Bahasa yang kasar. Lah emang dia siapa? Berani-beraninya bersikap kurang ajar di rumah ini.
“Rina, jangan kurang ajar kamu, kenapa kamu bentak-bentak Bi Narti?” Aku melihat kekagetan di wajah Rina.
“Maaf, Sayang.” Jawab Rina dengan berjalan ke arahku kemudian memegang bahuku, reflek aku langsung menepis tangannya.
“Jangan kurang ajar kamu, Rina. Kita sudah selesai aktingnya.” Terlihat wajah tidak suka Rina. Ah bodoh amat lah, aku tak peduli.
“Bi, tolong buatkan kopi ya!”
“Baik, Pak.”
“Rina, ini uang buat kamu, silahkan pergi.”
“Tapi ……. “ Belum selesai ucapan Rina, aku menatapnya dengan tajam, tanda aku tidak ingin di protes. Dengan wajah kesal dan hentakan kakinya, Rina mengambil tas di sofa kemudian berjalan ke arah pintu meninggalkan rumah ini.
***
Aku buka pintu ruang kerja di kantor, terlihat tumpukan berkas ada di atas meja. Kuhembuskan nafas kasar, rasanya Lelah dengan semua tekanan yang Papa berikan.
“Siang Pak Reino.” Ucap sekretaris ku saat aku sudah duduk di kursi kerjaku. Ya, aku sampai di kantor sudah telat karena keributan di rumah tadi. Tadinya aku berencana tidak datang ke kantor. Namun apa daya, Papa sudah mengingatkan untuk menggantikan beliau untuk menemui klien di kantor.
“Maaf Pak Reino, tadi sekretaris Pak Arif menghubungi, beliau menyampaikan kalau Bapak akan menggantikan Pak Arif dalam pertemuan hari ini.”
“Iya. Papa sudah menghubungi saya. Jam berapa? Di kantor kan meetingnya?”
“Jam dua, Pak. Iya, di kantor pertemuannya.”
“Oke. Masih ada lagi yang perlu kamu sampaikan?”
“Tidak ada, Pak. Kalau begitu saya permisi Kembali ke meja saya, Pak.” Aku mengganggukkan kepala. Dion adalah sekretaris yang Papa pilihkan untukku. Dia adalah teman dari Aldo, yang merupakan asisten Papa.
Pertemuan dengan PT. AxB berjalan dengan lancar dengan hasil yang memuaskan tentang Kerjasama yang akan menguntungkan untuk kedua perusahaan.
***
Hari ini aku pulang lebih cepat dari biasanya, badanku rasanya Lelah, padahal hari ini tak terlalu banyak. Kupandangi semua sudut yang ada di rumah ini, terasa hampa dan sepi. Entah apa yang aku pikirkan. Jasmine pun belum sampai di rumah, yang aku tau letak Kafe Jasmine lokasinya lumayan jauh dari rumah kami, belum lagi jalanannya merupakan jalur padat kendaraan.
Bi Narti melihat kedatanganku dengan mengernyitkan dahinya. Mungkin dia bingung, kenapa aku jam segini sudah ada di rumah. Kemudian Bi Narti berjalan ke arahku.
“Bapak mau di buatkan minum?” Tanya Bi Narti dengan sopan.
“Nggak usah, Bi. Jasmine belum pulang ya, Bi?”
“Belum, Pak. Biasanya Ibu sampai rumah jam setengah tujuh, Pak.” Aku menganggukan kepala, kemudian berjalan ke arah tangga menuju kamar yang sudah dua tahun lebih aku tempati Bersama Jasmine.
Jasmine sebenarnya adalah perempuan yang baik, bahkan sangat baik. Itulah kenapa dulu selama pacaran dengannya aku tak pernah neko-neko. Bahkan setelah menjadi istriku, Jasmine sangat patuh, hampir nggak pernah ikut campur urusanku yang terlampau jauh. Dia begitu menghormati aku sebagai suaminya. Pun dengan Mama dan Papa, Jasmine pun begitu menghormati dan santun.
Tapi kenapa aku selalu menyakitinya? Aku pun juga tidak tau jawabannya. Yang jelas setiap aku selesai mengkonsumsi obat psikotropika, emosi ku sangat labil. Namun untuk mengakui itu semua egoku terlalu tinggi. Hal itulah yang menyebabkan hubunganku dengan Jasmine selalu di isi perdebatan berujung pertengkaran.
Pernah terlintas di benakku untuk mengakiri rumah tangga yang sudah tidak sehat ini. Namun Mama dan Papa selalu mengancamku ini dan itu, terutama Papa, sekali bertitah A maka harus A tidak boleh di bantah oleh siapapun. Hal itulah yang membuat Papa di segani oleh pesaing bisnis di perusahan, dan mampu menjadikan perusahaan semakin sukses.
Mama begitu menyayangi Jasmine, apalagi Adelia. Adikku itu sangat akrab dengan Jasmine bahkan melebihi ke akrabannya denganku. Belum lagi ancaman Papa tentang pemberian saham kepemilikanku bahkan diambil Kembali oleh Papa dan di serahkan kepada Jasmine, bahkan perjanjian itu sudah berkekuatan hukum.
~~*~~