Bagian 1
Yuna harus kecewa karena pengadilan menolak berkas permohonan adopsi anak yang dia ajukan. tapi dia tidak perlu berkecil hati dia masih bisa mengunjungi panti asuhan tempat nya di besarkan. Sejak kecil dia memang sudah tumbuh dan besar di panti asuhan. Dan saat usianya 18 tahun, Yuna memutuskan untuk keluar dari panti asuhan. Dia kemudian di pertemukan dengan Amora saat dia sedang mencari pekerjaan.
Amora lalu mempekerjakan Yuna di toko bunga miliknya. Banyak pengalaman hidup yang di dapat Yuna saat bekerja bersama Amora. bagaimana perjuangan Amora mengurus dua orang anak seorang diri. Kemudian saat Nicholas datang dan memjemput mereka, Amora dan anak-anaknya. Toko bunga itu dipercayakan pada Yuna.
Ditengah kesibukan Yuna mengurus toko bunga, suatu hari dia kepikiran untuk punya anak. tapi Yuna tidak mau terikat dengan pernikahan. Menurutnya pernikahan itu bersifat mengikat. Gerakan yang terbatas. Jadilah dia memutuskan untuk mengadopsi anak. Tapi pengadilan menolak berkas permohonannya. Alasannya Yuna tidak punya pengalaman dan masih single.
Yuna akhirnya memutuskan untuk melakukan one night stand . 'Diamond Night Club' adalah tempat hiburan malam untuk mereka yang datang dari kalangan atas. Untuk bisa masuk dan jadi member, Yuna harus menguras setengah dari tabungannya.
-----------------
Yuna memasuki sebuah club' malam yang terkenal dikalangan atas di Bali. Yuna menarik napas nya pelan,berusaha mengusir rasa gugupnya.
Ini adalah pertama kalinya dia mendatangi tempat seperti ini. Yuna memutar pandangannya mengamati ke seluruh penjuru ruangan.
Kemudian pandangan Yuna berhenti pada seorang pria tampan yang duduk sendirian di depan meja bar. Kalau dilihat lebih dekat lagi, pria itu benar-benar tampan. Rahang kokoh, bibir penuh, alisnya yang tebal dan rapi, rambutnya sedikit berantakan tapi tetap tidak mengurangi ketampanannya. Lalu mata Yuna pindah ke punggung kokoh pria itu. Tidak berhenti disana dengan kurang ajarnya mata Yuna bahkan menyusuri bagian perut dan kebawah lagi dan oke stop... Yuna menggelengkan Kepalanya. Sial apa itu? pikirnya.
Dengan memantapkan hatinya Yuna akhirnya menghampiri pria itu.
"Ha..hai. Aku boleh bergabung di sini?" Yuna bertanya gugup. Pria itu menoleh sambil mengangkat alisnya.
"Boleh aku duduk di sini?" Tunjuk Yuna pada kursi kosong di samping pria itu.
"Silahkan," jawabnya pendek, lalu fokus ke minumannya lagi.
Bartender menanyakan minuman pesanan Yuna.
"Uhm..." Yuna bingung pasalnya dia tidak pernah tahu minuman apa yang biasanya di pesan orang yang datang ke kempat itu.
"Apa kau menyediakan jus?" Yuna bertanya gugup. yang di jawab gelengan oleh sang bartender. Yuna mendengar Pria di sampingnya terkekeh geli. Pria itu mengamati penampilannya, menurutnya Yuna memang terlihat masih polos. Biar Lukas tebak pasti gadis ini baru pertama kali mendatangi kelab.
"Pulanglah nona, seperti nya anda tidak cocok berada di tempat ini," katanya.
Yuna menoleh,dia tersinggung dengan perkataan pria itu. Oke Yuna akan mencoret pria ini dari kandidat yang akan menjadi ayah dari calon anaknya.
"Cihh..." Yuna mendecih lalu mengambil ponselnya.
Mengetikkan sesuatu di google pencarian, lalu muncullah nama nama minuman ber alkohol.
Yuna lalu menyebut salah satunya.
"Satu gelas vodka, " katanya memesan minuman. Sang bartender hanya tersenyum dan dengan sigap menuangkan Vodka ke gelas lalu menyodorkannya ke depan Yuna. "Silahkan minuman anda nona". katanya ramah. Yuna menerimanya dan balas tersenyum.
Yuna lalu berdiri sambil membawa gelasnya, dia berniat cari meja lain, dia terlanjur kesal dengan pria ini. Yuna memutar pandangannya mencari meja kosong sekaligus melihat, kira- kira pria mana yang cocok yang menjadi ayah dari calon anaknya.
Senyum Yuna terbit saat melihat pria di pojok,pria yang tidak kalah tampan ,dengan pria yang masih berada di sampingnya ini. tapi memang harus Yuna akui kalau pria yang disampingnya tadi lebih tampan.
Saat dia hendak melangkah ke arah pria yang berada di pojok, seseorang menahan tangannya. Dia menolehkan kepalanya dan mendapati pria tadi yang menahannya.
''Apa?'' tanya Yuna galak.
Pasalnya dia masih marah dengan kata kata pria itu tadi.
" Pria di pojok sana sudah punya istri."
Yuna menoleh pria itu. Bagaimana pria ini tahu kalau Yuna akan mendatangi pria yang berada di pojok itu.
"Bagaimana kau tahu kalau dia sudah punya istri?" tanya Yuna tidak percaya.
"Lihat baik-baik ada cincin yang melingkar di jarinya." Yuna mengamati jari tangan pria yang berada di pojok itu.
"Aku tidak melihatnya," kata Yuna, karena memang tidak ada cincin yang melingkar di jari manis pria itu.
"Tangan kanan nya." dengan ekspresi yang tidak rela, Yuna memilih untuk duduk kembali di samping pria itu.
"Lukas." Lukas menyodorkan tangannya memperkenalkan diri. Yuna menyambutnya dan menyebut namanya." Yuna Arissa.." untuk sesaat mereka terdiam dan saling memandang, merasakan kehangatan yang menjalar dari jabatan tangan yang belum terlepas.
Yuna tersadar lebih dulu dan menarik tangannya dari genggaman Lukas. Lukas melepaskannya dan masih memandang Yuna yang sudah mengalihkan pandangannya dengan intens. Ada ketertarikan yang tidak bisa di artikan oleh Lukas.
Lukas merasa tertantang untuk membawa gadis ini ke ranjangnya malam ini. Lukas mengangkat gelasnya dan menyesap sedikit wine dan meletakkan lagi ke meja bar. dia melihat ke arah Yuna yang masih mengamati ke arah pria yang berada di pojok tadi. Dia berdecak dalam hati, kenapa Yuna masih melihat kesana padahal sudah jelas, dia lebih dari segalanya dari pria itu. "ekhm.." Dia berdehem.
"Jadi apa yang membawamu kesini?'' tanya Lukas setelah hampir lima menit mereka saling terdiam. Yuna mengernyit mendengar pertanyaan Lukas. "memangnya apa yang orang cari di tempat seperti ini?" bukan menjawab Yuna malah bertanya balik.
"Jangan tersinggung."
"katakan kalau aku salah. dari yang aku lihat sepertinya kau baru pertama kali datang ke tempat ini," tebak Lukas.
"Ada masalah kalau aku baru pertama datang kesini?" sewot Yuna.
"Tidak ada aku hanya ingin tahu."
"Lalu kalau sudah tahu, kau mau apa?" Masih dengan nada yang sama.
"Tidak ada, maaf kalau membuat mu jadi marah." Lukas sadar gadis di sampingnya marah.
"Siapa yang marah?" Yuna merasa jadi seperti bocah merajuk.
"Jadi kau tidak marah?" entah kenapa Lukas suka , melihat wajah kesal gadis itu. Yuna mendengus lalu membuang muka. Yuna mengambil Vodka nya dan meminumnya dengan sekali teguk. Yuna mengernyit minuman apa ini? Tanya nya dalam hati. Tenggorokan nya serasa terbakar, ditambah lagi rasa pening yang timbul di kepalanya. Yuna menaruh gelasnya dengan sedikit kasar.
Lukas yang mellihatnya menggelengkan kepalanya. "Seharusnya kau menyesapnya perlahan" Sarannya.
Yuna menyipitkan mata pandangannya sedikit berbayang. "Seperti ini." Lukas mencontohkan cara meminum, minuman beralkohol. Namun fokus Yuna bukan ke bagaimana cara minum. Fokus nya malah ke bibir penuh milik Lukas. Tiba-tiba Yuna berpikir bagaimana rasanya berciuman dengan pria itu. Yuna menggelengkan kepalanya sepertinya, dia mulai mabuk. Yuna bukan tidak pernah berciuman, dia pernah dua kali dia mengingatnya dengan pacarnya, ralat sudah mantan pacar. mereka putus tahun lalu kerena hubungan mereka di ketahui orang tua sang pria. Orang tua pria itu tidak setuju anaknya dengan Yuna yang katanya asal usulnya tidak jelas.
"Kau mabuk?" tanya Lukas, saat Yuna menyandarkan kepalanya ke meja bar.
"Tidak, hanya sedikit pusing." Suara Yuna terdengar serak.
"Kalau begitu, sebaiknya kau pulang," kata Lukas bijak, sebelum aku menarik mu ke ranjang. Tambah nya dalam hati.
Yuna mengangkat kepalanya dan melihat ke Lukas. "Aku belum mau pulang, aku akan pulang kalau sudah dapat teman kencan." Yuna kembali menempelkan wajahnya ke meja bar.
"Sepertinya kamu sudah mabuk."
"Aku tidak mabuk, aku masih sadar." Potong Yuna tegas. Kembali mengangkat kepalanya dan melotot ke Lukas
"kalau begitu ayo berkencan dengan ku." Lukas terkejut mendengar kata itu keluar dari mulutnya sendiri.
"Kau yakin mau dengan ku?" tanya Yuna. "Aku tidak punya orang tua lagi, asal usul ku juga tidak jelas" Sambung Yuna mulai melantur, sepertinya dia memang sudah mabuk.
"Ayo Kuantar kau pulang" Lukas berdiri dan menyodorkan lengannya ke pada Yuna sebagai tumpuan gadis itu. "Aku kan sudah bilang, aku belum mau pulang." Yuna menepis tangan Lukas.
"Kecuali kau mau berkencan satu malam dengan ku." Yuna berdiri sedikit sempoyongan lalu melempar senyum manis pada Lukas.
Lukas mengeraskan rahangnya ketika bayangan mereka saling bergumul muncul di kepalanya. sial makinya dalam hati. Hasratnya naik dengan cepat. Lukas menyambar bibir Yuna dan menyesapnya sedikit kasar, dan semakin memperdalam ciuamanya, merasakan rasa manis dari bibir Yuna.
Yuna melenguh dan mendorong d**a Lukas menjauh. dia melihat kearah Lukas kesal. "Jangan kasar-kasar aku tidak suka," marahnya.
"Tahan bos.." kata bartender sambil tersenyum tertahan. "Cari kamar dulu baru serang," sambungnya lagi, pasalnya bartender itu tidak pernah melihat bosnya itu kehilangan kontrol.
"Bekerja saja sialan! tidak perlu mengurusi yang lain!" maki Lukas. bukannya takut bartender itu malah terbahak.
Lukas menuntun Yuna keluar dari Club' malam miliknya itu. "Kita akan kemana?'' tanya Yuna, dia masih sadar. Lukas menggertakan giginya menahan hasratnya agar tidak menyerang gadis ini disini, di parkiran Club'. tanpa menjawab pertanyaan Yuna, dia menuntun gadis Itu masuk ke mobil kemudian dia mengemudikan mobilnya ke hotel yang terdekat.
******
Lukas kembali memberikan ciumannya pada Yuna saat mereka masih di dalam Lift menuju kamar hotel. Setelah meraka melakukan chek in tadi. beruntung mereka hanya berdua di dalam Lift. Saat Lift berdenting Lukas melepaskan ciumannya dan sedikit menyeret Yuna keluar dari sana. Lukas menempalkan keycard dan menyentak pintu kamar kasar. menarik kembali tangan Yuna masuk ke kamar. Yuna menyentak tangannya kesal. "Aku bilang jangan kasar-kasar. Aku tidak suka!" Yuna berteriak kesal. dari tadi pria itu menyeretnya sesuka hati. Lukas mengusap wajahnya kesal pada dirinya sendiri yang bertindak di luar kendalinya. Ini pertama kalinya dia lepas kendali seperti ini. "Aku minta maaf," sesalnya.
"Jangan di ulangi," ucap Yuna cemberut. Lukas gemas melihat ekspresi wajah Yuna. dan kali ini dia tidak akan menahan diri lagi.
Lukas membawa Yuna keranjang, dan mulai mencumbunya. Lukas menyesap dalam bibir Yuna dalam, tangannya menyusup kepunggung Yuna mencari resleting gaun Yuna dan setelah menemukannya dia menarik turun, sehingga menampilkan bahu mulus milik Yuna. Ciuman Lukas berpindah ke leher, meninggalkan beberapa jejak di sana. Ya Tuhan ini nikmat desah Lukas dalam hati. Ini bukanlah yang pertama bagi Lukas. Dia sering melakukannya dengan kekasih-kekasihnya dulu. Tapi ini yang pertama dia bercinta dengan orang yang baru dia kenal.
Tangan Lukas meraba perut Yuna dan terus naik hingga ke bagian atas tubuh gadis itu, Lukas meloloskan gaun Yuna lalu melemparnya asal. kini Yuna hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.Yuna menutup dadanya malu. "jangan menutupnya, mereka indah, sayang." Lukas menyingkirkan kedua tangan Yuna dari dadanya.
Lukas mendaratkan ciuman di salah satu dari dua bagian indah tubuh Yuna yang masih tertutup bra. Yuna yang tidak berpengalaman hanya menikmati apa yang di lakukan Lukas padanya. "Bantu aku menyingkirkan kemeja sialan ini, Yuna," perintah Lukas dengan suara yang serak. Yuna dengan patuh membantu Lukas menyingkirkan kemeja yang Lukas pakai.
Keduanya kini sudah tidak memakai pakaian lagi. Lukas meninggalkan banyak jejak cumbuan di leher, perut,dan d**a Yuna. Lukas tidak bisa menahan lebih lama lagi. jadi sambil menggertakkan gigi dia mendorong pinggulnya menyatukan tubuhnya dengan Yuna. Yuna menggigit bahu Lukas menahan rasa sakit yang datang dari bagian intimnya.
"Kamu perawan?" Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. sial Lukas sudah menduganya tadi. tapi dia tetap terkejut mengetahui bahkan merasakan darah perawan Yuna pada bagian bawah tubuhnya. Lukas sudah tidak butuh jawaban Yuna lagi. merasakan gigitan Yuna di bahunya sudah menjawab semuanya. "Bisa tolong lanjutkan saja," pinta Yuna, "Ini tidak nyaman," katanya lagi.
"Dengan senang hati, bahkan jika kau minta untuk berhenti aku tidak akan berhenti." Malam itu walaupun yang pertama bagi Yuna dia tidak menyesal, semoga setelah ini aku hamil ya Tuhan, doanya dalam hati. Sementara Lukas ini pertama kalinya dia bercinta dengan perawan rasa nikmatnya berkali-kali lipat dari percintaan yang sebelum-sebelumnya. Dan sepertinya Lukas tidak akan melepaskan gadis, ralat wanita itu.
Bersambung...