Diculik oleh orang asing adalah mimpi buruk bagi semua anak-anak di seluruh dunia, begitu juga denganku. Bayangkan saja, saat aku baru saja mengalami hal buruk, rumahku terbakar, anggota keluargaku tewas, dan duniaku hancur, dan semuanya malah memburuk saat aku tiba-tiba berada di tempat asing, karena telah diculik oleh orang-orang dewasa yang jahat. Aku sangat marah saat menyadari itu, aku berusaha sekuat tenaga untuk kabur dan melarikan diri dari tempat itu, aku sempat berhadapan dengan seorang wanita yang mungkin pemimpin dari para penculik itu. Aku melawannya mati-matian, dengan segala cara, agar aku bisa mengalahkannya. Dan beruntungnya, aku berhasil. Tapi kebebasanku tidak selama itu, karena aku malah terperangkap oleh puluhan tentara yang mengepungku di luar. Mereka semua berseragam merah dengan helm merah yang menyeramkan. Tapi terlepas itu semua, mereka seperti gerombolan semut merah yang menghalangi jalan keluarku.
Aku sadar aku hanyalah anak kecil yang lemah, tidak bisa dibandingkan tentara seperti mereka, apalagi mereka juga membawa senjata, seperti pistol atau semacamnya, entahlah aku tidak tahu, tapi aku yakin aku akan tewas jika berhadapan dengan mereka secara langsung. Itulah kenapa aku mencoba berpikir keras bagaimana caranya agar aku bisa lolos dari sergapan para semut merah itu. Dan aku langsung mendapatkan ide, aku berpura-pura menyerah di hadapan mereka, dan mereka dengan cepat membawaku kembali ke dalam gedung. Aku langsung mengambil salah satu pistol dari mereka saat salah satu dari mereka menggendongku, dan kutembakan pistol itu ke kepala orang yang menggendongku dan akhirnya dia tewas. Semua tentara panik dan mereka semua langsung menodongkan senjatanya masing-masing padaku dikala aku sedang berdiri di tengah mereka dengan membawa senjata teman mereka.
Aku tidak takut, dan mereka juga tidak takut padaku. Akhirnya kami terlibat tembakan-tembakan yang sangat sengit,, aku berhasil lolos dari peluru-peluru yang mereka tembakkan ke arahku, sementara aku selalu sukses melumpuhkan satu-persatu dari semut merah sialan itu. Aku sangat senang, meski aku masih anak-anak, tapi aku bisa dan berani menghadapi mereka semua tanpa sedikitpun takut. Aku tidak akan diam saja saat diriku telah diculik seperti ini, mereka mungkin meremehkanku karena aku hanyalah anak-anak, tapi mereka tidak tahu kalau anak yang mereka culik kali ini cukup mematikan. Tidak semua anak itu lemah dan bodoh, itulah yang ingin kutunjukkan ke mereka semua. Aku ingin mereka takut padaku, agar mereka tidak lagi berurusan denganku, dan semoga saja tidak lagi menculik anak-anak sepertiku.
Namun, di saat keangkuhanku semakin besar karena aku berpikir aku sudah menang, aku dikagetkan dengan kemunculan helikopter yang terbang meluncur ke arahku sembari menembakkan ratusan peluru padaku. Aku terus menghindar sembari berlari kencang, aku berhasil bersembunyi di balik gedung tetangga dan helikopter tetap bisa mengejarku dari atas. Ini sangat menyebalkan, aku benar-benar harus mencari cara agar helikopter itu bisa jatuh. Tiba-tiba saja aku menemukan sebuah senjata besar di dekat gedung yang kujadikan sebagai tempat bersembunyi. Aku langsung mengambil senjata asing itu dan langsung saja kutembakan ke arah helikopter, dan sungguh, ledakan yang dihasilkan dari tembakan senjata yang kini kupegang sangat luar biasa. Mereka berteriak-teriak bahwa alat yang saat ini kupegang adalah bazoka, dan akhirnya helikopter itu meledak dan jatuh menjadi kepingan-kepingan besi berantakan. Aku tersenyum, aku sangat beruntung karena telah menemukan bazoka. Aku yakin sekali mereka tidak akan lagi menganggap anak-anak sepertiku dengan remeh, bagus, aku akan memberikan mereka pelajaran agar mereka tidak lagi menyakiti anak-anak sepertiku.
Helikopter itu jatuh, tapi helikopter-helikopter lain malah berdatangan, kini jumlahnya bahkan ada sepuluh. Mustahil menembaki mereka semua, apalagi peluru dari bazoka yang kupegang sudah habis, tidak ada lagi peluru lain. Alhasil aku membuang bazoka itu ke sembarang arah dan segera berlari kencang menjauhi lokasi itu. Aku menemukan sebuah pintu bundar di tanah, seperti lubang ventilasi untuk masuk ke dalam selokan, tanpa banyak berpikir, aku langsung membukanya dan masuk ke area yang dalam. Ada tangga dan aku menuruni tangganya dengan perlahan, aku masih bisa mendengar suara helikopter tapi sepertinya mereka sedang kebingungan mencari keberadaanku yang tiba-tiba lenyap tak berjejak. Aku tersenyum dan terus menuruni tangga dengan santai.
Sesampainya di area paling dasar dari lubang ventilasi selokan itu, aku menemukan diriku sedang berada di sebuah tepi sungai selokan besar yang suasananya seperti lorong bawah tanah yang besar dan tinggi. Aku tidak pernah berpikir kalau area bawah tanah seperti ini, kupikir akan seperti film kartun yang sering kutonton di minggu pagi, yaitu hanya tanah saja, tidak ada ruangan berbentuk lorong panjang dengan aliran air berbentuk sungai yang panjang entah kemana. Entah kenapa, tiba-tiba aku mendapatkan ide, mungkin arah sungai ini ke dunia luar, itu artinya aku hanya harus mengikuti arah sungai agar aku bisa bebas dari bawah tanah. Aku harap para tentara maupun sepuluh helikopter yang mengejarku sudah berhenti dan tidak lagi peduli padaku.
Aku terus berjalan mengikuti aliran sungai, aku tidak tahu suasana di dalam tanah bisa sehening ini, hanya ada suara air saja dari sungai selokan, dan banyak kecoa yang berlalu-lalang ke sana-kemari di dinding besi bawah tanah ini. Aku sangat benci pada kecoa, karena mereka sangat mengerikan, itulah kenapa saat ada kecoa yang mendekatiku aku langsung kabur karena sekuat dan semematikan apapun aku, aku tetap tidak bisa menghadapi rombongan kecoa. Mereka terlalu menakutkan untuk kuhadapi, lebih menakutkan dari gerombolan helikopter yang barusan menembakiku dengan ganas. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di pikiranku, mengapa aku lebih takut pada kecoa dibandingkan dengan orang dewasa yang membawa helikopter dan senjata-senjata mematikan.
Mungkin aku adalah anak kecil pertama, yang berhasil lolos dari kejaran tentara bersenjata, jika aku sudah dewasa, aku akan menceritakan pengalaman ini pada anak-anakku kelak. Tapi sepertinya tidak perlu menunggu aku beranjak dewasa, karena sekarangpun, aku bisa menceritakannya pada orang lain. Apalagi sekarang sudah ada sosial media, aku bisa menyebarkann apa yang kualami ke sosial media sehingga orang-orang dari seluruh dunia bisa mendengar ceritaku dan menyebarkan semakin luas. Aku yakin itu akan menjadi sangat viral dan mereka semua, tentara-tentara yang tadi menyerangku, akan dihukum oleh negara karena telah menyerang anak kecil yang lemah. Aku jadi tidak sabar ingin segera melakukannya agar mereka semua hancur karena diserang oleh orang-orang dari seluruh dunia. Itu akan menjadi berita yang keren, aku juga akan terkenal dan bisa mendapatkan banyak uang. Mungkin aku juga akan diundang ke berbagai acara TV sehingga aku jadi semakin dikenal oleh orang-orang dan bisa menjadi legenda di dunia.
Aku jadi semakin tidak sabar, aku harap aku bisa cepat bebas dari situasi ini agar aku bisa segera mempublikasikan pengalamanku ke internet.