41. Berontak

1144 Words

Malam yang dingin, Reyhan belum bisa memberitahukan pada kedua orangtuanya perihal keberangkatannya ke asrama minggu depan. Reyhan sudah mulai mengemasi pakaiannya dan merapikan dalam satu susunan di koper hitamnya. Pemuda jangkung beralis mata tebal itu menatap sejenak kertas putih di tangannya. Dia memerlukan persetujuan orangtuanya untuk pergi ke Inggris. "Aku harus cerita semuanya malam ini. Aku harus bujuk mereka. Maafin aku, Ma, Pa, aku terlalu bodoh. Aku nggak sanggup hidup di mana ada Windy sementara dia nggak bisa jadi milikku lagi, bahkan sebatas sahabat. Lebih baik aku pergi. Mungkin di sana, aku bisa kubur semua luka yang bersarang di hatiku. Maafin puteramu yang cengeng ini, Ma. Aku harus pergi, jangan cemas." Reyhan menoleh dan segera keluar kamar. Ternyata benar bahwa mama

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD