Om ini polisi?

1534 Words
Jika ada typo mohon comment ya ? Harap maklum masih amatir ?? Happy reading ???? ~•~ Ines membuka matanya perlahan, dia tampak kebingungan, karena saat ini berada di dalam sebuah ruangan yang sangat asing untuknya, ruangan sangat mewah seperti kamar hotel. Hotel? Tunggu, apa benar ini hotel? Apa yang semalam terjadi denganku, batin Ines. Ines memeriksa pakaiannya, masih sama seperti yang kemarin ia pakai. Ines bernafas lega, itu artinya tak terjadi sesuatu yang menjijikan dengannya. Ines mengingat kejadian semalam, saat ia pulang mengantarkan Dwi teman kerjanya di caffe ke rumahnya, Ines melewati jalanan sepi, padahal Dwi sudah mewanti - wanti agar Ines lewat jalan lainnya, tapi karena pada saat itu Ines sudah sangat lelah dan ingin cepat sampai kosnya, dengan modal nekat Ines memberanikan diri lewat jalanan sepi itu. Saat di tengah jalan, tiba - tiba saja Ines di pepet dua pria yang memintanya untuk menepi, tapi Ines tak menurutinya, ia malah semakin cepat melajukan motornya. Namun, sekuat apapun Ines menarik gas motor matic-nya tetap saja kalah dengan motor trail yang di gunakan dua pria itu. Motor yang Ines kendarai oleng, jadi sekuat tenaga Ines menarik rem agar tak terjatuh, di saat itulah dua pria itu mendorong Ines, merebut motornya, bahkan Ines merasakan pukulan di dahi. Tunggu, pukulan? Ines menyentuh dahinya yang saat ini sudah berbalut perban. Siapa yang mengobati lukaku, pikir Ines. Belum juga menemukan jawaban, pintu kamar yang Ines tempati terbuka membuat Ines menatap ke arah pintu. Tak lama masuklah seorang pria berperawakan tinggi, hidung yang mancung, mata yang agak sipit, dengan kulit yang lebih cerah dari kulit Ines, siapa lagi kalau bukan si pejuang cinta Alvino alias Vino, yang berjalan dengan gagahnya mendekati Ines yang masih di atas ranjang, membuat Ines melongo seketika, menatap keindahan di depannya. Deg deg deg Perlahan namun pasti, jantung Ines mulai berdetak dengan cepatnya, baru kali ini dia merasakan getaran aneh dalam dirinya. "Terpesona dengan ketampananku, nona?" Suara bariton dari pria yang sedang Ines pandang membuat Ines gelagapan. Malu sekali ketahuan memandang pria di depannya itu. "Om ini siapa?" Tanya Ines saat sudah berhasil menguasai diri dan menetralkan jantungnya. Vino langsung membelalak tak percaya, apa tadi katanya? Om? Apa aku terlihat tua sampai gadis di depanku memanggil om? Batin Vino. "Saya masih muda, masih bujangan juga, jadi tolong ya jangan panggil saya Om, karena saya bukan om kamu juga." Ines memutar bola matanya malas mendengar jawaban pria di depannya yang kelewat PD. "Tinggal jawab saja pertanyaan saya, kenapa ribet banget sih!" "Semalam kamu tergeletak di pinggir jalan dan saya yang menolong, memangnya kenapa? Berantem sama suami apa pacar? Soalnya saya lihat ada dua pria yang pergi ninggalin kamu." Tanya Vino, kepo. "Kenapa mereka nggak di kejar?" Vino mendengus kesal, bukannya menjawab pertanyaanya malah tanya balik. "Saya kejar mereka dan harus membiarkan kamu yang terluka, tergeletak begitu saja di pinggir jalan? Kalau ada orang jahat terus kamu di apa - apain, mau memangnya?" "Memangnya anda orang baik?" Lagi dan lagi bukannya menjawab pertanyaan Vino, Ines malah kembali melempar pertanyaan yang kali ini membuat Vino kesal hingga berkali - kali mondar mandir sambil menyugar rambutnya, baru kali ini Vino di buat kesal sama wanita selain Vina dan Nolla yang super jahil. Ines menatap Vino kebingungan, kenapa sih ini orang, lupa minum obat apa ya. Ines kembali membatin. Vino menghentikan langkahnya, membungkukkan badannya tepat di depan Ines, membuat Ines memundurkan tubuhnya, "Dengar ya nona, kalau saya orang jahat sudah pasti saya nggak akan menolong kamu, kalau saya orang jahat saat ini baju yang kamu pakai itu minimal sudah berserakan di lantai, kalau saya orang jahat kamu nggak akan ada di kamar sebagus ini tapi di kamar remang - remang, saya jual kamu ke mucikari, paham!" Jelas Vino panjang lebar. Ines hanya mengangguk, karena saat ini jantungnya berdetak makin menggila, hembusan dari nafas Vino yang hangat dan beraroma mint membuat bulu kuduk Ines meremang, baru kali ini dia dalam posisi sedekat itu dengan pria asing, sama mantan pacar saja, Ines belum pernah sedekat itu. "Good." Kata Vino sambil menegakkan kembali tubuhnya, membuat Ines bernafas lega, namun detik berikutnya Ines kembali terkejut karena dengan cepatnya Vino kembali membungkukkan badannya, wajah Vino dan Ines hanya berjarak beberapa senti saja. "Kamu belum jawab pertanyaanku nona, siapa dua pria itu?" "Me..mereka begal." Jawab Ines terbata karena gugup. Vino kembali menegakkan tubuhnya sambil menganggukkan kepalanya, "Sudah saya duga." "Sebentar lagi akan ada yang mengantar pakaian untukmu, mandi dan gantilah bajumu, sudah bau." Kata Vino sambil melangkah pergi keluar dari kamar membuat Ines menggeram kesal. Vino keluar kamar dengan menyunggingkan senyum, dia puas karena berhasil membuat gadis itu kesal. ~•~ Selesai mandi dan mengganti pakaiannya, Ines melangkahkan kakinya untuk keluar kamar, baru saja Ines membuka pintu langsung di kejutkan dengan seseorang yang berdiri menjulang di depan pintu, membuat Ines hampir terjengkang saking kagetnya, jika saja tak ada tangan kokoh yang menahan tubuhnya, sudah bisa di pastikan p****t Ines menciun lantai. Pelakunya siapa lagi kalau bukan si pejuang cinta, Alvino alias Vino yang sudah membuat Ines kaget sekaligus juga menyelamatkan Ines. Saat ini posisi mereka benar - benar seperti adegan di film - film, tangan kanan Vino memeluk pinggang Ines, tangan kiri Vino menggenggam pergelangan tangan Ines, posisi Vino yang membungkuk, wajahnya tepat di depan wajah Ines membuat degupan di dalam d**a mereka berdua makin kencang. Vino makin terpesona bisa melihat mata indah gadis berhati malaikatnya dari jarak sangat dekat. Mereka saling diam dan menatap beberapa waktu hingga suara deheman dari seseorang mengagetkan mereka berdua. Vino yang kaget tak sengaja melepas pelukannya pada Ines, membuat Ines jatuh terjengkang, pantatnya sukses mendarat di lantai. "Aww!" Teriak Ines. "Ya ampun Vino, kenapa kamu menjatuhkan anak orang sih, pantas saja sampai sekarang belum laku" Seru Forza- mommy Vino sambil memukul pelan bahu anaknya dan berjalan membantu Ines untuk berdiri. Vino menatap mommy-nya, apa - apaan mommy ini, buka kartu di depan gadis yang sedang jadi incaranku, batin Vino. "Nggak usah buka kartu juga kali mom, lagian salah mommy, kenapa bikin Vino kaget." Jawab Vino tanpa berdosa. "Lagian kamu, peluk anak orang di depan pintu, bilangnya nggak kenal tapi peluk - peluk." "Vino bantuin dia mom, tadi mau jatuh." "Alasan saja kamu, sama perempuan tuh manis sedikit biar cepat pensiun dari jabatan jonesmu." "Mommy, itu terus yang di bahas." Jawab Vino kesal sambil melangkah pergi menuju meja makan. "Jones ya gitu nak, sensi." Bisik mommy Vino pada Ines. "Vino masih dengar ya mom." Teriak Vino membuat sang mommy dan Ines tertawa. "Ayo, kita sarapan dulu, kamu pasti sudah lapar." Ajak mommy Vino, Ines hanya mengangguk saja. Ines duduk di samping mommy Vino, sedangkan Vino di depannya, sang ayah jelas di kursi tengah. Vino terus menatap Ines membuat gadis itu gugup, tatapan mata Vino yang memang tajam seperti elang dan mengintimidasi, khas seorang polisi yang sedang mengintrogasi, membuat siapapun yang di tatapnya akan merasa takut. "Anak orang, jangan ditatap begitu, takut tahu." Seru mommy-nya membuat Vino mengalihkan pandangannya pada sang mommy. Vino terkekeh, "Mommy, kepo deh, memangnya Vino seram apa sampai bikin takut ." "Banget, makanya jones terus." Jawab sang mommy membuat Vino langsung cemberut. "Sudah, ada tamu, malu." Tegur kepala rumah tangga, mengakhiri perdebatan ibu dan anak. Mereka makan dalam diam, sudah menjadi kebiasaan keluarga Vino jika makan tak akan ada yang bicara sampai makan mereka selesai, kecuali benar - benar darurat. Selesai makan mereka berempat duduk di ruang keluarga, ayah dan mommy Vino duduk bersisian, Vino di sofa samping kanan dan Ines sofa single tepat di depan Vino. "Nama kamu siapa nak, kenapa semalam sampai pingsan di pinggir jalan?" Tanya sang mommy. "Saya, Ines tante, semalam saya di begal." "Kalau begitu, Ines harus buat laporan di polres." Ines menggeleng, " Nggak perlu tante, toh motor Ines juga nggak akan bisa kembali 'kan, lagi pula Ines malas berurusan dengan polisi karena pasti ribet dan buang - buang waktu." "Tenang saja nak, nggak akan ribet karena anak mommy yang akan membantu kamu, jika dia bikin ribet bilang mommy." "Anak tante polisi?" Mommy Vino mengangguk. "Pria ngeselin di depan kamu itu polisi." Jawab mommy sambil menunjuk Vino membuat Vino lagi dan lagi mendengus karena mommynya sejak tadi bukannya memuji anaknya tapi malah menjatuhkan terus. "Om ini polisi?" Tunjuk Ines pada Vino, membuat Vino makin kesal karena Ines masih memanggilnya om. "Om?" Cicit mommy Vino menatap Ines dan Vino bergantian, dan langsung tertawa terbahak, bahkan sang ayah pun terkekeh mendengar putranya di panggil om. "Mommy, seneng banget sih anaknya di panggil om." Kata Vino cemberut. Mommy Vino berusaha menahan tawanya, "Aduh Vino, perut mommy sampai sakit, aduh ... Vino, kamu sampai di panggil om loh sama Ines, berarti kamu ini sudah nggak muda lagi." "Mommy, terus saja tertawa, awas saja kalau nanti Vino minta mommy lamar calon Vino nggak di turutin." "Memangnya sudah ada?" Vino mengangguk mantap, "Sudah." Mommy Vino langsung terdiam, menatap suaminya, kemudian menatap putranya, "Serius?" Vino kembali mengangguk, "Sangat serius." "Siapa?" Vino menatap Ines yang saat ini juga sedang menatapnya, Vino menyunggingkan senyumnya, senyum yang membuat Ines bingung tapi tidak untuk kedua orang tua Vino, mereka paham, anaknya sudah menjatuhkan pilihan pada gadis di depannya, gadis yang semalam dia tolong. "Ada, nanti mommy tahu, tunggu waktu yang tepat." Jawab Vino sambil kembali tersenyum, tatapan matanya masih belum juga berpindah dari gadis hitam manis berhati malaikat di depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD