Ruangan gelap itu terasa sunyi. Hanya suara denting jarum jam yang terdengar nyaring. Sedang gorden tebal menutupi rapat kaca jendela, seolah tidak mengijinkan sedikit pun cahaya bulan memasuki ruangan.
Pintu mulai terbuka perlahan, menampakkan sosok pria yang mengenakan setelan pakaian hitam. Kaos berlengan panjang, celana serta topi memiliki warna yang sama, membuatnya cukup sulit dikenali di dalam ruangan tersebut.
Kakinya memotong langkah, mendekat ke arah meja. Derap langkahnya mengalun pelan agar tidak ada siapapun menangkap suara tersebut. Ia berhenti di depan meja. Sepasang netra berwarna cokelat kehitaman itu menatap sekeliling sekilas, ingin memastikan jika kedatangannya tidak diketahui oleh siapapun.
Perhatiannya kembali teralihkan pada berkas-berkas yang menumpuk di atas meja. Saat tangannya terulur ke depan untuk mengambil berkas paling atas, perhatiannya tertuju pada tumpukan kertas foto yang berada di atas meja. Ia terpaku menatap foto putrinya ada di antara foto-foto tersebut.
Namun lamunannya membuyar, kening pria itu mengernyit ketika menyadari sesuatu. Belum sempat menoleh ke belakang, tubuhnya mematung dalam sekejap saat merasakan sebuah benda menempel di belakang kepalanya.
"Di mana kau sembunyikan adikku?"
Tidak ada jawaban apapun darinya. Pria itu memilih untuk mematung seraya memikirkan tujuan keberadaan wanita di belakangnya. Tetapi tubuhnya menegang ketika merasakan sentuhan di belakang kepalanya semakin menekan. Seolah menegaskan jika sang pemilik benda tersebut ingin mendengar jawaban darinya.
"Cepat katakan padaku, di mana kau menyembunyikan adikku!"